Jika ada orang yang menyukai teka-teki, maka ada pula yang membencinya setengah mati. Ketiga orang yang kembali berkumpul di rumah Oh Sehun itu, tidak ada satu pun dari mereka yang suka memecahkan misteri. Bagi mereka, hidup sudah sangat melelahkan. Tak ada waktu luang untuk bermain-main seperti anak kecil bermain puzzle.
Tanpa mereka sadari, sejak kali pertama mendapat kotak misterius berisi tantangan, mereka sebetulnya sedang menjalankan suatu permainan. Mereka terlibat dalam setiap kepingan teka-teki yang kini tengah mereka coba untuk pecahkan dengan serius. Mereka sudah terlalu lelah untuk mengikuti naskah tanpa mengetahui siapa sutradara yang memberi arah.
"Kalau dari segi pemilihan warna untuk kotak dan kertas suratnya, aku cuma punya satu nama." Jongin mengusap dagu sambil menatap belasan surat milik mereka bertiga yang dikumpulkan di lantai, ia dan dua orang lainnya duduk mengelilingi. "Tapi, aku tidak tahu bagaimana agar Jina Nuna mengaku."
"Kurasa bukan Jina Nuna." Chanyeol menyatakan pendapatnya. "Aku sempat yakin kalau semua ini memang permainan yang dibuat oleh Jina Nuna. Orang yang mengirim bunga tadi juga bisa saja Seo Kang Joon."
"Lalu, apa yang membuatmu sekarang tidak yakin bahwa ini adalah ide Direktur Yoon?" tanya Sehun.
"Aku datang ke kantornya sepulang kita dari Gwangju," jawab Chanyeol. Dadanya berdesir oleh rasa bersalah saat teringat sorot kekecewaan di wajah Jina. "Jina Nuna tidak pernah berbohong. Aku merasa bersalah karena telah menuduhnya."
Sehun menghela napas. Selama ini, ia tidak pernah memikirkan apa pun selain membagi waktu untuk pekerjaan. Teka-teki dan permainan aneh ini tiba-tiba menyita hampir separuh kinerja otaknya. Ia meraih beberapa surat misi miliknya. Membaca setiap detail tulisan yang ditulis dengan aksara rapi bagai dilukis oleh seorang ahli. Ia mengangkat surat itu lebih tinggi saat merasakan tekstur timbul di bagian sudut.
"Ada apa?" tanya Jongin ketika melihat wajah Sehun berkerut-kerut memindai kertas surat.
"L."
Chanyeol meraih surat miliknya dan melakukan hal sama seperti Sehun. "Di sini juga," katanya.
"Punyaku juga." Jongin menunjukkan beberapa surat miliknya. Ia bisa menyimpulkan bahwa semua surat memiliki detail tersembunyi yang bisa membawanya ke pemilik permainan. "Apakah L ini adalah sebuah inisial?" tanyanya.
"Mungkin." Sehun mengangguk. "Kalau benar L adalah inisial, berarti benar bukan Direktur Yoon si pemilik naskah sekaligus sutradara permainan ini."
"L?" Dahi Chanyeol berkerut tebal, berusaha mengingat seseorang yang akan terlihat masuk akal untuk dijadikan terduga sementara. "Peter Ling?"
Sehun dan Jongin sontak menatap Chanyeol.
"Jongin-ah, kau sendiri pernah bilang, kan, kalau Peter itu sangat misterius? Dia tidak suka berbasa-basi apalagi mengobrol dengan orang-orang selain circle-nya di Blue Sky," kata Chanyeol menggebu-gebu. Ia merasa tertantang untuk membuktikan dugaannya, meski tidak tahu bagaimana cara mengungkap benar atau tidaknya.
"Ya, bisa jadi." Jongin mengangguk-angguk. "Tapi, atas dasar apa?"
"Apakah dia memiliki kepentingan dengan kita? Maksudku, jika memang dia tidak mau berinteraksi dengan orang lain, dia tidak akan membuang waktunya untuk kita." Lidah Sehun gatal untuk segera menyuarakan pendapatnya yang bertolak belakang dengan dugaan Chanyeol.
"Benar juga." Bahu Chanyeol merosot karena argumen Sehun lebih masuk akal.
"Tapi, tidak ada salahnya jika mencurigai Peter Gege. Hanya dia yang memiliki huruf L di dalam namanya," ujar Jongin.
"Bagaimana kita akan membuktikannya?" tanya Sehun kemudian.
Chanyeol menggeleng lemah. "Jika benar orang itu adalah Peter Ling, akan sangat sulit untuk mencari tahu. Kecuali dia sendiri yang akan menampakkan diri," terangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misterious Box (EXO-SKY) | TAMAT
Fiksi PenggemarOh Sehun memberanikan diri meminta gaji lebih awal untuk biaya pendidikan sang adik. Keesokan harinya, ia menemukan kotak misterius di depan rumahnya. Kotak itu berisi tantangan menyelesaikan 99 misi yang menjanjikan uang dan kesejahteraan untuk kel...