/ᐠ。ꞈ。ᐟ\
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄●●●●
Di negara yang jauh, terlihat seorang laki-laki tengah termenung dalam kesunyian. Dahi berkerut dan matanya terpaku di kejauhan, tak ada sedikit pun tanda kebahagiaan dalam tatapannya. Lidahnya keluarkan sebuah desahan kecil, mencari pelarian dari keruwetan pikiran yang kian mencekiknya.
"Gimana kabar Freya sama Radel sekarang?"
"Apa mereka sudah hidup bahagia? Atau justru sebaliknya?"
Laki-laki itu meneguk segelas wine. Mencoba untuk tidak memikirkan dua orang itu. Namun, ia tak bisa. Rasa bersalah terus menghantui dirinya.
"Gue pikir, setelah gue pergi dari Indonesia. Hidup gue bakal jauh lebih baik, tapi yang ada hidup gue semakin buruk. Rasa bersalah ini terus menghantui gue," gumamnya lagi.
"Del, gue nyesel udah ngelimpahin semuanya ke lo. Gue pengen balik ke Indonesia lagi," ujarnya lagi.
"Setelah gue menyelesaikan pendidikan di sini. Gue bakal balik ke Indonesia dan minta maaf sama kalian. Gue bakal perbaiki semuanya," ucapnya lirih. Zean kembali menuangkan wine ke dalam gelas, lalu meneguknya hingga tak tersisa.
"Gue harap, Radel mau maafin gue. Gue janji, gue gak bakal ganggu atau ngerusak pernikahan mereka berdua," ucap Zean dengan hati yang hancur, kedua matanya terlihat sayu.
●●●●
"Ciee, kok kayaknya makin hari makin lengket aja kalian berdua," celetuk Rollan, sambil melihat Radel dan Freya yang baru saja tiba di sekolah.
"Iya dong, emang kayak lo. Masih jomblo sampai sekarang," balas Radel seraya terkekeh pelan.
Rollan mencibirkan bibirnya kesal. "Biarin gue jomblo, yang penting happy."
"Jadi jomblo happy dong," lontar Doniel. Rollan mengangguk membenarkan.
"Mana ada lo happy, gue lihat setiap hari lo ngenes mulu," seru Doniel.
"Anjir! Sialan lo," teriak Rollan. Dia langsung mengapit kepala Doniel di ketiaknya, membuat laki-laki itu berontak kesakitan.
"Llan, lepasin kepala gue. Ketek lo bau oli bekas sumpah! Gak kuat gue, mau pingsan," pekik Doniel.
Doniel menatap ke arah Radel penuh harap. "Del, bantuin gue. Sumpah, ketek Rollan bau banget. Gak tahan gue, mau muntah," ujarnya.
"Enak aja lo, ngatain ketek gue bau. Ketek gue wangi yee, bau kembang kantil. Makanya semua orang pada demen sama gue," seloroh Rollan.
"Kuntilanak kali, dia kan demen sama kembang kantil," celetuk Radel.
"Llan! Lepasin gue!" rengek Doniel. Membuat Radel dan Freya terkekeh kecil, melihat kelakukan Rollan dan Doniel yang selalu membuat ulah.
"Rollan, kamu lepasin aja tuh. Kasian wajah Doniel udah pucat gitu," pinta Freya.
Mendengar itu, Rollan segera melepaskan kepala Doniel yang terjepit di ketiaknya. Doniel menarik nafas dalam-dalam, merasa seperti dirinya hampir kehabisan oksigen. Wajahnya memerah, dan tampak kesulitan untuk bernapas normal kembali.
"Akhrinya gue bisa bernapas," ujar Doniel sambil memijat tengkuknya yang kaku. "Makasih Freya, lo emang sahabat gue yang paling baik sedunia," ucap Doniel. Hendak ingin memeluk Freya, tetapi langsung ditahan oleh Radel.
"Etss... jangan peluk-peluk bini gue. Atau lo mau, gue buat nyawa lo melayang detik ini juga?" ujar Radel dengan garang. Membuat bulu kuduk Doniel berdiri.