/ᐠ。ꞈ。ᐟ\
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄"Del, lepasin tangan aku. Sakiit!" ringis Freya. Berusaha melepas cekalan tangan Radel yang menyeretnya masuk kedalam rumah.
Semenjak keluar dari minimarket tadi, sikap Radel berubah jadi kasar, sangat berbeda dengan biasanya.
Radel menyentakkan tangan Freya kasar, lalu menatapnya datar.
"Kamu kenapa kasar banget sih sama aku. Aku salah apa?"
"Lo masih nanya kenapa? Bener-bener gatau diri ya. Harusnya gue yang nanya sama lo. Apa pantes lo beduaan sama laki-laki lain, padahal udah bersuami? Bilang cuma pergi sebentar, tapi apa? Lo malah asik ngobrol sama Mirza." tandas radel.
"Tadi dia udah bantuin aku, pas aku hampir jatuh, bukannya berterimakasih sama dia, tapi malah marah-marah. Dia itu orang baik." jawab Freya yang membuat Radel makin naik darah.
"Halah, palingan lo yang caper, gue kasih tau, Mirza itu bukan cowok baik-baik, dia jahat penuh kelicikan. Lo jangan deket-deket lagi sama dia, atau lo bakal tau sendiri akibatnya." desis Radel tajam.
"Kamu kenapa sih, emangnya kamu kenal sama dia?"
"Lebih dari kenal. Intinya, lo jangan deket-deket sama dia lagi. Gue gasuka!" ucap Radel penuh penekanan.
"Tapi dia baik, Del." Freya teteap kekekuh, masih tak percaya dengan ucapan Radel.
"MAU LO TUH APA SIH, SUSAH BANGET DIBILANGIN? KALAU GUE BILANG JAHAT YA JAHAT!LO ITU BARU KETEMU SEKALI SAMA DIA, JADI LO GATAU APA-APA TENTANG DIA!" bentak Radel, melampiaskan semua amarahnya.
Tubuh Freya menegang. merasa sangat takut melihat wajah Radel yang terlihat sangat menyeramkan sekarang. Semarah itu Radel, hanya karena Mirza? Bingung Freya.
"Cukup Fre, lo buat hidup gue rumit, jangan buat hidup gue makin rumit dengan sikap keras kepala lo itu." ujar Radel tanpa menatap kearah Freya.
"Ma-maaf..." Hanya itu kalimat yang bisa Freya ucapkan. Percayalah, freya benar-benar ketakutan. Sebelumnya ia tak pernah melihat radel semarah ini. Selain itu, rasa bersalah kembali menggerogoti hatinya. Andai saja dirinya tidak hamil, pasti pernikahan ini tidak pernah terjadi.
"Maaf, gara-gara aku, kamu jadi seperti ini, maaf karena aku udah ngrepotin dan hancurin kehidupan kamu. Maaf, enggak seharusnya kamu lakuin semua ini buat aku." tutur Freya, berkali-kali mengucapkan kata maaf. Tanpa Freya sadari, airmatanya mulai menetes tanpa permisi.
"Nanti kalau anak ini udah lahir, kamu boleh kok ceraikan aku." lirih Freya.
Radel memilih pergi tanpa menjawab. Agar amarahnya tidak meluap kembali. Ada rasa sedikit tak rela, mendengar Freya mengucapkan kata cerai. Entahlah, Radel tak paham dengan perasaannya sekarang.
Tangis Freya semakin keras setelah kepergian Radel. Tubuhnya merosot kelantai, ia memeluk tubuhnya sendiri, menangis tersendu-sendu. Freya sadar, hari ini dirinya terlalu merepotkan Radel, apalagi dengan sikapanya yang keras kepala. Pasti membuat cowo itu semakin kesusahan.
Disaat seperti ini, tiba-tiba saja dirinya teringat Zean. Lelaki yang sudah merusak hidupnya. Mengingatnya, membuat dada Freya semakin sesak. ia tak rela, melihat Zean hidup bebas berkeliaran diluar sana, sementara dirinya harus menanggung beban seberat ini.
Percayalah, tak ada rasa cinta lagi dihati Freya untuk Zean. yang ada hanyalah kebencian.
"Bun, Freya pengen ketemu sama Bunda." gumam Freya parau. Kedua matanya terlihat sangat sembab dan merah. Rambutnya berantakan, ada juga yang basah oleh airmata. Sementara seragam sekolahnya terlihat sangat lusuh.