" ngapain kita kesini fre? jam istirahat udah habis lho!" Protes Zean tak terima pada Freya yang menyeretnya ke rofftop sekembali mereka dari kantin, padahal sekarang sudah masuk jam pelajaran lagi.
Freya terdunduk, "maaf, tapi ada yang mau aku omongin- "
"ngomong apa?, buruan! aku gamau ya telat masuk pelajaran kalau yang mau kamu omongin ga penting-penting amat!" sosor Zean memotong ucapan Freya.
Freya mengulum bibir, merasa ragu untuk mengeluarkan ucapannya. "ta-tapi aku takut kamu marah..."
"udah lah fre buruan!, aku bakal marah kalau kamu buang waktu aku lebih lama lagi!"
Freya mencoba menatap Zean, namun melihat ekspresi lelaki itu tampak kesal Freya kembali menunduk, ia meremas jari-jemarinya sendiri, merasa begitu gugup dan takut dengan fakta yang dirinya simpan selama seminggu ini.
"kak zi,... a- aku hamil... "
...
hening...
Zean mematung, darahnya berdesir, seketika otaknya kosong tak bisa menyerap apa yang baru saja Freya ucapkan.
"apa?... " Zean tak percaya dengan pendengarannya dan berharap kalau dirinya salah dengar.
kali ini Freya memberanikan diri untuk menatap mata Zean, "aku hamil."
DEG...
jantung Zean seakan berhenti.
"gak, gak, gak..." perlahan Zean menggelengkan kepalanya, "jangan becanda fre... bagaimana bisa? kita baru sekali melakukan hal itu, dan itupun,... AARGHH..." Zean mengacak rambutnya dengan kasar sembari memalingkan badan.
"apa jangan-jangan,..." Zean menjeda ucapannya dan menatap tajam Freya, "kamu udah main sama cowo lain sampe hamil dan sekarang nuduh aku?" ucap Zean playing victim mencoba keluar dari situasi ini.
mata Freya berkaca-kaca mendengar ucapan yang menyayat hatinya, tak percaya kalau Zean tega menuduhnya seperti itu.
"aku gamungkin kaya gitu," Freya menggeleng, air matanya mulai meleleh, "aku cuma ngelakuin sama kamu... itu juga karena kamu maksa."
"tapi itu cuma sekali fre!, gamungkinlah kamu lansung hamil!!." Nada Zean meninggi, wajahnya memerah, ia kembali berpaling memunggungi Freya.
tangis Freya pecah melihat Zean yang tak mau menerima fakta.
"kamu harus tanggung jawab kak zi..." lirih Freya dengan suara yang tercekat. untuk kesekian kalinya Freya tertunduk, tubuhnya bergetar, kedua tangannya bergerak menutupi wajah, dirinya benar-benar merasa takut sekarang.
"itu... gabisa... a- aku gamau nikah muda."
mendengar isak tangis Freya yang makin keras, zean pun tak tega. ia menarik Freya kedalam dekapanya.
sungguh... Zean sangat menyayangi Freya, namun ada begitu banyak alasan yang menjadikannya tak mau bertanggung jawab sekarang.
"masih banyak cita-cita yang harus aku kejar, kamu kan juga tau kalau aku mau lanjut kuliah ke london, ga mungkin aku ninggalin itu semua gara-gara kehamilan kamu."
Freya mendorong kuat tubuh Zean, "maksud lo apa?!" alis Freya menukik, ia mengusap kasar air mata di pipinya. "LO NYALAHIN KEHAMILAN GUE YANG JELAS-JELAS ITU PERBUATAN LO??!!... BANGSATT"
Zean langsung membekap mulut Freya, ia tak mau teriakan Freya sampai kedengaran orang lain, bisa hancur semua reputasi yang sudah susah-payah ia bangun selama ini. apalagi dirinya masih menyandang status ketua OSIS.