/ᐠ。ꞈ。ᐟ\
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
"Hapus air mata lo, gak usah nangis," titah Radel, menatap Freya dengan datar. Pasalnya perempuan itu sedari tadi terus menangis tanpa henti. Membuat Radel yang melihatnya pusing sendiri.
"Tapi gimana ...."
"Gimana apa?"
"Mereka semua udah pada tau," lirih Freya. Menatap wajah Radel dalam.
Radel menghela napasnya panjang. "Nggak usah dipikirin," ujarnya dengan wajah datar.
"Aku takut ...." cicit Freya. Menunduk seraya meremas bajunya.
"Kalau gitu lo nggak usah sekolah lagi," ucap laki-laki itu tegas.
Freya mendongak pelan, menatap ke arah wajah tegas suaminya dengan tatapan mata yang bertanya. Mata sembab dan sayu milik perempuan itu membuat Radel kembali mengumpat dalam hati, merasa tak tega.
"Kenapa?" tanya Freya tak mengerti maksud ucapan Radel.
"Gue nggak suka lihat lo diperlakukankan kayak tadi. Gue nggak rela, dengarin mereka hina dan caci-maki lo. Jadi mending mulai sekarang lo nggak usah sekolah lagi," jelas Radel. "Ayo pulang," ajak Radel. Menarik tangan Freya, segera membawanya pergi dari pinggir lapangan.
"Tapi-"
"Gue nggak suka penolakan, Fre," potong laki-laki itu cepat. Radel menatap kearah Freya. "Mulai hari ini, lo gak usah sekolah-sekolah lagi. Lo home schooling aja," tegasnya. "Semuanya biar gue yang urus. Lo cukup diem di rumah, pikirin anak kita. Inget kata Dokter kemarin, jangan terlalu bebani pikiran lo. Kasian bayi kita nanti," ucapnya pelan.
Freya hanya menunduk, ia terlihat sangat pasrah. Rasanya ia ingin sekali menolak keputusan Radel, tapi ia tak bisa melakukan itu, karena keputusan yang Radel ambil sudah tepat.
"Fre, lo nggak pa-pa 'kan?" tanya Rollan yang baru saja datang, seraya membawakan makanan dan minuman untuk Freya.
Freya menggeleng lemah, ia merasa sangat lemas sekarang. "Iya, aku nggak pa-pa."
"Gila aja, si taneman itu. Bisa-bisanya dia ngelakuin hal lancang kayak begitu," seloroh Rollan, sembari memberikan sebungkus roti kepada Freya.
"Gue juga gak nyangka, tapi yang buat gue bingung. Dia tau dari mana? Perasaan yang tau tentang kehamilan Freya hanya kita aja," ujar Doniel. Ikut mendudukkan dirinya di sebelah Freya.
"Nah, ini yang patut di pertanyakan. Nggak mungkin kan salah satu dari kita yang membeberkan rahasia ini," timpal Rollan, seraya menatap Doniel, Radel dan Freya secara bergantian.
"Nanti gue selidiki masalah ini," balas Radel datar.
"Eh, Del. Terus sekarang gimana? Pasti setelah mereka tau tentang hal ini, banyak orang yang bakal gangguin Freya walaupun lo udah beri peringatan," tanya Rollan, ikut mengkhawatirkan keadaan Freya.
"Freya berhenti sekolah. Biar home schooling dia. Gue nggak mau kejadian seperti ini terjadi lagi," jelas Radel. Membuat Rollan menatap kearah Freya dengan iba.
"Fre, lo nggak pa-pa kalau home schooling?" tanya Rollan.
Freya mengangguk dan mencoba untuk tetap tersenyum. Bagaimana pun dia seorang istri yang harus menuruti keputusan suaminya. Selagi itu untuk kebaikan dirinya, ia tidak akan keberatan.
"Nanti izinin gue ke wali kelas, hari ini gue nggak masuk. Gue mau anter Freya pulang," ucap Radel. Bangkit dari duduknya, lalu menggandeng tangan Freya.