"Malam ini ada balapan nggak, Ry?" Rafi yang baru saja tiba di besscamp Geng Atmos segera menanyai Fahry yang tengah asik dengan laptop di pangkuannya,
Belum sempat ia mendongak Gibran mengatakan, "ada sama Gue bang!" Ungkapnya yang mengejutkan kedua orang di hadapannya ini, "kocak"
"Besok masih aja ujian setan nggak udah nantang maut!" Pekik Fahry pada Gibran, "ya kenapa emang, main-main dikit gapapa kali, gue Gabut banget ini" Ujarnya sedik8t memaksa.
"Ga usah ladenin, Fi, klo lo sampai ikut, gue kick lo dari sini sekarang" Jawab Dirga yang baru masuk kedalam besscamp, ketiga laki-laki itu pun menoleh segera kearah pintu dimana sang Ketua sudah berdiri di ambang pintu masuk, menatap kedalam dengan aura yang sangat mistis untuk Gibran.
Gibran yang sadar akan ucapan itu hanya bisa menggaruk tengkuk kelapanya yang tak gatal itu dan cengengesan tak bisa membantah lagi, "lawan gue sekarang, Gib, gue tunggu di jalan depan" Kemudian Dirga pergi keluar menuju tempat yang ia maksdu.
"BANG GUE TADI CUMA BECANDA KE BANG RAfi, SUMPAH" triak Gibran yang sudah tak di gubris oleh Dirga.
"Terlambat Gib, lo udah nantang iblis jahanam, jadi lo harus Abil resikonya, sekarang" Fahry yang sudah tau dan hafal akan sifat Dirga yang tidak boleh mendengar kata ajakkan untuk balapan, jika itu terjadi seperti sekarang ini, makan sang lawan seperti Gibran sekarang harus menghadapi nya sampai sang empu merasa puas dengan itu.
"Mampos gue ngelawan Bison Badak air kek dia"
"Makanya nggak usah belagu sok paling gabut, cil, makan tuh badak bercula satu" Ejek Rafi pada Gibran yang sudah ketar-ketir akan menghadapi Dirga sang raja jalanan itu.
"Stop! Gue sibuk nggak usah minta bantuan gue" Cerah Fahry kala Gibran yang ingin merengek meminta bantuannya untuk menghentikan Dirga.
Dan akhirnya Gibran pun meladeni ajakan Dirga yang ia awali dengan candaan kini di tanggapi serius oleh sang ketua Geng itu, "lama lo makek gituan doang" Ujar Dirga yang masih terdengar santai kala Gibran datang dengan baju riding yang sudah tersedia di markas.
"Bang. Gibran tadi cuma bercanda cancel boleh yaa" Pintanya namun Dirga kembali tak memperdulikan rengekan bocah itu melaikan sudah bersiap untuk melakukannya dengan motor sport Ducati hitam miliknya.
"Ah elah kemakan omongan sendiri gini amat" Grutunya sambil menaikki motor sport miliknya.
Keduanya sudah bersiap dengan posisi masing-masing dan star pun di mulai dengan kibaran bendera yang di lakukan oleh Fahry yang di dampingi oleh Rafi di sampingnya
Keduanya menarik gas dan melaju di jalur yang memang sudah di buat oleh Dirga dan yang lainnya membuat sircuit mini yang berada di dalam area markas mereka ,bisa di bilang markas mereka ini markas serba ada ya karna seluas itu makanya anggota Atmos sebenarnya banyak tetap banyak yang hanya mengatas namakan saja atau berperan seperlunya saja jika di butuhkan baru mereka akan bergerak tetapi jika tidak makan merka akan berkamuflase seperti anak muda pada umumnya.
Namun ketika salah satu dari keduanya melalui sebuah tikungan yang sengaja di buat tajam dan sedikit miring ban motor yang Gibran pakai sedikit tergelincir dengan krikil kecil, juga jarak antara body motornya dan aspal terlalu dekat alhasil menyebabkan gesekkan pada aspal dan membuatnya terjatuh terpelanting jauh dari arean balap tersebut.
Dengan itu Dirga menghentikan laju speednya dan berhenti beberapa meter dari lokasi, sementara Fahry dan Rafi yang menyaksikannya segera berlari menghampiri Gibran yang gletak jauh dari lintasan.
"GIBRAN!!!"
"Ashhh~ sial" Umpat Gibran di bareng menggebuk tanah sembari tengkurap.
Fahry dan Rafi berlari menghampirinya, "are you oke?" Tanya Rafi yang berusaha membalikan pelan tubuh bocah itu, lalu membantu membuka helm fullface Gibran.
"I'm oke, tapi motornya bonyok"
"Motor bisa dibeli, nyawa lu nggak ada serepnya, goblok!"
