Gawat, Alexa bangun kesiangan sehingga sampai di kampus terlambat. Alexa berlari-lari menyusuri lorong kampus menuju kelasnya, ujian pasti sudah dimulai. Semoga saja Alexa tidak dihukum dosen yang mengawas karena terlambat. Sesampainya di kelas sudah ada dosen yang mengawas, untung saja Alexa tidak dihukum dan diperbolehkan langsung mengerjakan soal ujian bersama teman-temannya yang lain.
Alexa kaget ketika melihat hasil ujiannya sudah ada di atas meja, itu adalah hasil ujian hari pertama. Nilai yang Alexa raih adalah delapan puluh sembilan, Alexa sudah merasa takut karena pasti Eza akan memarahinya dan menyiksanya seperti dulu. Entah kenapa akhir-akhir ini Alexa sering merasa malas belajar, sehingga tidak bisa mengerjakan soal ujian seperti sekarang ini. Padahal di kelas Alexa dikenal sebagai murid yang pintar.
Jam terus berputar, ujian hari ini sudah selesai. Alexa terdiam di mejanya sembari menopang dagunya dan menatap miris nilai ujiannya. Tinta merah dengan angka delapan itu membuat Alexa merasa takut akan Eza, andai Alexa belajar dengan sungguh-sungguh pasti nilai ujiannya bisa memuaskan. Renatta dan Hera menghampiri Alexa yang kelihatan lesu beberapa hari terakhir ini, tidak seperti biasanya.
“Lexa, are you okay?” tanya Hera.
“I,m okay,” jawab Alexa singkat.
Renatta menepuk pundak Alexa. “Lo yakin gapapa? Gak mau bagi masalah lo sama kita? Lo gak kayak biasanya, Lexa. Ayo lah bagi masalah lo sama kita jangan dipendem kayak gini.”
“Gapapa kok gapapa, gue balik duluan ya.” Alexa mengambil tasnya, setelah itu meninggalkan ruang kelas.
Sesuai janjinya dengan Gita kemarin malam, Alexa dan Erlangga akan pergi ke butik. Namun mereka tidak pergi bersama karena Erlangga mengatakan masih ada mata kuliah yang harus diselesaikan. Alexa berjalan terburu-buru menuju kantin untuk mengisi perutnya karena sejak pagi belum makan apa-apa. Sehingga Alexa tidak melihat jalan di depannya dan tanpa sengaja menabrak seorang lelaki, Bara namanya sepupu Alexa.
Alexa jarang sekali bertemu dengan Bara karena mereka berdua kebetulan berbeda fakultas, Bara berada di fakultas akuntansi sama seperti Erlangga. Alexa mengajak Bara untuk ke kantin terlebih dahulu dan makan bersamanya. Tanpa Alexa ketahui ternyata diam-diam Erlangga meninggalkan kelasnya saat tanpa sengaja melihat Alexa dan Bara jalan berdua melewati kelasnya, langsung saja Erlangga menghampiri Alexa lalu menariknya agar menjauh dari Bara.
“Lo jadi cowo jangan gatel, ini pacar gue,” tegur Erlangga. “Ikut aku sekarang!” paksanya.
“T-tapi gue ini se—“ Belum sempat Bara menyelesaikan ucapannya, Erlangga dan Alexa sudah lebih dulu meninggalkan kantin.
Erlangga membawa Alexa ke mobilnya, dengan emosi yang menggebu-gebu Erlangga mengendarai mobilnya karena cemburu melihat Alexa berdua bersama lelaki lain, padahal Bara itu hanya sepupu Alexa. Mobil Erlangga berhenti mendadak ketika sebuah kucing melintas tepat di depannya, masih baik Erlangga tidak sampai menabrak kucing tersebut. Sedangkan Alexa masih berusaha menormalkan detak jantungnya mengingat mobil yang dikendarai Erlangga benar-benar kencang.
Alexa memukul lengan Erlangga. “Puas lo buat gue hampir mati, hah!? Lo tahu? Bara itu sepupu gue, lo boleh suka sama gue tapi jangan cemburu buta kayak tadi bego!”
“Kalo aku gak percaya?” Erlangga menaikkan salah satu alisnya, wajahnya kelihatan seperti wajah iblis bagi Alexa.
“Terserah,” jawab Alexa singkat, padat dan jelas.
“Karena kamu udah berani langgar perintah aku, balik dari butik nanti kamu ikut ke apart aku. Gak ada penolakan,” bisik Erlangga tepat di telinga kanan Alexa, dan berhasil membuat bulu kuduk Alexa merinding.
Tanpa sadar, Erlangga mulai mengubah kosa kata panggilannya kepada Alexa menjadi aku-kamu. Alexa menundukkan kepalanya mencerna setiap kata-kata yang diucapkan Erlangga, jika sampai Erlangga berbuat yang tidak-tidak, Alexa sudah menyiapkan air cabai yang selalu dibawanya ke mana-mana. Erlangga si lelaki iblis dan menyebalkan bagi Alexa, dalam hati Alexa selalu berharap perjodohannya dengan Erlangga tiba-tiba batal.
“Awas kalo lo macem-macem sama gue, gue bakal teriakin lo maling!” ancam Alexa tak main-main.
“Teriak aja, gue gak takut,” tantang Erlangga
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Or Love [T A M A T]
Teen FictionErlangga, merupakan seorang lelaki yang memiliki sifat posesif serta keras kepala. Namun, jika dipikir kembali sifat Erlangga sudah lebih dari posesif, yaitu terobsesi. Alexa, merupakan gadis yang menjadi incaran Erlangga. Dengan kecantikan, sifat...