Dari Sky Park Hotel, ketiga lelaki jangkung dengan wajah bak model itu menuju Stasiun Yongsan menggunakan layanan taksi antar jemput. Mereka ingin berpamitan pada David terlebih dulu, tetapi resepsionis di lobi mengatakan bahwa si pemilik hotel tengah di perjalanan menuju Paris.
"Apakah orang kaya selalu seperti itu?" tanya Sehun ketika mereka sudah berada di dalam taksi. "Selalu bepergian lintas negara hampir setiap hari."
"Coba tanya Jongin," sahut Chanyeol dari kursi depan.
"Aku?" Jongin mendelik. "Aku bukan orang kaya."
Chanyeol mencibir. "Mana ada model internasional yang tidak kaya," sinisnya.
Di kursi belakang bagian kanan, Jongin hanya memutar bola mata. Entah mengapa ia tidak suka mendengar pendapat Chanyeol. "Kau tahu ke mana perginya seluruh penghasilanku," ujarnya ketus.
Sehun membenamkan bibir bawah karena suasana berbeda yang ia rasakan sekarang. Di dalam hati, ia merasa bersalah karena topik itu muncul karena pertanyaannya. Tak ada lagi yang mereka obrolkan seolah ada tembok besar yang memisahkan isi pikiran masing-masing.
Orang yang pertama kali membuka suara setelah turun dari taksi adalah Kim Jongin. Lelaki bermasker dan topi hitam itu terpesona oleh kehadiran puluhan burung dara yang beterbangan rendah di halaman depan stasiun. Burung-burung itu tidak takut sama sekali pada manusia, bahkan ikut merajai daratan bersama para pejalan kaki.
"Andai aku bukan model," ucap Jongin dari balik maskernya. Ia sangat ingin membuka masker beserta topinya, tetapi tidak mau ambil resiko dikenali oleh orang lain yang akan menimbulkan kerumunan. "Jadi, kita mau pergi ke mana?" tanyanya.
"Ada ide?" tanya Chanyeol pada Sehun. Ia menghindari kontak mata dengan Jongin dan ia tidak tidak tahu mengapa melakukannya.
"Kita bisa ke Chuncheon atau ke Gapyeong dari sini," saran Sehun, tetapi kedua lelaki di depannya itu tidak terlihat tertarik. Tidak ada semangat yang membara seperti hari-hari sebelumnya. Ia menduga keduanya diam karena topik di taksi tadi.
"Yang lain?" Jongin tidak bermaksud menolak saran Sehun, tetapi ia sendiri juga tidak tahu ingin pergi ke mana. Ia cenderung menjalani hari-hari dengan jadwal yang sudah tersusun rapi. Ia hanya perlu mengikuti ke mana pun manajernya menyuruh. Ketika harus bepergian sendiri seperti ini, ia bingung membuat keputusan.
"Incheon? Cheonan? Mokpo? Ah, kita bisa ke Gwangju lagi kalau mau." Sehun berusaha membuat Jongin dan Chanyeol fokus pada kegiatan kali ini. Sayangnya, mereka kerap terlihat melamun meski hanya beberapa detik. "Aku tidak mau memberi saran lagi!" sungutnya.
"Bisa ke Stasiun Seoul?" tanya Jongin.
Sehun mengangguk. "Bisa. Mau ke sana?" tanyanya, lalu berjalan memasuki area stasiun bawah tanah yang tidak terlalu ramai.
"Ya." Jongin menurunkan topinya untuk lebih menutupi wajah.
"Kenapa tiba-tiba ingin ke sana?" tanya Chanyeol dari belakang Sehun dan Jongin.
"Ayahku kerja di dekat sana. Sekalian, kan?"
Chanyeol hanya mengangguk-angguk. Ia seperti kakak yang mengawasi kedua adiknya di tempat umum. Dua lelaki di hadapannya sesekali bercanda dan menertawakan entah apa. Ia tanpa sadar mengulas senyum ketika teringat hari-harinya belakangan ini selalu ditemani oleh mereka.
"Sehun-ah, lain kali kau harus mengajakku keliling Seoul," ujar Jongin. Ia sangat ingin mendongak untuk menikmati suasana stasiun yang khas, tetapi tidak pernah berani melakukannya sehingga hanya fokus menatap ke arah depan.
"Tidak mau," tolak Sehun diiringi gelengan kepala.
"Wae?" pekik Jongin tanpa sadar.
"Aku tidak berpengalaman seperti Chanyeol Hyung. Maksudku, aku tidak bisa membedakan orang-orang mendekatimu untuk meminta foto dan tanda tangan ataukah untuk membahayakanmu," terang Sehun dengan raut serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misterious Box (EXO-SKY) | TAMAT
FanfictionOh Sehun memberanikan diri meminta gaji lebih awal untuk biaya pendidikan sang adik. Keesokan harinya, ia menemukan kotak misterius di depan rumahnya. Kotak itu berisi tantangan menyelesaikan 99 misi yang menjanjikan uang dan kesejahteraan untuk kel...