Hanya ada dua mata kuliah saja hari ini di fakultas psikologi, sehingga Alexa dan teman-temannya bisa pulang ke rumah ketika hari masih siang. Namun Alexa tidak, dia mengingat janjinya dengan Vero kemarin. Siang ini Alexa akan menemani Vero jalan-jalan untuk merayakan hari ulang tahun lelaki itu kecil-kecilan. Vero sudah menunggu Alexa sejak tadi di parkiran kampus sejak lima menit yang lalu.
Alexa datang menghampiri Vero dengan napas terengah-engah, karena sedikit terlambat sehingga harus membuat Vero menunggu cukup lama. Vero tersenyum melihat kedatangan Alexa, lalu lelaki itu langsung membukakan pintu mobilnya untuk Alexa. Sepanjang perjalanan menuju restaurant yang dituju hanya ada keheningan saja di dalam mobil. Keduanya sama-sama masih merasa canggung, mungkin karena baru saja kenal.
Sesampainya di tempat tujuan, Vero langsung membawa Alexa menuju meja yang sudah dipesannya. Di sana sudah tersaji beberapa jenis makanan serta sebuah kue bolu rasa vanilla dengan lilin angka 22 di atasnya yang menyala. Vero dan Alexa duduk saling berhadapan, jantung Alexa berpacu dengan cepat, dengan sangat percaya dirinya Alexa berpikir bahwa Vero akan menyatakan perasaan kepadanya, konyol memang.
“Lexa, makan ya ini. Berhubung cuma ada lo di sini, jangan potongan kue pertama gue kasih buat lo.” Setelah memotong kue bolunya, Vero memberikannya kepada Alexa.
Alexa menerima kue pemberian Vero dengan tangan bergetar, membuat Vero merasa bingung. “V-Vero, gue boleh jujur gak?”
“Kenapa, Lexa?” tanya Vero dengan kening berkerut.
“Jujur sejak pertama kita bertemu beberapa waktu lalu, gue suka sama lo. Eum tapi tenang aja gue cuma jujur aja sama lo, gak minta lo terima gue kok.” Kepala Alexa tertunduk.
Vero terdiam seribu bahasa dan tidak dapat berbuat apa-apa setelah mendengarkan kejujuran Alexa, aneh, padahal mereka berdua baru saja berkenalan tapi Alexa sudah langsung menyukainya. Raut wajah Vero berubah menjadi datar, berarti dia selama beberapa hari ini sudah memberikan harapan palsu kepada Alexa, sampai-sampai gadis itu menyukai dirinya padahal baru kenal selama dua hari.
Ada Devi, yang masih menjabat sebagai kekasih Vero. Walaupun sudah hampir satu bulan ini Devi dam Vero jarang bertemu dengan alasan Vero yang selalu malas, tapi tetaplah Devi satu-satunya perempuan di hatinya. Vero memaksakan senyumnya, menatap Alexa yang masih menundukkan kepalanya sembari memainkan jemarinya. Tak lama kemudian Alexa turut mengangkat kepalanya, keduanya saling berpandangan untuk yang kesekian kalinya.
“Maaf banget Lex, gue gak bisa terima lo karena sebenernya gue udah punya pacar,” tolak Vero secara halus. “Tapi gue juga mau bilang makasih karena lo udah mau jujur,” lanjutnya.
Senyuman mengembang di wajah Alexa, kemudian berucap, “Santai, Ver. Tadi gue udah bilang kalo gue cuma mau jujur aja, gue ngehargain banget cewe lo kok. Gue juga gak maksa lo buat terima gue karena udah ada cewe,” jelasnya.
“Lexa, besok-besok gue minta jangan deketin gue lagi, ya. Karena gue udah ada cewe, dan gak mau ngasih harapan terus sama lo,” ucap Vero hati-hati.
“Bentar deh, Ver. Bukannya lo yang deketin gue? Lo juga yang ajak gue temenin lo rayain ulang tahun kayak gini, tapi kenapa lo malah salahin gue?” Alexa menatap Vero tak terima, karena Vero malah menyalahkan dirinya. “Tapi gapapa Ver, gue jadiin semua sebagai pelajaran. Lain kali gue ga boleh deketin cowo orang, betul ‘kan? Ya udah kalo gitu gue balik duluan aja ya, makasih udah mau berteman, panjang umur juga buat lo, intinya selamat ulang tahun.” Kemudian, Alexa meninggalkan Vero sembari menahan tangisnya.
Vero memejamkan kedua matanya. “Hancur anjir parah gara-gara gue!”
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Or Love [T A M A T]
Teen FictionErlangga, merupakan seorang lelaki yang memiliki sifat posesif serta keras kepala. Namun, jika dipikir kembali sifat Erlangga sudah lebih dari posesif, yaitu terobsesi. Alexa, merupakan gadis yang menjadi incaran Erlangga. Dengan kecantikan, sifat...