/ᐠ。ꞈ。ᐟ\
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄"Saya terima nikah dan kawinya Freya Nurlintang Fadrin binti Viano Fadrin dengan mas kawin satu buah rumah serta 10 gram emas dibayar tunai." Dalam satu tarikan nafas, Radel mampu mengucapkan ijab kabul itu dengan lancar.
"Bagaimana para saksi?"
SAH!!...
Mereka semua langsung membaca surat Alfatihah dalam hati masing-masing.
Freya kemudian meraih tangan Radel yang kini telah menjadi suaminya itu untuk di cium, disusul Radel yang kemudian mencium kening Freya.Tak menyangka, kini Radel dan Freya telah menjadi suami istri. dalam hati, Freya terus merutuki kebodohannya, yang membuat lelaki tak bersalah harus menanggung semuanya.
Radel mendekati Gracia, riasan di wajah maminya itu cukup membuatnya tampak lebih segar sekarang. dia berusaha terlihat tegar meski masih sakit hati dengan fakta, kalau anaknya telah merusak seorang gadis.
Radel meraih tangan Gracia, menciumnya, kemudian bergati tangan sang ayah.
"Jaga istri kamu baik-baik, saya tidak mau suatu saat nanti mendengar kabar kamu berlaku buruk pada istrimu." pesan Shoni pada anaknya.
"Baik pih, Radel akan menjaga Freya sebaik mungkin."
Radel kemudian melakukan hal yang sama pada orang tua Freya.
"walaupun saya sangat kecewa dengan kelakuan kalian, tapi saya selelu mendoakan yang terbaik untuk kalian, semoga kebahagiaan selalu menyertai kalian berdua. dan semoga kamu bisa menjadi imam yang baik buat Freya. kalau dia bandel, gamau nurut sama kamu, kamu laporin saja sama saya." ujar Viano, kemudian mengelus kepala Radel.
Radel tersenyum tipis. "baik yah, Insyaallah nanti bakal Radel bimbing."
Freya yang mendengar hal itu, semakin merasa bersalah. ia melihat keberadaan Zean di kejauhan yang juga sedang menatap kearahnya.
(kak zi, kenapa kamu lakuin semua ini sama aku? seharusnya yang jadi suami aku sekarang itu kamu.) kedua mata Freya mulai memanas.
Freya mendongak keatas, supaya air matanya tak menetes. setelah cukup tenang, Freya mulai menyalami tangan kedua orangtuanya.
"yah, Freya minta maaf sudah bikin malu dan kecewa, Ayah sama Bunda." cicit Freya sembari menyalami Viano. seketika seluruh pertahanan freya runtuh, ia tak bisa lagi menahan tangisnya.
Melihat anak sematawayangnya menangis di hari pernikahan, membuat Viano langsung mengusap air matanya.
"tidak apa-apa freya, semua sudah terjadi. Yang terpenting Radel juga sudah mau bertanggung jawab... maafin ayah juga, kemarin sudah menamparmu, pasti sakit banget, Kan?"
Freya menggeleng, perlakuan ayahnya itu justru membuat tangis Freya semakin pecah. "Freya memang pantas mendapatkan itu yah."
"Sudah sayang, sudah." Viano mengusap kembali air mata Freya, kemudian memeluknya penuh kasih sayang. "apapun yang terjadi Ayah tetap sayang sama Freya."
"Del, saya titip Freya sama kamu ya, jangan bentak-bentak dia, soalnya dia cengeng." ucap Viano sambil memandangi wajah Cantik putrinya.
Freya yang mendengarnya pun tak terima dan memukul lengan Ayahnya. "Freya ga cengeng yah!"
"mana ada? buktinya aja sekarang kamu nangis... dasar cah gembeng." goda Viano, membuat yang lainya tersenyum, melihat kedekatan mereka.
"Sayang, doa Bunda selalu menyertai kalian. semoga pernikahan kalian di limpahkan kebahagiaannya." ucap Chika, mencium kedua pipi Freya penuh kasih sayang.