Bocah itu terkekeh setelah mendengar omelan Fahry berjongkok di samping Rafi dan dirinya, "Aman,Gib?"
"Hampir mati, bang" Balasnya kala Dirga yang berdiri tepat di samping kepalanya sembari sedikit membungkuk, Gibran segera menatapnya dengan posisi yang masih terlentang di atas pasir disamping lintasan.
"Bagus deh, jangan mati dulu lo belum pernah menang dari gue" Sombong pemuda itu sembari berkacak pinggang.
"Tenang, Gib Hampir doang belum beneran, jadi santai ae dulu lah" Imbuh Rafi yang semakin membuat seorang Fahry Elhaikal naik darah.
"Bisa nggak sih bacotnya nanti lagi, temen lu lagi kesusahan ini, anjing! Malah ngerumpi" Lerainya yang sedang kesusahan mendirikan motor sport yang tadi digunakan oleh Gibran.
Sementara ketiga laki-laki itu hanya menoleh dan nge-freeze sejenak setelah dirasa orang tersebut belum mampu mengangkatnya akhirnya dua di antara mereka berjalan membantu Fahry, yang akhirnya motor tersebut bisa berdiri meski dengan keadaan yang banyak lecet dan beberapa body yang pecah dibagian depannya, juga stang yang ringsek tak berwujud.
"Wahh~ kenceng juga ternyata" Gibran speechless dengan keadaan stang motornya yang bener-bener ringsek tak berbentuk lagi.
Keempat pemuda itu hanya bisa hening melihat ringseknya motor yang Gibran kendarai tadi, "klo dah gini mau lubapain gib?" Tanya Rafi tanpa menoleh pada Gibran yang lelah berdiri dengan sedikit pincang di kakinya.
"Buang"
Dengan refleks yang barengan ketiganya menoleh pada pemuda itu yang tengah terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, menampilkan mata sopir dan nyaris merem.
Lalu Rafi berucap lagi, "bjir, sultanah bebas ya, Ry?" Tak ada respon dari sang empu.
"Ya klo udah nggak nyaman ya buang lah bang, ngapain masih dipertahanin, toh yang ngasih nyaman kan masih banyak" Imbuhnya lagi kembali membuat ketiganya kembali tercengang oleh ucapan mutiara seoarang Gibran Guntara.
Setelahnya Dirga, Rafi, dan Fahry hanya tersenyum dan di ikuti oleh Gibran sendiri, "Boleh juga kata-kata lo, Gib" celetuk Fahry. "Bang laper~" Rengek singkat dari bocah itu pada Dirga yang berada di samping Kirinya, karna tinggi mereka cukup terpaut, Gibran pun sedikit mendongak padanya.
"Mamah masak nggak, gib, Dir, Ga?"
"Apaan sih, Bang omongan ae pakek typo, njir"
"Bacot lu bocah"
Perdebatan kecil itu di saksikan oleh Rafi dan Dirga, yang tanpa sudah terbiasa dengan keduanya.
"Ga tau gue belom pulang" Singkat pada dan jelas dengan nada yang slow.
"Ya lu kan bukannya tidur di rumah?, jan semalem nggak ada balapan, anjing!. Lo pergi kemana? Anak-anak taukan tapi? Dirga!, Bocah anjing" Fahry mulai mengeluarkan kata-kata mutiaranya yang berarti hilal perang mulai terlihat, dan di sana itu juga ketiga laki-laki itu mulai berpencar dari sumber suara.
Dirga menghampiri motornya, Rafi dan Gibran mulai memunguti printilan motornya yang sedikit berserakan dan menjadikannya jadi satu, agar anak-anak mekanik mudah untuk membenari jika mungkin.
"Anjing malah pada mencar, ini gue lagi ngomong woi!" Triak manusia bertubuh mungil ini.
"gue nggak mungil ya, Harsa👊"
"Lah anying malah gua yang kena,Hampura om🙏, lanjut keun"
Rafi dan Gibran hanya diam sambil terkekeh dan terus memunguti printilan motor Gibran itu, "dah lah capek, ngomong sama setan"
Akhirnya pun Fahry menghentikan ocehan nya dan berlenggang pergi masuk kedalam maskar untuk mengambil helm dan jaketnya, sementara yang lain masih diblakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Mine Not Yours [ DIRGA KALINGGA ] [End]
Teen FictionDia Adalah Milikku Bukan Milikmu. Kata yang seakan menjadi pemenang dalam memperebutkan gadis yang digadang-gadang adalah Hitler Sekolah dari seorang ketua Geng motor, tetapi nyatanya waktu tidak bisa menyatykkan keduanya dengan sebuah ikatan pernik...