/ᐠ。ꞈ。ᐟ\
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
Freya melangkah keluar dari kamar mandi, rambutnya masih setengah basah. Dia mengambil handuk kecil bergambar Pororo yang menjadi andalannya, lalu dengan perlahan mengusap-ngusap rambutnya, menikmati sensasi hangat yang meresapi setiap helai rambut. Wajahnya terlihat bahagia, menampilkan senyum puas yang jarang terlihat oleh siapa pun. "Seger banget," gumamnya.
Setelah di rasa sudah cukup, perempuan itu kembali meletakan handuknya di tempat semula. Kemudian mengambil ponsel miliknya yang terletak di atas meja riasnya. Setelah mendapatkan barang yang ia mau, Freya kembali berjalan mendekati ranjang dan duduk di tepiannya.
"Mandi dulu, Del," pinta Freya, seraya melirik ke arah laki-laki yang masih berbaring di sebelahnya.
"Ntar aja, gue masih ngantuk," balas Radel tanpa menatap ke arah Freya dengan kedua matanya yang terpejam.
"Mandi, Dedeel. Sekarang udah jam enam, emang kamu mau kita terlambat?" serobot Freya. Menarik selimut yang masih menutupi setengah tubuh Radel. Sehingga membuat sang empu berdecak sebal.
"Fre," panggil laki-laki yang berada di sebelahnya.
Freya menaikkan satu alisnya, kemudian berdehem pelan. "Kenapa?" tanyanya.
"Kandungan lo udah berapa bulan?" tanya Radel dengan serius.
Freya menatap jauh ke luar jendela, tampak berusaha mengingat sesuatu. Tangannya bergerak mengelus perut, seolah mencari jawaban dari dalam dirinya. Setelah beberapa detik, ia menghela napas lalu berkata dengan ragu, "Kayaknya udah masuk tiga bulan deh." Suaranya serak, menandakan keraguannya.
Radel mengangguk pelan, kemudian memperhatikan perut wanita itu yang sudah lumayan terlihat seperti bulatan kecil. "Nanti pulang sekolah periksa sama gue, kita ke dokter kandungan," ujar laki-laki itu lagi.
Tidak mau membantah dan banyak protes, perempuan itu hanya menganggukkan kepalanya saja, menyetujui permintaan Radel barusan. Lagipula, ia juga tak punya alasan untuk menolaknya.
"Udah sana mandi dulu, tubuh kamu udah bau acem banget loh," pinta Freya.
"Iya, iya. Bawel." Radel segera bangkit dari tempat tidur dan langsung bergegas menuju kamar mandi.
****
"Langsung masuk kelas, jangan melenceng ke mana-mana," titah Radel tegas. Setelah mereka sampai di kawasan sekolah.
Freya menganguk patuh. "Kamu mau kemana?" tanyanya heran.
"Gue ada urusan bentar."
"Mau bolos lagi?" tanya Freya menatap wajah Radel penuh selidik.
"Gak. Tenang aja."
Freya menghela napas berat, ia seperti tak yakin dengan ucapan Radel. "Awas aja kalau kamu bolos lagi, nanti kamu tidur di luar. Bentar lagi ujian sekolah, aku gak mau kalau setiap sekolah kamu selalu bolos," ujar Freya serius.
Radel hanya mengangguk. "Udah sana masuk kelas," titahnya lagi.
Setelah memastikan kalau Freya sudah aman. Baru Radel pergi ingin menemui seseorang. Radel memang sengaja menyembunyikan masalah Rollan dari Freya, karena ia tak mau Freya merasa khawatir, mengetahui Rollan yang terluka.
Radel berjalan cepat menuruni anak tangga, langkah kakinya terasa ringan namun penuh tekad. Ia fokus menatap ke depan, ekspresi wajahnya datar namun mata tajamnya menunjukkan keseriusan yang mendalam. "Kalau lo terbukti bersalah, gue gak bakal ampunin lo," gumamnya dalam hati, berjanji pada diri sendiri bahwa ia akan menghukum orang yang menjadi dalang di balik penyerangan Rollan dan Doniel kemarin malam.
![](https://img.wattpad.com/cover/368314582-288-k280256.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
karam?el 【FreDel】
Storie d'amore100% fiksi seluruh cerita hanyalah karangan belaka