Dear Roomie Chapter 3

2.3K 22 0
                                    

Untung, Tristan sempat membawa baju seragam sekolahnya. Karena itu ia tidak perlu melewatkan sekolah dan tetap bisa masuk untuk mengisi absennya. Setelah siap untuk berangkat, Sofia dan Tristan mampir ke suatu minimarket untuk membeli sarapan. Tentu saja minimarket yang terdekat adalah tempat di mana Sofia bekerja.

Dua buah roti isi cokelat, dan 2 buah susu kotak. Berharga sekitar Rp. 24.000. Lagi-lagi, Tristan yang membayar untuk makanan mereka. Sofia menolak, namun Tristan bilang ini sebagai balasan telah menginap di rumah gadis itu.

Perjalanan dari rumah Sofia sampai ke sekolahnya memakan waktu sekitar 10 menit dengan berjalan kaki. Bisa lebih cepat tentunya menggunakan bus umum, tapi Sofia merasa sayang untuk mengeluarkan ongkos perjalanan. Hitung-hitung, dengan berjalan ia bisa sekalian sambil berolahraga pagi.

"Ayo naik bus aja," ajak Tristan.

"Gak usah! Gue jalan kaki aja, sok aja kalo lo mau naik bus."

"Gak apa-apa, gue maunya sama lo."

"Hm? Maksudnya?"

Belum sempat pertanyaan Sofia terjawab, Tristan sudah menarik tangan Sofia ke dalam bus yang baru saja datang. Tristan meng-scan sebanyak 2 kali, berarti Tristan telah mengeluarkan uangnya lagi untuk Sofia. Saat Sofia protes lagi-lagi jawaban laki-laki itu adalah sebagai balasan atas bantuan Sofia. Sungguh keras kepala, pikir Sofia.

Sofia membuka bungkus rotinya. Membuat satu gigitan dan mengunyahnya sambil melihat pemandangan di luar jendela bus. Tiba-tiba ia terpikir, bukankah aneh jika ia datang ke sekolah bersama Tristan? Orang-orang pasti akan merasa heran dan menatapnya dengan aneh. Gawat, Sofia tidak suka banyak atensi pada dirinya.

Tinggal 2 buah perhentian lagi untuk mencapai stasiun bus dekat sekolah. Di perhentian selanjutnya, Sofia langsung kabur keluar dari bus dan meninggalkan Tristan. Gadis itu sengaja keluar tepat sesaat pintu bus akan segera tertutup karena ia tahu bahwa Tristan akan mencegatnya.

Ia merasa bersalah pada laki-laki itu, namun mau bagaimana lagi? Semua orang di sekolah tidak boleh tahu atas kedekatan mereka berdua dalam semalam. Apalagi fakta bahwa Tristan menginap di rumahnya. Fakta bahwa malam itu mereka hanya berdua. Sendirian.

⭑ 🌱 ⭑ ˗ ˏˋ 🌷 'ˎ ˗ ⭑ 🌱 ⭑

Menjalani hari di sekolah seperti biasa. Seperti mengikuti kelas, bercanda tawa dengan sahabat, sampai makan siang di kantin saat istirahat siang. Sofia sudah terbiasa akan rutinitas hariannya itu. Saat sedang asyik memakan bekalnya di kantin, ia merasa seperti ada sepasang mata yang menatapnya dengan tajam.

Sofia hampir tersedak, rupanya Tristan. Laki-laki itu memiliki wajah masam. Pasti dia kesal karena telah ditinggalkan tadi pagi. Sofia merasa bersalah dan selera makannya hilang. Ia harus meminta maaf kepada laki-laki itu secepatnya. Tentu di tempat sepi yang tidak ada orang di sekitarnya.

"Kenapa Fia? Kok makanannya gak diabisin?" tanya temannya, Tyra.

"Tiba-tiba gue kenyang hehe."

"Ya udah gue abisin ya! Sosis kesukaan gue soalnya!" sahut temannya yang satu lagi, Emily.

"Boleh, hahaha."

Kedua temannya ini, Tyra dan Emily. Kira-kira apa yang akan mereka katakan jika Sofia memberitahu mereka akan kejadian yang terjadi kemarin bersama Tristan? Akankah Tyra yang merupakan fans berat Tristan marah? Membencinya? Memusuhinya?

Terlarut dalam lamunannya lagi, Sofia merasakan bahwa ada seseorang yang menepuk bahu kanannya. Sofia menoleh, Tristan. Sontak Tyra dan Emily menjerit dalam kediaman. Mata mereka berdua membelalak seperti sedang meminta penjelasan dari Sofia.

