21 - Keluarga

136 20 2
                                    

Seorang pria paruh baya berjarak dua meja menarik perhatian Park Chanyeol. Lelaki muda itu hendak menyantap bibimbap-nya ketika pria itu datang dan duduk di salah satu meja foodcourt area Stasiun Seoul. Wajahnya terlihat kuyu dengan badan lunglai tak bertenaga.

Chanyeol berusaha mengabaikannya, tetapi pandangan matanya sering terarah pada pria berjaket tipis itu. Pakaiannya lusuh dan jika diperhatikan dengan saksama, ia terlihat tidak terawat. Kulit yang keriput dan tangan sesekali bergetar seperti penderita parkinson. Pria itu tidak memesan makanan apa pun. Hanya mengeluarkan sebotol air minum dan sebungkus roti.

Bagai mendengar bisikan alam, Chanyeol beranjak menuju meja pemesanan. Ia memesan satu porsi nasi, sup ayam, beberapa lauk, dan juga minuman hangat. Senyumnya merekah ketika ia membawa semua pesanan itu ke meja tempat si pria paruh baya tengah memasang kacamata ke wajah untuk membaca selarik kertas lusuh.

"Harabeoji." Chanyeol meletakkan nampan besar ke meja kayu putih itu. "Aku boleh duduk di sini, kan?" tanyanya dengan senyum lebar.

Pria itu mendongak. Dahinya berkerut dan kedua matanya sontak menyipit, seolah berusaha mengenali wajah asing di hadapannya.

"Aku tidak biasa makan sendirian. Kulihat Harabeoji di sini sendiri. Jadi, apakah aku boleh ikut duduk di sini?" tanya Chanyeol lagi, masih dengan senyum dan suara ramah yang mengesankan.

"Y-ya. Silahkan. Silahkan duduk," ucap pria itu sedikit terbata.

Chanyeol kian tersenyum lebar. "Gamsahamnida," ujarnya sopan, lalu buru-buru memindahkan barang-barangnya di meja yang tadi ia tempati.

Pria berkacamata itu mengamati Chanyeol dengan dahi masih berkerut. "Kau masih pelajar?" tanyanya.

"Tidak." Chanyeol menggeleng sambil meletakkan tas punggungnya ke kursi sebelah. "Omong-omong, silahkan dimakan."

"Ya?"

"Ini. Aku memesankan hidangan ini untuk Harabeoji," kata Chanyeol, mengulurkan sepasang sumpit dan sendok kepada pria tak dikenalnya itu.

"Tidak perlu, Anak Muda. Aku bisa makan roti ini," kata si kakek.

"Makan nasi lebih bagus. Tidak apa-apa. Aku tidak akan meminta ganti rugi." Chanyeol betah memasang senyum di wajah, seolah ia adalah lelaki ramah yang mudah tersenyum. Jika Jongin dan Sehun melihatnya, mereka akan terheran-heran dengan sikapnya kali ini.

"Astaga. Orang tua satu ini malah merepotkan orang lain." Kedua mata si kakak tiba-tiba memerah. Tangannya kembali bergetar selama beberapa detik. "Makanlah yang banyak. Jangan pedulikan aku. Kau masih muda, jadi butuh banyak makan."

Chanyeol menggeleng. Mulutnya penuh oleh sesendok bibimbap. Setelah menelannya, ia minum beberapa teguk air mineral. "Orang tua juga butuh makan yang banyak. Tidak apa-apa. Aku akan sedih kalau Harabeoji menolak pemberianku. Oh, apakah Harabeoji berpikir aku memberi racun ke dalam makanan ini?" tanyanya.

"Tidak. Bukan begitu. Aku hanya ... hanya tidak biasa menerima kebaikan seperti ini. Apalagi kita tidak saling mengenal, kan?"

Senyum di wajah Chanyeol belum menghilang meski ia sedikit merasa dicurigai. Namun, ia sepenuhnya paham bahwa penolakan yang ia dapat bukan karena kecurigaan, melainkan bentuk kewaspadaan seorang kakek tua terhadap orang asing. "Harabeoji, masa depanku masih panjang. Aku juga tidak punya alasan untuk berbuat jahat pada Harabeoji. Ada banyak CCTV di sini, jadi jika terjadi sesuatu pada Harabeoji, polisi bisa menangkapku," jelasnya.

Pria beruban itu terkesan dengan ketulusan yang terpancar di kedua mata Chanyeol. Ia menitikkan air mata dan buru-buru mengusapnya. "Orang tuamu membesarkanmu dengan baik," pujinya.

Misterious Box (EXO-SKY) | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang