1 - Uang

333 47 12
                                    

Nominal tagihan pendidikan menari-nari di otak Oh Sehun sejak tadi siang. Lelaki dua puluh tahun itu tidak bisa fokus bekerja karena terbayang-bayang nasib sang adik yang tengah menanti kabar darinya. Ia sering ditegur oleh koki utama maupun juru masak yang lain karena kerap melamun, bahkan nyaris menjatuhkan setumpuk piring yang bisa membuat gajinya dipotong untuk ganti rugi.

"Ah, benar. Gaji," gumam Sehun sambil mencuci piring.

Dapur sudah kosong. Para juru masak sudah meninggalkan ruangan itu sejak satu jam lalu, kecuali dirinya yang bertugas sebagai asisten dapur. Sehun segera membilas piring dengan cepat dan menatanya di meja, lalu buru-buru mematut diri di depan kaca. Setidaknya, ia harus terlihat bersih dan sopan untuk menemui atasan.

Sehun berdiri di depan pintu putih selama dua menit tanpa melakukan apa-apa. Pikirannya masih menimbang-nimbang apakah boleh melakukan hal ini. Namun, tak ada pilihan lain. Biaya sekolah adiknya harus segera dibayarkan agar dapat mengikuti ujian semester. Setelah dua kali embusan napas, ia mengetuk pintu itu dengan hati-hati.

"Masuk!" seru seseorang dari dalam ruangan.

Aroma pinus bercampur apel langsung menyambut indra penciuman Sehun. Ia melangkah sedikit ragu ke arah meja kerja tempat si pemilik restoran itu tengah membaca dokumen. Selama beberapa detik, ia masih bimbang dengan keputusannya datang ke ruangan itu. Ia hanya diam mengamati sosok wanita berambut sebahu yang kini tengah menatapnya.

"Oh Sehun?" panggil Yoon Jina, si pemilik restoran.

"Maaf jika saya harus mengatakan ini." Sehun menggigit bibir bawah. Kedua tangannya saling bertautan. "Tapi, bisakah saya meminta gaji bulan ini lebih awal?"

Jina menatap Sehun dengan dahi berkerut.

"Adik saya harus mengikuti ujian semester, tapi saat ini saya nyaris tidak memegang uang. Jika boleh, bisakah saya gajian malam ini? Saya janji akan bekerja lebih keras lagi," ujar Sehun dengan kepala tertunduk.

Blue Sky adalah restoran ternama yang memiliki banyak cabang di kota besar. Ada banyak manajer yang dipekerjakan di tempat itu. Namun, untuk masalah gaji, Yoon Jina sendiri yang mengurusnya. Petugas keuangan akan memberikan laporan, lalu setiap tanggal gajian, satu per satu karyawan akan dipanggil untuk sesi diskusi empat mata dengan tujuan meningkatkan hubungan antara pemilik dan pegawai.

Maka dari itu, Sehun memberanikan diri untuk menemui Jina dua minggu lebih awal dari jadwalnya menerima gaji. Satu-satunya jalan keluar yang terpikirkan adalah atasannya, yang ia harapkan bisa memberinya sedikit bantuan. Ibunya hanya buruh di sebuah laundry, sedangkan ayahnya kurir di pasar ikan. Pemasukan terbesar keluarga mereka ada padanya sehingga ialah yang harus segera menyelesaikan masalah.

"Di mana adikmu bersekolah?" tanya Jina yang terdengar ramah di telinga Sehun.

"SMA Booyoung."

"Siapa namanya?" Jina mengambil ponsel di samping tumpukan dokumen untuk menghubungi seseorang.

"Oh Seonwoo," jawab Sehun diiringi dengan kerutan di dahi yang kian menebal.

Jina mengulum senyum sambil menatap Sehun. Saat panggilan telepon sudah terhubung, ia langsung bersuara. "Kang Joon-ah, segera urus administrasi atas nama Oh Seonwoo di SMA Booyoung," katanya.

Kedua mata Sehun mendelik. Namun, ia tak sanggup menanyakan sesuatu. Jantungnya berdetak sangat cepat, sementara otaknya sibuk menerka apa yang baru saja Jina perintahkan pada sekretarisnya.

"Kau sudah menyelesaikan pekerjaan di dapur?" tanya Jina usai menutup telepon.

"Y-ya. Sudah." Sehun mengangguk.

Misterious Box (EXO-SKY) | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang