Long time no see T_T
Semoga suka dengan chapter kali ini, maaf kelamaan >,<
*
*
*
"Nama-nama yang akan saya sebutkan merupakan peserta yang lolos audisi, harap agar tidak langsung pulang saat jam pelajaran terakhir selesai." Laki-laki berusia hampir empat puluh tahun di depan sana menjauhkan kertas dari wajahnya sembari membenarkan posisi kacamatanya yang tebal.
Tak satu pun kepala berani berbicara dengan suara normal, bisik-bisik di antara para siswa terdengar samar menebak-nebak nama yang mungkin akan disebutkan oleh guru seni budaya yang seolah sengaja memperlambat waktu. Sabhira mencuri kesempatan untuk melirik Arkana, pemuda itu memandangi sepatunya dengan tatapan kosong. Entah apa yang sedang terlintas dalam sudut kepalanya saat ini, Sabhira tak berani buka suara karena suasana terlalu senyap.
"Dari kelas X. Bugenvil ...." Jeda panjang, membuat semua siswa semakin berdebar. "Rama Shareef."
Sorakan meriah dari barisan kelas Bugenvil pecah begitu saja saat nama Rama Shareef menggema dari sepiker. Semua mata kini terfokus pada perayaan mereka yang menyebarkan suasana bahagia, Kiersha terlihat merangkul pemuda bernama Rama dengan akrab dan mengacak-acak rambutnya dengan sengaja. Sabhira mengenal Rama karena lelaki itu berada di organisasi yang sama dengannya—Bumantara English Club.
"Berikutnya dari kelas X. Cendana ... posisi vokalis wanita akan di isi oleh ... Viona Arsyila."
Untuk satu detik Sabhira terdiam kaget dan berusaha mencerna situasi, seruan heboh dari teman-teman sekelasnya tak berhasil menarik kesadarannya.
"Viona, Ra. Viona lolos!!!" Bukan cuma suara Arkana saja yang berhasil membuat Sabhira tersadar sepenuhnya, tapi juga karena jemari pemuda itu yang kini menggenggam pergelangan tangannya dengan garis senyum secerah mentari.
Buru-buru Sabhira mengedarkan pandangannya, berusaha mencari di mana keberadaan Viona saat ini. Tidak butuh waktu lama, teman sebangkunya itulah yang datang menghampirinya dengan pelukan erat yang nyaris membuat napasnya sesak.
"Raaa! Gue lolos, Raaaa!!!"
Sudut-sudut bibir Sabhira terangkat naik, deretan giginya nampak begitu jelas sebagai tanda betapa bahagia hatinya saat ini. Mereka berdua bahkan mulai melompat-lompat kecil meski masih saling berpelukan erat.
"Gue tahu lo bakal lolos. Udah gue dugaaa."
Mendengar jeritan bahagia dari dua gadis di sebelahnya itu mau tak mau ikut membuat Arkana merasa gembira, meski jujur saja gemuruh dalam dadanya kini tak bisa tenang. Berulang kali ia menekankan diri bahwa tidak masalah jika tidak lolos, tapi tetap saja rasa tegang yang menyelimuti seluruh permukaan kulitnya tak bisa berbohong bahwa ia menginginkan hasil yang baik.
"Semuanya harap tenang dulu, ini masih ada nama yang harus di sebutkan lagi. Ayo, yang tertib barisannya." Meski sudah menggunakan mikrofon, guru itu tetap berteriak karena kemeriahan para siswa kian tak terkendali.
Berusaha tenang, Sabhira menyibakkan rambut gelapnya ke belakang bahu. Tidak menyadari bahwa dengan tindakannya itu, ujung-ujung rambutnya tidak sengaja menampar wajah Arkana. Jujur saja, tamparan kecil itu membuat Arkana sedikit terkejut. Namun, wangi sampo yang menguar dari kibasan rambut Sabhira membuat Arkana terpaku di tempat. Ia suka wangi sampo Sabhira, entah itu wangi sampo atau produk rambut lainnya ... ia suka.
Arkana tidak berharap banyak, permainan gitarnya saat audisi kemarin tidak begitu maksimal karena jemarinya terasa perih sehabis memukuli Radit. Ia hanya tidak ingin menjadi sosok egois yang memiliki tujuan akhir sebatas keberhasilan belaka, tapi ia juga harus siap berhadapan dengan kegagalan dalam berbagai. Ia percaya bahwa tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini, Tuhan telah mengatur segala sesuatunya maka dari itu ia tidak pernah menganggap apa-apa saja yang tidak berhasil sebagai sebuah kesia-siaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A poem [SEGERA TERBIT]
أدب المراهقينKetika puisi menjadi wadah untuk segala emosi, karena hati menguras habis segala bentuk perasaan. Dalam sanubari, ada hasrat untuk menjadikan seseorang sebagai tanda titik di halaman terakhir kisah hidup. Menorehkan rasa dalam setiap bait-bait puisi...