"Kenapa lo tadi-" belum selesai pertanyaan Tristan dilontarkan, Sofia mencegatnya agar Tristan tidak membeberkan fakta bahwa mereka pagi tadi berangkat ke sekolah bersama.

"Oh Pak Giad manggil ya? Kita harus cepet-cepet dong!" ucap Sofia segera menarik tangan Tristan dan menuntunnya ke belakang gimnasium sekolah.

"Apa-apaan barusan?" tanya Tristan saat mereka telah sampai di tempat tujuan.

"Lo emangnya mau seluruh sekolah tau kalo kita tadi berangkat bareng?"

"Kenapa emangnya? Salah? Dosa?"

"Nggak sih, tapi lo bayangin aja. Aneh kalo tiba-tiba kita deket. Apalagi fakta kalo lo nginep di rumah gue, itu harus tertimbun sampe gue mati!"

"Segitunya? Lo benci sama gue?"

"Nggak Tristan, gue cuma, gak suka tatapan aneh orang-orang. Lo bisa ngertiin gue?" jawab Sofia dengan wajah sedih.

"Ya udah. Tapi berarti kalo gue deketin lo pelan-pelan gak apa-apa dong?" tanya Tristan sambil mengelus kepala gadis yang ada di depannya.

"H-hah?" Sofia sangat terkejut sampai pikirannya blank dan tidak bisa menjawab.

"Eh iya sini hp lo, gue mau masukin nomer gue."

Masih terkejut, Sofia dengan refleks memberikan ponselnya kepada laki-laki itu. Tristan menekan beberapa tombol dan membalikkan ponsel yang dipegangnya kepada pemilik aslinya.

Si ketua osis itu tertawa dan langsung pergi sambil melambaikan tangannya. Sebentar, apa maksud Tristan? Ia terus memberikan sinyal aneh kepada Sofia. Benarkah apa yang Sofia pikirkan? Apakah laki-laki itu sedang memberinya harapan?

⭑ 🌱 ⭑ ˗ ˏˋ 🌷 'ˎ ˗ ⭑ 🌱 ⭑

Sofia kembali ke kelasnya, ia melihat kedua sahabatnya sedang menunggunya. Tentu saja, sekarang Sofia harus menjelaskan tentang kejadian tadi di kantin. Namun, ia bingung harus bercerita mulai dari mana. Sofia berjalan ke arah mereka, Tyra dan Emily hanya diam dengan kedua mata yang terpaku kepada Sofia.

"Erm, jadi tadi tuh Tristan berterima kasih ke gue."

"Terima kasih?" tanya Emily.

"Iya, kemaren gue gak sengaja ketemu dia. Babak belur. Jadi gue bantu. Eh tapi kalian jangan kasih tau ke siapa-siapa ya," jawab Sofia dengan hati-hati.

"Babak belur?! Eh tapi sebenernya gue juga denger rumor kalo perusahaan keluarga Tristan tuh lagi dalam persaingan sengit sama perusahan X. Jangan-jangan bener dong rumornya?" ucap Tyra dengan kedua alis yang berkerut.

"Masa iya?!" tanya Emily tidak percaya.

Perkataan Tyra membuat Sofia termenung. Jika Tyra benar, Sofia merasa semakin bersalah dan rasa ingin membantunya semakin besar. Kasihan Tristan. Kira-kira apa lagi yang bisa Sofia lakukan untuk membantunya?

Tidak terasa bel sudah menunjukan bahwa kegiatan belajar-mengajar telah selesai. Tyra harus mengikuti bimbingan belajar sepulang sekolah, dan Emily juga harus pergi karena ada acara keluarga. Setelah melambaikan tangan kepada kedua sahabatnya, Sofia melihat ada suatu notifikasi dari nomor tidak dikenal.

"Lo di mana? Ayo pulang bareng, gue di tempat parkir motor."

Pasti ini nomornya Tristan, pikir gadis itu. Rasanya aneh membaca pesan itu. Perutnya sedikit geli dan jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Langsung Sofia berjalan ke tempat parkir untuk bertemu dengan Tristan. Pulang bersama, seperti sebuah pasangan saja, batin Sofia sambil tertawa kecil.

⭑ 🌱 ⭑ ˗ ˏˋ 🌷 'ˎ ˗ ⭑ 🌱 ⭑

Tbc

FantasizesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang