My Team Leader Chapter 3

1.2K 12 0
                                    

"Bu Diana pake aja kasurnya, saya bisa tidur di sofa," ucap Victor sambil melepas jas yang dipakainya, tidak lupa juga melepas dasi yang selaras.

Iya, untung di kamar ini ada sebuah sofa. Sebenarnya ia tidak enak untuk mengambil kasur sementara ketuanya tidur di sofa. Tapi wanita itu tahu bahwa ketuanya akan tetap bersikeras dan ia hanya bisa mengalah. Diana mengangguk dan Victor masuk ke kamar mandi untuk bebersih. Diana pun baru ingat bahwa ia belum mengembalikan jas Victor yang kemarin ia pinjam.

Tak lama, Victor keluar dengan rambutnya yang basah membuatnya yang biasa tampak rapih sekarang terlihat berantakan, kacamata tebal juga telah dilepas dan menampakkan wajah tampan dengan mata tajam yang seksi. Sebuah image yang sangat berbeda dari yang Diana biasa lihat. Wanita itu kembali menelan ludahnya.

"Pak Victor ini saya baru balikin jasnya, makasih udah minjemin,'' ucap Diana lalu lekas masuk ke kamar mandi.

Diana menutup pintu kamar mandi dengan wajah yang merah dan jantung yang berdetak kencang. Ia lalu mandi dan saat ia selesai, Diana melihat ketuanya sudah dalam posisi tidur di sofa. Wanita itu pun berbaring di kasur yang luas itu sendirian. Agak terasa sepi untuk berada di sebuah kasur yang lebih besar dari tempat tidurnya di rumah. Andai saja, ada seseorang untuk menemaninya. Ah, kau memikirkan apa Diana? Cepat tidur!

➛。⨯⁺₊ 💼 'ˎ˗

"Perhatian semuanya, ada anggota baru. Silahkan perkenalkan diri," ucap Victor pagi hari itu.

"Perkenalkan, saya Jake anggota baru untuk Divisi Pemasaran. Salam kenal."

Seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berambut cokelat kepirangan dengan senyuman cerah datang ke kantor. Semua orang dapat melihat bahwa ia memiliki darah campuran. Semua pegawai wanita berbisik-bisik akan pemandangan indah baru di kantor. Diana baru saja kembali dari toilet dan bingung karena suasana kantor sedang ricuh. Pandangannya bertemu dengan pegawai baru yang sedang dibicarakan semua orang.

"Diana?"

"Kak Jake?"

Sebuah wajah yang familiar. Rupanya Jake, tetangganya saat masih kecil dulu. Mereka berdua berteman sejak tingkat SD sampai pada akhirnya Jake harus kembali ke Inggris tempat ayahnya tinggal saat SMA untuk melanjutkan studinya. Sudah hampir 10 tahun mereka tidak bertemu. Jake yang dulu tampak sedikit berisi sudah berbeda dengan yang sekarang. Baby fat telah hilang menyisakan otot-otot yang tampak seperti telah dilatih. Jake juga sekarang lebih tinggi dan terkesan lebih dewasa.

"Beneran Kakak? Pangling banget!" lanjut Diana tak percaya.

"Siapa lagi kalo bukan aku?" jawab Jake lalu pergi untuk memeluk teman masa kecilnya.

Jake adalah sosok yang selalu ia kagumi. Lebih tua dua tahun dan karena itu Diana selalu bergantung kepada Jake sejak kecil. Setiap ada tugas sulit, permasalahan keluarga, bahkan saat ada yang mengganggu Diana, Jake selalu ada untuknya. Memori-memori masa lalu membanjiri otak Diana saat melihat wajah Jake.

Mereka berdua melupakan fakta bahwa semua mata masih melihat. Saat Diana tersadar, ia langsung mendorong Jake dari pelukannya. Diana memang sangat merindukan temannya dan sangat senang dengan fakta bahwa ia bertemu dengannya lagi, tapi untuk saat ini dirinya harus menahannya terlebih dahulu saat masih jam kerja.

"Pacarnya Bu Diana?" tanya seorang pegawai laki-laki.

"Bukan! Temen waktu kecil, udah lama nggak ketemu."

FantasizesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang