BAB 22

832 15 0
                                    

Niat awalnya, Erlangga memang ingin mengantar Alexa pulang tapi tiba-tiba saja terpikirkan dalam benaknya untuk membawa Alexa ke apartemennya. Alexa masih belum tahu saat ini dia ada di apartemen Erlangga karena sejak pulang dari mall tadi Alexa tertidur dengan sangat nyenyak. Bahkan Alexa tidak merasakan tubuhnya diangkat dan dibawa oleh Erlangga ke kamarnya. Kamar itu sudah Erlangga persiapkan jauh-jauh hari sebelum acara pertunangan berlangsung.

Keesokan paginya, Alexa menatap sekelilingnya dengan pandangan ketakutan. Dia berpikir ada orang jahat yang menculiknya. Tapi saat melihat Erlangga masuk ke kamarnya sembari membawakan sepiring nasi goreng dan segelas susu cokelat untuknya, Alexa merasa sedikit tenang. Erlangga tersenyum melihat Alexa yang menjadi penurut seperti sekarang ini, tidak memberontak sama sekali.

Morning Sunday baby,” sapa Erlangga. “Ini aku buatin sarapan buat kamu, enak banget ya tidurnya? Oh iya aku juga mau kasih tahu sama kamu mulai hari ini kamu tinggal di apartemen aku,” jelasnya.

Kedua bola mata Alexa seketika membelalak. “Gila banget Elang! Gak, aku mau pulang Elang! Nanti kalo nenek sama ayah nyariin aku gimana? Plis aku mohon pulangin aku, ya?”

“Tenang aja sayang, nanti biar aku bilang sama mereka kalo kamu tinggal di apartemen bareng aku supaya aman. Orang tua aku juga pasti setuju kok, lagian kita udah tunangan santai aja kali.” Erlangga duduk tepat di samping Alexa, menatap perempuan itu terobsesi.

Alexa memundurkan tubuhnya sedikit demi sedikit untuk menghindari Erlangga, akan tetapi lelaki itu malah semakin sengaja memajukan dirinya agar bisa mendekati Alexa. Spontan, Alexa mendorong tubuh Erlangga dan segera berlari ke luar dari kamar. Namun sialnya pintu apartemen terkunci sehingga Alexa tidak bisa ke luar dari apartemen. Jantung Alexa berdebar tak karuan, serius tidak ada yang lebih menakutkan dari sikap menyeramkan Erlangga saat ini.

Beberapa kali Alexa mengetuk pintu apartemen dan berteriak meminta tolong berharap ada orang yang bisa menyelamatkannya. Tapi tidak ada orang yang mendengarnya sama sekali, karena hari masih sangat pagi. Erlangga tak tinggal diam, dia kembali menarik tubuh Alexa dan membawanya ke kamar dengan perasaan sangat kesal. Erlangga berpikir untuk apa Alexa takut kepadanya? Padahal tidak ada niat busuk untuk melakukan sesuatu yang aneh kepada Alexa.

“Kamu kenapa takut sih sama aku? Tadi aku cuma mau ngobrol berdua sama kamu, gak lebih. Kamu kira aku cowo murahan yang seenaknya mainin cewe? Enak aja!” Intonasi bicara Erlangga mulai meninggi.

Alexa menundukkan kepalanya, kemudian berucap, “G-gak gitu, habisnya tadi kamu nyeremin banget sumpah. A-aku kan jadi mikir yang enggak-enggak,” jawabnya dengan terbata.

“Sekarang kamu sarapan, habis itu kita ke supermarket beli kebutuhan bulanan,” perintah Erlangga.

Gila nih cowo, udah anggap gue kayak istrinya aja, batin Alexa.

Setelah menghabiskan sarapannya Alexa mandi, sebelum mandi Erlangga sudah memberikannya baju dan celana untuk dipakai Alexa. Baju tersebut sudah Erlangga siapkan di dalam lemari yang ada di apartemen itu. Alexa sengaja berlama-lama di kamar mandi agar Erlangga mau kembali mengantarnya pulang ke rumah. Di apartemen rasanya tidak enak, Alexa merasa sudah seperti menjadi istri dari seorang Erlangga.

“Eka! Kamu mandi lama banget sih! Ayo cepetan, bahan kebutuhan bulanan udah habis loh!” teriak Erlangga dari ruang tv.

“I-iya Elang tunggu sebentar,” jawab Alexa dari dalam kamar mandi.

Cepat-cepat Alexa ke luar dari kamar mandi dan berdandan sebentar saja. Hanya menggunakan bedak, lipstick juga blush on tapi tipis. Gaya berpakaian Alexa memang sederhana, hanya menggunakan celana jeans berwarna kebiruan yang pendek, serta kemeja kotak-kotak hitam namun dapat memikat hati seorang Erlangga. Senyuman terukir di wajah Erlangga ketika melihat kecantikan calon istrinya itu.

“Agh, aku gak kuat lihat kamu cantik gini. Pake masker dulu sana, aku gak mau ada orang lain yang lihat kecantikan kamu.” Erlangga berkacak pinggang.

Kedua bola mata Alexa terputar malas. “Banyak mau banget sih, ya udah tunggu bentar.”

Tak perlu menunggu waktu lama, Alexa kembali ke luar dari kamar sudah dengan masker hitam yang selalu dipakainya ke mana-mana. Erlangga menautkan jemarinya dengan jemari Alexa, mereka berdua jalan beriringan di lorong apartemen. Suasana pagi ini cukup cerah sehingga tampak orang lalu lalang di jalanan sedang berlari pelan.

“Kamu masuk mobil dulu, aku mau ke toilet bentar,” perintah Erlangga.

“Hm, jangan lama,” pesan Alexa.














Tbc

Obsession Or Love [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang