part29

944 190 24
                                    

/⁠ᐠ⁠。⁠ꞈ⁠。⁠ᐟ⁠\⁠
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄⁠ ̄⁠ ̄



Radel merasakan adanya suara isakan yang menganggu tidurnya, ia pun menggeliat pelan. Dengan mata masih setengah terpejam, ia menoleh ke samping dan menyaksikan sosok perempuan tengah menangis pilu. "Freya?" panggil Radel lembut, mengusap bahu perempuan itu dengan penuh perhatian.

"Del," gumam Freya dengan suara serak akibat isak tangis. Radel terkejut saat melihat wajah Freya yang memerah, dan mata sembab akibat menangis. Ia pun memeluk Freya penuh kelembutan, mencoba meredam getaran tubuh Freya yang gemetar.

"Aku kangen sama Mama," bisik Freya terbata, air matanya tak henti mengalir.

Radel mengusap punggung Freya lembut. "Mama' kan masih di Bandung. Tunggu Mama pulang ya," balas Radel, mencoba menenangkan Freya.

"Tapi, aku kangen Mama. Semenjak aku nikah sama kamu, aku belum pernah ketemu sama Mama lagi. Udah hampir empat bulan, Mama juga nggak ada kabar, aku khawatir sama Mama," ucap Freya semakin mengeraskan tangisannya.

"Udah, udah. Nggak usah mikir aneh-aneh. Mungkin Mama lagi sibuk, makanya Mama belum ngabarin," ujar Radel. Berusaha menipis pikiran negatif Freya tentang kedua orang tuanya. "Atau, lo mau ke Bandung?" tanya Radel.

Freya menggeleng.

"Kalau nggak mau, ya udah tunggu Mama pulang aja. Sekarang mending tidur, kasian bayi kita kalau lo bergadang," pinta Radel. Laki-laki itu semakin mengeratkan pelukan, ia mengusap-usap punggung Freya lembut, agar perempuan itu cepat terlelap dalam tidur

♤♤♤♤







Di dalam kamar mandi, tampak Freya sedang memegangi perutnya yang sedari tadi mual-mual. Beberapa hari ini, ia merasakan sebuah gejolak tak biasa. Freya terlihat pucat ketika menatap dirinya di depan cermin. Tiba-tiba Radel muncul dari balik pintu dengan raut wajah panik.

"Astaga, Fre. Lo kenapa sih, dari tadi muntah-muntah terus?" decak Radel sebal, saat mendengar Freya terus muntah-muntah.

"Jangan deket-deket, Del. Aku lagi nggak mau deket sama kamu," ujar Freya, memundurkan tubuh saat melihat Radel mendekatinya.

"Gue mau olesin minyak telon, biar lo nggak muntah-muntah mulu," jelas Radel, sedikit meninggikan nada suaranya.

"Tapi, aku lagi nggak mau deket sama kamu. Tubuh kamu bau, bikin aku mual," seloroh Freya. Membuat Radel melotot ke arahnya.

"Enak aja lo bilang bau, gue udah mandi!" sarkas Radel sembari menciumi tubuhnya.

"Tapi bau tubuh kamu bikin aku mual, Del. Jangan deket-deket, kamu keluar aja sana," usir Freya. Membuat Radel mengerutkan kening, dan kesal.

"Masih pagi udah drama aja, dasar Bumil," celetuk Radel. Menatap sinis ke arah Freya yang juga tengah menatap sinis ke arahnya.

"Ini bukan kemauan aku. Ini kemauan Dedek bayi," seloroh Freya, mencoba memberi penjelasan kepada Radel.

Dengan berat hati Radel keluar kamar, walaupun kesal dengan sikap aneh Freya, tapi Radel tetap khawatir pada perempuan itu.

Setelah Radel keluar dari kamar, ia duduk di luar dengan perasaan campur aduk. Hatinya terasa berat melihat Freya terus muntah-muntah. Namun, ia juga kesal dengan sikap Freya yang menolak. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada perempuan itu.

Beberapa saat kemudian, Freya keluar dari dalam kamar dengan wajah pucat dan lesu. Dia duduk di samping Radel, memandanginya dengan tatapan kosong.

"Lo kenapa, Fre? Apa yang bisa gue bantu?" tanya Radel dengan nada khawatir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

karam?el 【FreDel】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang