BAB 7

1.8K 38 0
                                    

Pagi ini Alexa tiba di kampus dengan wajah tak bersemangatnya, Hera yang melihat kedatangan Alexa tersenyum riang. Pasalnya sudah sejak tadi Hera menunggu kedatangan Alexa karena ingin menyampaikan kabar tentang dirinya yang akan merayakan ulang tahun. Tapi sayangnya sejak datang ke kampus Alexa hanya menundukkan kepalanya dan memejamkan kedua matanya, Alexa malas melakukan semuanya.

Tapi, suara dari seorang gadis yang sangat Alexa rindukan tiba-tiba saja membuat semangat Alexa bangkit kembali. Renatta namanya, sahabat Alexa sejak duduk di bangku Sekolah Dasar yang sampai sekarang ini selalu bersama-sama dengan Alexa. Rasa kantuk dan kesedihan Alexa seolah-olah hilang saat melihat kehadiran sahabat lamanya yang sudah cukup lama tidak masuk kuliah karena diam di luar negri beberapa saat.

Alexa dan Renatta saling berpelukan melepas rindu yang melanda mereka berdua, setelah berpelukan keduanya saling bertukar cerita antara satu sama lain. Alexa kaget ketika tahu Renatta dan kekasihnya ternyata sudah putus, padahal yang membuat Renatta semangat kuliah dan selalu ceria adalah mantan kekasihnya itu, Alexa merasa iba melihat Renatta yang tak bersemangat. Bahkan Renatta berkata jika dia tidak ada napsu sarapan pagi ini.

“Tega bener deh kalian berdua malah ngacangin gue, diem dulu deh nih gue mau kasih undangan dulu sama kalian.” Hera memberikan undangan ulang tahunnya kepada Renatta dan Alexa.

Renatta menerimanya dengan senyuman di wajahnya. “Cie yang mau kepala dua, bentar lagi menikah dong.”

“Dih! Apaan, gak mau jadi bucin. Kalo kata mami gue, lebih baik gue lanjut kuliah sampe S2 dulu daripada menikah muda, gitu,” jelas Hera dengan intonasi bicaranya yang sedikit meninggi.

“Santai kali, Ra. Btw, ini acaranya besok malem ya ‘kan? Gue bagusnya pake baju apa ya?” tanya Alexa.

Pertanyaan yang sangat langka, biasanya Alexa selalu menggunakan pakaian serba hitam ketika pergi ke pesta. Baik itu gaun hitam ataupun dress hitam karena itulah warna kesukaan Alexa. Namun kali ini, dia membuat Hera dan Renatta tercengang dengan pertanyaannya. Hera dan Renatta menatap Alexa penuh selidik, mereka menebak-nebak pasti Alexa sedang jatuh cinta kepada seseorang, kelihatan dari penampilannya yang semakin hari kelihatan semakin centil.

“Wah lo punya crush pasti ya? Kenalin dong siapa orangnya,” tebak Renatta.

Alexa menundukkan kepalanya malu, kemudian berucap, “Enggak, masa iya gue mau pacaran lagi. Kan lo berdua juga udah tahu kalo gue paling anti sama pacaran,” elaknya.

“Gue tahu nih siapa orangnya,” ucap Hera. “Orangnya Vero, lo pasti tahu lah Re. Anak dari jurusan seberang yang ganteng itu, tapi sayangnya udah punya pacar, yha miris banget ya kisah cinta si Lexa,” sambungnya.

“Bodo amat!” Kedua bola mata Alexa terputar malas.

Pembicaraan Alexa, Hera dan Renatta akhirnya berakhir karena dosen yang akan berjaga di kelas mereka telah masuk. Ujian hari kedua berlangsung dengan khidmat, semua mahasiswa dan mahasiswi mengerjakan soal dengan serius dan sungguh-sungguh. Namun ketika Alexa tengah mengerjakan soal ujiannya, tiba-tiba pikirannya melayang dan mengingat sosok Erlangga yang menyebalkan.

Mimik wajah Alexa berubah, yang semula serius mengerjakan soal ujian menjadi kesal. Dosen yang mengawas di kelas itu diam-diam memperhatikan Alexa tanpa disadari oleh Alexa. Waktu terus berputar tapi Alexa masih belum bisa fokus mengerjakan soal-soal, dia tidak mengingat bagaimana nantinya jika nilai ujiannya jelek, Eza bisa marah besar bahkan menyiksanya lagi karena tidak bisa mendapatkan nilai sempurna.

“Erlangga nyebelin!” teriak Alexa.

Kini semua mata tertuju kepada Alexa yang baru saja berteriak menyebut nama Erlangga, mereka berpikir bahwa Alexa mempunyai hubungan yang serius dengan Erlangga. Sama seperti Renatta, awalnya memang dia berpikir yang sama dengan pemikiran orang-orang yang ada di kelas. Tapi dia berpikir kembali, nama Erlangga tidak hanya satu di kampusnya. Ada tiga orang yang bernama Erlangga dari berbagai fakultas.

“Ada apa Lexa?” tanya Pak Kadek dari tempat duduknya.

Alexa menundukkan kepalanya, menggaruknya pelan. “G-gapapa pak, maaf tadi saya lagi kurang konsen aja.”

“Baiklah, kerjakan kembali soalnya Lexa. Waktu sisa lima menit lagi,” titah Pak Kadek.














Tbc

Obsession Or Love [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang