BAB 29

706 15 0
                                    

Sudah satu minggu Alexa membuka matanya, dan hari ini Eza sudah mendapat donor mata untuk anak semata wayangnya itu. Hari Sabtu pagi hari ini akan dilaksanakan operasi mata Alexa. Waktu yang dibutuhkan untuk bisa menyelesaikan operasi mata itu kurang lebih empat jam. Operasi berjalan dengan lancar sehingga keluarga, dan teman Alexa bisa bernapas lega. Sayangnya sejak kejadian kecelakaan Alexa, Devi tidak menampakkan diri sama sekali.

Bahkan di rumah Eza pun Devi tidak ada, perempuan itu hilang seperti ditelan bumi. Tidak menitipkan apa-apa dan tidak berpamitan. Sama dengan menghilangnya Devi, Ajik pun tak pernah lagi datang ke kampus. Hera merasa hidupnya semakin damai jika Ajik dan Devi tidak ada di hidupnya. Siang ini giliran Hera yang menjaga Alexa, sembari menunggu waktunya tiba untuk membuka perban yang ada di kedua mata Alexa.

“Lexa, lo mau makan apa? Biar gue beliin deh, gue traktir mau gak?” tawar Hera.

“Enggak deh, tadi tante Irene udah kasih gue makan. Tahu gak sih? Ternyata dia baik juga, gak kayak yang gue kita gitu,” tolak Alexa secara halus.

Hera mengerutkan keningnya. “Maksud lo? Hm, gue tahu nih pasti pikiran lo ternodai oleh sikap ibu tiri galak yang kayak di film gitu ‘kan? Gini ya, Lexa. Gak semua ibu tiri itu jahat, kayak tante Irene tuh gue ngeliat sosok tante Irene baik banget deh.”

“Ya kan gue gak tahu, soalnya gue emang gak mau punya mama baru. Tapi kalo tante Irene baik mah gue setujuin aja deh biar ayah menikah lagi.” Alexa mengembuskan napasnya secara kasar.

Terdengar suara pintu ruang rawat Alexa terbuka lebar, menampilkan sosok Erlangga yang datang dengan membawa sebuah parsel berisi makanan, sirup serta buah. Erlangga meletakkan parsel tersebut di meja yang ada di samping brankar Alexa. Kemudian dengan santainya dia duduk di sofa yang letaknya tak jauh dari brankar di mana Alexa tengah berbaring. Hera hanya bisa menggelengkan kepalanya saja melihat kelakuan Erlangga.

“Heh, Ra. Siapa si yang udah buat ayang gue jadi buta gitu? Kasih tahu sini sama gue, biar gue ajarin orang yang udah buat ayang gue menderita.” Kemudian, melempar kulit kacang yang baru dikupasnya itu asal ke tong sampah.

Hera memutar kedua bola matanya malas, kemudian berucap, “Emangnya lo berani? Kalo dia beda gender sama lo gimana? Tapi kayaknya gak perlu dikasih tahu deh karena kecelakaan Alexa kek gak sengaja gitu,” jelasnya.

“Tahu tuh, gak usah sok berani kamu. Mending sekarang kamu beliin aku makanan yang banyak deh, Lang. Soalnya aku laper banget nih,” titah Alexa.

“Kamu gak liat di samping kamu itu ada apa? Aku udah beli makanan sebanyak itu buat kamu, masih minta lagi?” Erlangga menggelengkan kepalanya pelan.

“Lol, Alexa kan belum bisa liat dodol,” ucap Hera geram.

Alexa mengembuskan napasnya kasar. “Emang dasar Elang ngeselin anjir.”

Sorry babe, im forget,” ucap Erlangga dengan wajah dibuat-buat sesedih mungkin.

Erlangga berpindah posisi menjadi duduk tepat di samping brankar Alexa, tentunya dia mengusir Hera terlebih dahulu. Hera merasa kesal karena menyaksikan Erlangga dan Alexa yang bucin berdua. Alhasil Hera memilih untuk bermain game saja, untuk menghilangkan rasa kesalnya. Bahkan kini Hera dibuat semakin kesal karena Erlangga sengaja menyuapi Alexa makan jeruk. Dalam hati Erlangga tertawa sangat puas.

“Lexa ih! Kok malah kalian berdua sih yang bucin? Ya udah gue pulang aja deh.” Hera menghentak-hentakkan kedua kakinya ke luar dari kamar rawat Alexa.

Alexa menepuk-nepuk pundak Erlangga, kemudian berucap, “Kejar Hera! Cepet gak? Kasian masa dia pulang sendiri mana panas gini, kamu anter gih,” paksanya.

“Gak mau ah, mending di sini aja sama Eka,” tolak Erlangga dengan cepat.

“Ih, kamu berani ya sama aku? Sekali aja plis sekalian aku nitip minuman,” bujuk Alexa.

Erlangga menggelengkan kepalanya. “Gak mau, pengen di sini aja. Diem Eka, aku cuma mau kamu, kamu dan kamu.”

 















Tbc

Obsession Or Love [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang