BAB 13

962 25 0
                                    

Gita tersenyum ketika melihat cucunya datang bersama lelaki yang akan dijodohkan dengannya nanti, Alexa dan Erlangga tampak serasi. Kebaya dan sebuah tuxedo yang akan dipakai dalam acara pertunangan nanti sudah dipilih oleh Gita, Alexa dan Erlangga tinggal mencoba saja apakah pas di badan mereka atau tidak. Warna kebaya yang akan Alexa pakai nanti berwarna hijau muda, tuxedo yang dipakai Erlangga berwarna senada dengan kebaya yang Alexa pakai.

Keduanya masuk ke kamar ganti untuk mencoba kebaya dan tuxedo, setelah itu mereka berdua sama-sama ke luar dari kamar ganti dan berdiri tepat di depan Gita. Rasanya Gita jadi tidak sabar ingin segera melihat cucu semata wayangnya melakukan pertunangan. Gita tersenyum melihat wajah Alexa yang semakin cantik memakai kebaya pilhannya, warnanya tidak terlalu mencolok dan modelnya pas di tubuh Alexa.

Ternyata tidak hanya Gita yang kagum melihat penampilan Alexa, tapi Erlangga juga. Lelaki itu tak berkedip sama sekali melihat kecantikan Alexa, jika seperti ini tidak ada rasa penyesalan sama sekali dalam diri Erlangga telah menerima perjodohan itu. Hanya saja yang membuat Erlangga jengkel, Alexa masih berani dekat dengan lelaki lain, Erlangga tak akan membiarkan ada lelaki yang mendekati Alexa.

“Nah, kalian keliatan makin serasi. Ya udah kebaya sama tuxedonya fiks yang ini ya. Biar nenek yang bayar terus nanti kalian pulangnya berdua lagi aja,” pesan Gita.

“Nek, aku mau pulang sama nenek aja,” pinta Alexa dengan wajah memelas.

Erlangga menatap Alexa tak terima. “Enggak nek, jangan. Aku mau ajak Alexa jalan-jalan dulu boleh ‘kan?”

“Kalo mau jalan-jalan boleh, tapi jangan pulang terlalu larut ya. Oh iya jagain Alexa juga, jangan sampai ada lecet, oke? Nenek udah percaya banget sama kamu, Erlan. Jangan sia-siakan kepercayaan yang udah nenek kasih.” Tangan Gita bergerak mengusap pucuk kepala Erlangga.

Erlangga tersenyum lalu menganggukkan kepalanya patuh, setelah memastikan bahwa Erlangga benar-benar akan menjaga Alexa, Gita meninggalkan butik yang cukup mewah itu tapi sebelumnya dia membayar gaun dan tuxedo yang dibelinya terlebih dahulu ke kasir. Alexa dan Erlangga sudah berganti pakaian, mereka berjalan bersama ke luar dari butik dengan berpegangan tangan. Lebih tepatnya Erlangga yang tak mau melepas genggaman tangannya, seperti seorang anak takut kehilangan Ibunya.

“Erlan, lepas. Malu tahu kayak anak kecil banget sih lo.” Alexa berusaha melepas tangannya yang digenggam oleh Erlangga, namun tak bisa.

“Gak mau, kamu itu kayak mama kedua aku,” tolak Erlangga dengan santainya.

Kedua bola mata Alexa terputar malas, kemudian berucap, “Bocah banget sih lo, umur aja tua tapi kelakuan kayak anak kecil. Jangan-jangan lo masih ngedot ya? Ih sumpah malu-maluin banget lo,” ejeknya.

“Iya, aku emang masih ngedot. Kenapa?” tanya Erlangga dengan ekspresi wajah seriusnya.

Alexa menggelengkan kepalanya pelan, tanpa terasa kini mereka berdua telah tiba di parkiran. Terpaksa Alexa harus ikut ke manapun Erlangga membawanya. Alexa sudah bersiap, jika ada kemungkinan Erlangga membawanya ke tempat sepi, dia akan langsung melompat dari mobil. Lebih baik mati daripada harus berduaan di tempat sepi bersama lelaki menyebalkan seperti Erlangga. Sedaritadi Erlangga belum melajukan mobilnya karena lelaki itu malah menyaksikan Alexa yang kesulitan memakai sealtbelt.

“Susah banget sih ini,” gerutu Alexa.

Erlangga mendekati Alexa lalu membantu perempuan itu memakai sealtbelt. “Sini aku bantu.”

Jarak antara Erlangga dan Alexa saat ini sangat dekat, keduanya saling berpandangan di jarak yang cukup dekat. Bahkan deru napas Erlangga dan wangi badannya dapat Alexa rasakan, benar-benar wangi mint. Detak jantung Erlangga mulai tak beraturan, sepuluh detik kemudian Alexa baru tersadar. Dia mendorong tubuh Erlangga cukup kuat lalu berteriak tak jelas menuduh Erlangga hendak melakukan yang tidak-tidak kepadanya.

“Bego anjir lo Erlan, mau apa tadi lo hah!? Inget ya kita belum sah!” teriak Alexa penuh emosi.

Erlangga menutup kedua telinganya menggunakan tangannya, kemudian berucap, “Jangan teriak bisa gak si? Aku budeg dengernya,” protesnya.

“Ya abisnya lo tadi apaan modus bantuin padahal mau ngintip sesuatu ‘kan? Iya gak? Ngaku lo!” paksa Alexa.

“Terserah dah kalo kamu gak percaya, intinya sekarang kamu cuma punya aku. Dan kamu harus ikut ke manapun aku pergi, oke baby?” Terdengar suara kekehan pelan dari mulut Erlangga, lalu dia segera melajukan mobilnya meninggalkan area butik.















Tbc

Obsession Or Love [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang