"Ga, gue nggak habis pikir lu bakal ninggalin kita secepat ini, dan lu kenapa nggak bilang dari awala sih, trus selama ini kita di anggap apa sama lo ga?, jahat lo!" Ungkap fahry yang sedih sekaligus kecewa dengan kenyataan dan fakta pahit ini.
"Gue kira kita ini sahabat dan saudara nyatanya nggak ga, lu egois lu pikir dengan cara lu kek gini kita nggak akan ngerasa kehilangan, hah!" Sandi yang juga mengimnuhinya
Sementara Gibran dan Rafi sudah terisak sendari mereka di beritau oleh keluarga Arga lebih tepatnya adlah sang ayah ya Haryanto yang mengabari anggota inti Atmos. Gibran menangis di pelukkan Sandi yang juga terisak tetapi tidak separah Gibran. "Huwaa abang jahat! Pergi nggak bilang-bilang tau gini Gibran kan bisa dampingin biar bisa sembuh, huwaaa~~"
"Ga, gue nggak nyangka klo bakal setega ini sama kita, minimal kalo nggak mau repotin yang nyusahin kita dong, Tiba-tiba lu jadi ubi gini kan nggak asik bjir" Ujar Dirga yang berjongkok tepat di samping nisan Arga, sembari ia geplak sekilas nisan tersebut.
Ditengah sedih dan harunya geng Atmos yang mengelilingi kuburan Arga itu datang seseorang dari arah belakang berjalan pelan namun pasti menghampiri mereka yang tengah berduka atas kepergian Arga.
"Gue turun berduka cita"
Kelima anggota inti geng Atmos itu segera mendongak dengan suara berat laki-laki yang berdiri menghadap keliamanta. "Putra? Leon?" Ungkap Fahry setelah sadar untuk keduanya.
Putra dan Leon, keduanya datang dengan pakaian serba hitamnya mungkin untuk menghormati yang sedang berduka. Keterkejutan anggota Atmos membuat mereka segera beranjak dari duduk ya dan siap menghadapi ulah putra untuk kedua kalinya.
"Tenang guys, Abang gue udah tobat, dia udah nggak kayak dulu lagi, dia kesini cuma mau minta maaf ke kalian. Sebelum ia juga akan pergi." Jelas Leon adik Dwi Saputra yang sekarang berdiri tepat di belakang laki-laki itu.
Mendengar pernyataan dari Leon kelima anggota inti Atmos itupun terkejut dan merasa bingung dengan ucapan yang di lontarkan oleh Leon. "Maksud lo?" Tanya Fahry dengan penuh curiga.
Hening sejenak sebelum putra menjawab, "ceritanya panjang, dan nggak mungkin gue cerita disini juga."
"Ikut gue didepan ada caffe yang deket dari sini" Imbuh Leon dan segera berbalik bersama dengan Putra sementara anggota inti geng Atmos masih terpaku diam ditempat, sampai akhirnya empat orang itu menoleh pada sang kegua geng yang hanya diam sendiri tadi.
"Ikutin aja dulu, klo mereka berulah lagi. Kalian taukan apa yang harus du lakukan" Ujarnya sedikit mengendikkan kepalanya dan di anggukki kempat pemuda itu.
"Leon! Tungguin Gibran atuh!" Panggilnya yang membuat Leon dan Putra berbalik disusul oleh anggota inti geng Atmos lainya. "Cepetan Cil!!, laper nih a'a!"
Leon menanggapi ucapn Gibran sambil mengusap perutnya dan lambaian tangan untuk Gibran yang berlari kecil seperti bocah SD, anggota Atmos yang melihatnya pun bergidik melihat tinggal bungsu merka.
"Kesambet setannya Arga, apa gimana itu?" Celetuk Rafi.
"Satu jadi Ubi malah nongol satu lagi" Ujar sandi sambil bergeleng heran, tak kala juga Dirga yang ikut heran dan sedikit takut akan reaksi Gibran pada Leon adik Putra.
"Jin nya Arga keknya nempel ke Gibran sekarang" Ucap Fahry.
Tak aja jawaban lagi dari geng Atmos mereka terus berjalan menuju perkirang yang ada di TPU tersebut dan segera mengikuti mobil yang di kendarai oleh Leon dan Putra menuju sebuah caffe yang di maksud oleh Leon di makam Arga.
Sampailah meraka di sebuah caffe yang tidak jauh dari TPU yang di maksud Leon disana sudah terparkir mobil Leon dan juga motor anggota inti geng Atmos, mereka menempati meja VIP yang tersedia di caffe tersebut yang berada ri lantai dua caffe tersebut, kerna kenapa entahlah Leon yang memesannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Mine Not Yours [ DIRGA KALINGGA ] [End]
Teen FictionDia Adalah Milikku Bukan Milikmu. Kata yang seakan menjadi pemenang dalam memperebutkan gadis yang digadang-gadang adalah Hitler Sekolah dari seorang ketua Geng motor, tetapi nyatanya waktu tidak bisa menyatykkan keduanya dengan sebuah ikatan pernik...