BAB 24

747 17 0
                                    

“Nenek!” pekik Alexa ketika berada di ambang pintu rumahnya.

Gita yang sejak semalam tidak bisa tidur karena menunggu kepulangan Alexa, kini bisa tersenyum saat mendengar suara cucunya telah kembali ke rumah. Alexa berlari menuju Gita yang sedang duduk di sofa ruang tamu dengan wajah tak bersemangat. Keduanya saling berpelukan, sedangkan Erlangga sudah pulang kembali rumahnya. Dia tidak tega jika harus memisahkan Alexa dengan Gita, sesak rasanya.

Sejak kemarin, Gita tak bisa makan. Bahkan tadi pagi hanya makan tiga suap nasi goreng saja, itupun karena dipaksa Devi. Mendengar suara Alexa telah kembali, Devi yang sedang memasak di dapur meninggalkan masakannya begitu saja dan berlari memeluk tubuh Alexa erat sampai tak bisa bernapas. Adevi melompat kegirangan saking senangnya ternyata Alexa kembali ke rumah dengan tidak kekurangan suatu apapun.

“Lo ke mana aja sih, Lexa? Gue gak bisa tidur tahu, nenek juga. Lain kali kalo gak pulang tuh kasih kabar, jangan diem-diem bae,” komentar Devi.

Alexa menampilkan sederetan giginya yang putih dan rapih, kemudian berucap, “Ya maap, semalam tuh gue nginep di rumah temen gitu makanya lupa ngabarin ke rumah,” bohongnya.

“Diem di rumah temen atau di apartemen Erlan?” goda Gita.

“Ah nenek, apa sih nek. Aku beneran nginep di rumah temen kok.” Alexa memanyunkan bibirnya.

Ketika mereka bertiga sedang bersenda gurau, tiba-tiba tercium aroma tak sedap dari dapur. Devi lupa ternyata masakannya gosong, cepat-cepat Devi ke dapur untuk mematikan kompor. Dia kembali ke tempat di mana Gita dan Alexa sedang duduk bersama, sembari membawa satu piring sayur yang gosong karena kecerobohannya. Devi berteriak kesal karena niatnya untuk sombong bahwa dia jago memasak sudahlah hancur.

“Devi, kamu ini gimana sih? Lihat sayurnya gosong, terus kita mau makan apa?” omel Gita.

“Ih nenek, maaf. Aku karena seneng banget sih tadi lihat Alexa pulang, jadi kelupaan kalo lagi masak,” jawab Devi dengan penuh rasa bersalah.

Alexa terkekeh pelan. “Udah gapapa nek, nanti kita pesen makanan online aja ya. Aku yang traktir kalian.”

Alexa baru sadar bahwa sosok Eza tidak ada, Alexa mengedarkan pandangannya ke segala penjuru rumahnya bahkan dia juga sudah berkeliling rumahnya mencari Eza tapi sosok yang dicari tidak menampakkan diri. Hari Minggu seperti ini biasanya Eza selalu diam di rumah, atau paling tidak pria berusia sekitar lima puluh tahun itu jalan santai di sekitar komplek untuk merenggangkan otot dan menenangkan pikirannya.

“Oh iya nek, ayah ke mana? Kok tumben banget gak ada?” tanya Alexa. “Biasanya ayah diem di rumah.” Alexa duduk kembali tepat di samping Gita.

“Tadi bokap lo bilang mau mancing sama temennya.” Bukan Gita yang menjawab, melainkan Devi.

Alexa mengerutkan keningnya kemudian berucap, “Hah? Mancing? Sejak kapan ayah bisa mancing? K-kalo boleh tahu ayah mancing ke mana nek? Boleh aku susul ke sana?” tanyanya bertubi-tubi.

“Tenang Lexa, ayah kamu mancing ke sungai muara. Jadi kamu gak perlu khawatir,” nasehat Gita.

Pikiran Alexa melayang ke mana-mana sebab Eza tak pernah memancing sejak dulu, Alexa takut jika Eza sampai kenapa-kenapa. Dia takut sosok ayahnya itu akan meninggalkan dirinya sama seperti ibunya beberapa tahun lalu. Meskipun sikap Eza terkadang kasar jika Alexa tak bisa mendapat nilai yang bagus, tapi tetaplah Alexa takut kehilangan sosok pahlawan dalam hidunya sekaligus cinta pertamanya.

“Lexa, lebih baik kamu ke kamar, istirahat. Kelihatannya kamu ngantuk.” Gita mengusap punggung Alexa penuh kasih sayang.

Alexa menggelengkan kepalanya pelan. “Tapi gimana ayah nek?”

“Udah, nanti ayah kamu pasti pulang kok,” jawab Gita dengan lembut.

“Hm, oke deh nek. Kalo gitu aku ke kamar ya,” pamit Alexa.















Tbc

Obsession Or Love [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang