/ᐠ。ꞈ。ᐟ\
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄"Jauhin Radel!"
Freya mendongak, menatap wajah perempuan yang baru saja berbicara padanya. Keningnya berkerut bingung, bagaimana mungkin dia meminta Freya untuk menjauhi suaminya sendiri.
"Kenapa gue harus jauhin Radel?" tanya Freya seraya menautkan kedua alisnya.
"Ya, karena gue gak suka lihat lo dekat sama dia. Radel itu hanya milik gue, gue yang berhak dekat sama dia!" jelas Achel.
Tadi, saat jam pelajaran sedang berlangsung, tiba-tiba seorang siswi menghampiri Freya dan menyuruhnya untuk segera menemui Achel di taman belakang sekolah.
"Kalau gue gak mau gimana?" tanya Freya sembari tersenyum miring. "Harusnya di sini yang berhak bicara seperti itu, gue. Lo jangan kegatelan jadi cewek, apalagi caper sampai sok-sokan mau sakitin diri sendiri demi deket sama Radel," desis Freya. Terlihat sangat berani.
Freya dikenal sebagai pribadi yang tegas dan berani. Ketika ada yang berani mengusik ketenangannya atau kehidupannya, jiwa Freya seketika bangkit dengan semangat perlawanan. Bibirnya mengeras, dan tangannya terkepal kuat, menunjukkan tekadnya untuk melawan demi melindungi apa yang dia miliki.
"Lo berani sama gue?"
"Kenapa harus takut."
"Sial! Lo nantangin gue? Liat aja," desis Achel.
Dengan tatapan datarnya, Freya memandang ke arah Achel, lalu berucap, "Lo pikir selama ini gue takut sama lo? Karena gue diem aja saat lo mengusik kehidupan gue?" Freya terkekeh pelan. "Jangan bersikap bodoh, gue bahkan bisa buat nyawa lo melayang detik ini," ujar Freya.
Achel menatap Freya dengan kening berkerut, rasa kaget terasa di dadanya. Selama ini ia mengira Freya adalah cewek yang lemah dan tak berdaya, namun apa yang baru saja terjadi sungguh melampaui dugaannya. Matanya membulat dan tak bisa berkata-kata.
Sudut bibir Freya terangkat sinis. "Kenapa diam? Atau jangan-jangan lo yang takut sama gue?" ujar Freya dengan nada sinis, membuat Achel semakin tercengang.
"Pokoknya lo harus jauhin Radel! Dia milik gue," seru Achel.
"Gue gak mau!"
"Dasar cewek murahan! Lo udah kasih apa aja ke Radel? Makanya lo keras kepala seperti ini," cibir Achel.
"Gak kebalik yah? Bukannya di sini yang murahan itu lo," balas Freya dengan santai, namun ucapannya terdengar sangat menusuk.
"Lo pikir gue gatau, lo sengaja datengin Mirza dan minta sendiri buat dijadikan sanderaan, biar lo bisa caper sama Radel, lo bersekongkol sama Mirza 'kan, tapi sayangnya Radel gak peduli sama lo. Dia lebih peduli sama gue," terang Freya, menatap Achel dengan senyuman mengejek.
Hal itu membuat emosi Achel semakin meluap-luap. Achel benar-benar tak menyangka, jika Freya mengetahui semuanya.
"Fuck! Diem lo!" bentak Achel dengan wajah yang merah padam, kemudian mendorong tubuh Freya dengan amarahnya. Tak ada kesempatan bagi Freya untuk bersiap, sehingga ia terhuyung beberapa langkah ke belakang sambil berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tak jatuh.
"Lo lihat aja! Gue yang bakal menang. Gue yang bakal dapatin Radel," tekan Achel, terdengar sangat obsesi.
Setelah mengucapkan itu, Achel pergi meninggalkan taman belakang sekolah. Perasaannya sangat marah, ia pikir ancamannya akan membuat Freya takut dan menjauhi Radel, tapi justru perempuan itu balik mengancamnya.
Setelah kepergian Achel, Freya menghela napasnya panjang. "Lo salah pilih lawan, gue gak selemah yang lo kira," gumam Freya. "Gue gak akan biarin lo rebut Radel dari gue," lanjutnya.