— ᴛʜᴇ ʙᴇꜱᴛ ᴍᴏᴍ —
"Nila~"
"Nila!!!"
Embun terkejut bukan main, begitu membuka pintu dia disuguhi kedatangan Nila yang benar-benar berantakan. Baju seragam sekolah gadis ini sudah tidak bersih lagi, ditambah dengan rambutnya yang benar-benar tidak pada posisinya.
"Kamu kenapa?"
"Lepas!" cetus Nila seraya menepis kedua tangan Embun yang mendarat di bahunya.
"Kamu—"
"JANGAN SENTUH AKU!" jerit Nila tak tertahan. "Kamu bukan Bunda, kan? Benar, aku ingat semuanya sekarang, aku ingat bagaimana wajah Bunda."
Embun terpaku membisu dibuatnya.
"Apa yang kamu lakukan di rumah ini? Dan di mana Bunda, hah?"
Embun masih terbelenggu.
"Kamu penjahat, kan?!" tuduh Nila seraya mendorong dada Embun. "Dasar penjahat! Kamu penipu, kamu bukan orang baik-baik, kamu penjahat! Kamu jahat seperti orang-orang!!!"
Embun menggelengkan kepalanya. "Nila, kalau saya jahat, mungkin saya sudah tinggalkan kalian semua. Saya tidak akan ada di sini kalau saya memang jahat."
"Penjahat tetaplah penjahat!" tandas Nila dengan suara yang benar-benar pelan namun menekan. "Tinggalkan rumah ini, sekarang!"
"Tidak."
"KENAPA?" teriak Nila lebih kencang lagi, dan Embun dapat mencium aroma alkohol menyeruak.
"Nila!" panggil Embun sembari memegang kedua bahu Si Bungsu. "Kamu minum? Nila, sadar!"
"Lepasin~" rengek Nila, dia berusaha melepaskan tangan Embun dari bahunya. "Lepasin!!! Jangan sentuh tubuh aku, penjahat!"
"Siapa yang ngasih kamu minum, hah?!" tanya Embun marah. "SIAPA?"
Alih-alih menjawab, Nila malah tertawa miris. Anak gadis itu benar-benar kehilangan begitu banyak kendali pada dirinya sendiri. Dia memang tertawa, tapi air matanya mengalir dengan sendirinya. Belum lagi kedua tangannya terus bergerak berusaha melepaskan cengkraman Embun pada bahunya.
"Masuk!" perintah Embun.
"Kamu keluar!" balas Nila. "Keluar dari rumah ini, sekarang!!!"
Pengaruh alkohol pada diri Nila membuatnya tidak memiliki begitu banyak tenaga, alhasil Embun terpaksa menyeretnya masuk ke dalam rumah.
Bruk!
Tanpa sadar Embun membuat Nila tersungkur ke lantai, gadis itu berusaha untuk bangkit meskipun kepalanya berat akibat dari alkohol yang entah dia dapat dari siapa.
"Apa ini?" tanya Embun, ia mengangkat sebagian rambut Nila yang menutupi lehernya. "Apa-apaan ini, hah? Mengapa banyak sekali bekas kemerahan seperti—"
"Kamu tidak tahu apa-apa!" teriak Nila. "Jadi pergi dari sini, penjahat!"
"SIAPA YANG MELAKUKAN SEMUA INI SAMA KAMU, NILA?" Embun tidak bisa menahan amarahnya, dia marah bukan main melihat tanda merah di leher Nila. "Katakan! Bilang pada saya, siapa yang sudah membuat kamu seperti ini, hah?!"
"KAK NADIN!"
"KAK GEMPITA!"
"TERRA!"
"PENJAHAT ADA DI SINI!"
Embun beranjak berdiri, ia berkacak pinggang sembari menahan amarah saat melihat semua kerusakan pada diri Nila. Embun seperti kecolongan, padahal dia sudah mati-matian menutup semua bahaya di sekolah Nila dengan uang.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Mom
Fanfiction[COMPLETED] Sinb ft Aespa "Aku tidak takut mati, aku takut anak-anak mati sebelum aku." - Embun Selina.