30. 🌿 tanpa pemimpin (end)

42 15 12
                                    

"Sekarang panglima kita sudah kembali pada Tuhan nya dan pemimpin kita juga sedang mewujudkan impian mamanya, dan mejanjutkan studynya, jadi sekarang kita harus apa?."

Hari setelah sepeninggalan sang panglima tempur dan ketua geng atmos. Meninggalkan anggota mereka itu sulit tetapi ini sudah takdir tuhan jadi mau bagaimana lagi. Suasana markas menjadi sedikit sendu dengan masalah yang baru saja selesai tetapi kini datang masalah baru yang cukup rumit untuk anggota Atmos untuk menanggapinya, yaitu siapa lagi yang akan mengantikan keduanya sekarang.

Kini semua anggota geng atmos sudah berkumpul di markas besar tanpa terkecuali satu pun anggota, termasuk anggota inti sekali pun yang baru saja datang. Mereka tengah memarkirkan motor sportnya, yang selalu membuat anggota  lain tercengang, karna wajah anggota inti tersebut.

Dan mereka pun mulai masuk, "Kita harus break untuk waktu yang belum di tentukan, dan bersifat sementara." Balas fahry yang baru masuk kedalam markas bersama ketiga saudaranya. Siapa lagi jika bukan Rafi, sandi dan Gibran yang selalu mengekor di balakangnya, selain Dirga dan Arga.

"Hah! Maksud lo, ry?."

"Iya, seperti yang Fahry bilang ges, kita harus break buat sementara waktu, dari semuanya kegiatan geng, mau itu diluar atau di markas." Imbuh Rafi.

Dan di setujui ketiganya, "dan yah, kalian jangan salah paham tentang semua ini, kita nggak akan menggantikan posisi siapapun disini, baik Dirga ataupun Arga sekalipun." Ulang Fahry dan di anggukki anggota Atmos tersebut.

Hening sejenak sampai akhir datang satu pertanya dari salah satu anggota, "tapi bang. Kita masih di bolehin datang ke markas ini kan?." Ungkapnya.

Dengan cepat ditanggapi oleh Rafi, "boleh, asal kalian nggak melanggar aturan yang sudah berlaku dalam markas ataupun Geng" Balasnya dengan tegas layaknya seorang anggota yang juga di segani oleh anggota lain karna secara sebenarnya Rafi adalah anggota tertua di dalam anggota Inti Atmos, mungkin hanya beda bulan saja.

Yah Geng Atmos telah sepakat membuat aturan dalam gengnya dan juga perilaku di markas, yang setiap anggota tidak boleh membawa pacar mereka kedalam markas, atau membawanya saat ada kegiatan balapan diluar markas, karna prinsip yang Dirga terapkan adalah kalian boleh pacaran sama siapa aja asalkan tidak melibatkan mereka kedalam permasalahan Geng. Dan kenapa ini juga alasan kenapa Dirga tidak mau melibatkan masalahnya dengan Putra ke anggotanya dan hanya di adepi oleh anggota inti saja beradu balap dengan Geng Bara dan putra yang menjadi sekutu.

"Oke!. Kalian pasti paham dengan penjelasan yang panjang ini, jadi hari ini ayo kita... Pulang kerumah masing-masing!" Pekik sandi yang memecah suasana minggu pagi ini.

Sandi segera mendapat tatap dari anggota inti dan yang lainnya. Namun ia hanya cengengesan dan menggaruk kepala yang tak galat itu juga mata yang menipit di wajahnya.

"Tapi gue bener kan, ry. Kan kita mau pergi hari ini." Titahnya lagi sambil terus memainkan kedua alisnya dan mata yang berseri.

Rafi, Gibran dan Fahry hanya bisa menahan malu di hadapan anggota Atmos lainya. Fahry yang tak tahan dengan kelakuan yang sandi buat pun memijit keningnya menggelang sekali, frustasi sekali ia mengahadapi makhluk Tuhan satu ini. Jika dibandingkan Arga atau Sandi ya jelas milih Arga.

******

"Ga, gue disini." Pemuda jangkung itu datang dengan dengan rangkai bunga yang cantik ia letakkan di bawah nisan yang tertera nama Arga Bagus Saputra.

Dirga datang menemui makan sang sabahat yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri. Ia duduk di samping makam Arga sebelum hening, "Ga. Mama udah nggak ada di sini sekarang. Dia udah nyusul lo di sana." Ucapnya penuh sendu dan kesedihan diwajah tampan itu.

She Is Mine Not Yours [ DIRGA KALINGGA ] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang