Di tengah penerangan teras yang cukup redup, Sehun mampu melihat kotak baru di sisi rak sepatu. Ia mendengkus pelan. Sudah tiga minggu berlalu sejak acara makan bersama Sky Family, terhitung ada empat misi yang tidak dilakukannya. Malam ini adalah misi kelima yang akan ia abaikan seperti keempat misi sebelumnya.
"Aku pulang." Sehun bersuara pelan memasuki rumahnya yang sedikit benderang.
Yunho mendongak dari ruang tengah. Di tangannya ada sebuah koran yang belakangan sering digemari sebagai bacaan malam hari. "Kau mandilah dulu, lalu makan malam," ujarnya.
"Baik." Sehun mengangguk dan langsung masuk ke kamar. Seonwoo sedang ada kegiatan liburan sekolah di Busan, sehingga ia memiliki lebih banyak waktu untuk merenung. Ia masih bertanya-tanya apakah mengambil keputusan yang benar atau malah sedang menciptakan masalah.
Tidak ingin larut dalam lamunan tanpa jalan keluar, Sehun segera membersihkan diri. Di sela guyuran air dingin, ia kembali dihantui perasaan aneh yang akhir-akhir ini mengganggu tidurnya. Ia takut apabila setiap hal yang ia lakukan dalam membantu orang lain berlandaskan rasa ingin mendapat hadiah dari entah siapa pun itu, meski seringkali ia melakukannya tanpa mendapat misi terlebih dulu.
"Sini, duduklah." Yunho rupanya sudah menyiapkan makan malam di sebuah meja kecil yang ia letakkan di tengah ruangan. "Ibumu memasak sundubu jjigae malam ini. Dia bilang akhir-akhir ini kau kehilangan selera makan."
Sehun menerima mangkuk nasi dari sang ayah. Meja bundar di hadapannya memang lebih kecil karena bukan untuk empat orang, tetapi di atasnya sanggup memuat satu mangkuk besar berisi sup tahu pedas, acar lobak, kimchi sawi dan daun bawang kesukaannya, serta telur gulung berisi irisan udang. Lidahnya bergoyang seketika. Ia lupa kapan terakhir kali menikmati masakan sang ibu dengan penuh suka cita.
"Coba ini," ujar Yunho seraya menyumpit sepotong acara lobak ke sendok Sehun. Setelah si sulung menelannya, ia menatap antusias. "Bagaimana?"
"Appa yang membuat acar ini?" tanyanya, merasa tak asing dengan rasa acar yang baru saja ia kunyah.
Yunho mengangguk. "Appa membuatnya tadi pagi sepulang dari pasar," katanya.
"Appa sudah tidak bekerja di pasar, kan?" tanya Sehun dengan nada curiga, teringat saat ia pernah memergoki sang ayah tengah memikul karung besar di pasar beberapa minggu lalu.
"Tidak. Pekerjaan Appa sudah menguras tenaga. Appa tidak punya banyak tenaga lagi, Hun. Lagipula, waktu itu Appa hanya membantu Paman Jang mengangkat karung," jelas Yunho di seberang meja. Ia tersenyum melihat putra sulungnya makan dengan lahap. "Omong-omong, apakah kau yang memasang iklan di koran?"
"Iklan apa?"
"Ini." Yunho mengulurkan koran yang tadi ia baca. "Ada iklan tentang jasa laundry kita."
Dahi Sehun seketika berkerut dan ia buru-buru meletakkan sumpit. Ia membaca iklan yang dimaksud sang ayah. Kedua matanya menyipit saat membaca beberapa baris kalimat promosi di kolom iklan. "Bukan aku," katanya.
"Bukan?"
Sehun meraih sumpitnya lagi dan kembali makan. "Aku hanya memasang brosur di papan informasi dekat kampus dan halte, tapi tidak memasang iklan di koran," jelasnya, masih dengan tatapan fokus pada koran di tangan kiri.
"Appa sudah bertanya pada ibumu dan dia menjawab tidak. Apakah mungkin Seonwoo? Kau tahu, belakangan adikmu suka bergabung ke organisasi pers kesiswaan," terang Yunho.
"Bisa jadi. Tapi, kurasa tidak," sanggah Sehun seraya menggeleng. "Seonwoo selalu bilang kepada kita lebih dulu apabila ingin melakukan sesuatu."
"Benar juga." Yunho mengusap dagu dengan pandangan bertanya-tanya. "Oh, apakah ibumu sudah bercerita? Belakangan, tempat laundry kita didatangi pelancong mancanegara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Misterious Box (EXO-SKY) | TAMAT
FanficOh Sehun memberanikan diri meminta gaji lebih awal untuk biaya pendidikan sang adik. Keesokan harinya, ia menemukan kotak misterius di depan rumahnya. Kotak itu berisi tantangan menyelesaikan 99 misi yang menjanjikan uang dan kesejahteraan untuk kel...