Bab 8.

21 8 0
                                    

Sampainya di rumah, Abi dan Umi sudah menunggu di meja makan. Haqi serta Zidan langsung duduk di meja makan. Makan malam ini disajikan dengan menu ayam dan lele goreng lengkap dengan sambal serta lalapan.

"Isya' nanti di rumah saja. Karena yang jadi imam bukan kamu." ujar Abi.

"Ouh... iyha bi."

"Kita sholat berjama'ah di rumah. Kamu tadi sudah sholat maghrib kan??"

"Sudah Abi.. tadi Haqi dan Zidan mampir ke masjid."

Umi membawa semua piring kotor ke westefel. Haqi membantu Umi membersihkan meja makan dan Zidan merapikan kursi.

🍁🍁🍁

Zakia pov_

Zakia sudah bisa kembali ke rumah sejak maghrib tadi. Kini ia memilih istirahat di kamar saja. Sesekali Bunda juga datang mengantar makan malam dan mengecek kondisinya.


"Jangan lupa di makan yha.. Bunda khawatir kalo kamu gak makan nanti.."

"Iyha Bunda.. nanti Zakia makan kok."

Bunda meninggalkan Zakia. Sepiring nasi goreng dengan timun segar tak akan disia siakan olehnya. Bunda memang tidak pernah salah mengingat kesukaan anaknya. Nasi goreng itu langsung habis sampai tak tersisa sedikit pun.

Setelah sholat isya' tadi ia hanya bersantai di atas kasur sambil mengobrol dengan Rania melalui WhatsApp. Namun setelah minum obat, rasanya ia mulai mengantuk. Akhirnya ia memilih untuk tidur.

🌹🌹🌹

Pagi hari yang cerah, mengusik Zakia dalam tidurnya. Ia benar benar masih mengantuk usai sholat shubuh tadi, sampai memutuskan untuk tidur sejenak selesai tilawah.

Setelah mandi, ia turun ke bawah untuk membantu Bunda seperti biasanya. Namun Bunda melarangnya untuk membantu di dapur. Hal itu membuat Zakia duduk diam di meja makan dengan raut wajah sedikit kesal. Tiba tiba Naufal datang menepuk pundak Zakia.

"Aataghfirullah... kak!! kaget kagetin Zakia ajha... kok kak Naufal gak ikut Ayah ke luar?"

"Emangnya Ayah kemana dek? kok kayaknya dari tadi gak lihat Ayah."

"Ayah baru berenang di kolam belakang. Kamu gak ikut? biasanya kalo Ayah berenang pasti kamu sellau ikut." jelas Bunda.

"Gak dulu Bund.. kemaren kan, Naufal habis berenang. Masa hari ini berenang lagi."

"Yha.. gak apa lah, emangnya aturan berenang itu ada?"

"Gak juga sih Bund.. cuma nanti takut baju Naufal habis. Kan, kasihan Bunda yang nyuci." gumam Naufal.

Setelah sarapan siap, Naufal memanggil Ayah. Lalu kembali ke meja makan, untuk melanjutkan sarapannya.

"Kuliah kamu udah libur dek?"

"Belom.. dua hari ke depan masih masuk. Setelah itu baru libur sampe acara wisuda kelulusan S1."

"Ouh... besok mau dianter kakak gak?"

"Boleh.. Zakia juga kasihan samaRania kalo harus jemput ke rumah terus."

"Besok panggil kakak ajha kalo udah siap.."

Selesai sarapan, Zakia membantu Bunda membersihkan piring piring kotor.

Zakia ingin pergi ke kamar setelah mencuci piring. Namun, bel rumah berbunyi. Bunda segera membuka pintu rumah.

"Zakia ganti baju dulu, nanti kalo ada tamu."

Ternyata mereka kedatangan tamu. Ahmad dan Aisyah, orang tua Haqi.
Ayah yang tadinya sedang menikmati kopi di ruang tamu, langsung menyambut Ahmad.

"Assalamua'laikum warahmatullahi wabarakatuh.." ucap Ahmad.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.." balas Hasan dan Sarah.

"Gimana kabarnya mad?"

"Alhamdulillah.. saya baik baik saja. Masih dalam lindungan Allah."

Ahmad dan Hasan asyik mengobrol, tidak lain dengan Aisyah dan Sarah. Tiba tiba Zakia datang, kemudian mencium tangan Aisyah, Umi Haqi.

"Eh... anak gadis udah besar bangett yha. Sekarang gimana kuliahnya?"

"Alhamdulillah lancar lancar saja tante." ucap Zakia gugup.

"Panggil Umi saja.."

"Eh.. iyha Umi."

"Lho... ini anak gantengnya mana?" tanya Sarah.

"Ouh.. Haqi baru keluar sama temen temennya. Katanya ada rapat untuk isi kajian bulan depan."

"Maa syaa Allah yha.. anakmu itu udah sholeh, hafidz, sebentar lagi jadi ustadz tuh.. kaya Abi nya."

"Bisa ajha kamu Sarah.."

Kedatangan keluarga Haqi memang untuk menjenguk keadaan Zakia. Namun, mendengar jika keadaannya sudah membaik membuat Ahmad dan Aisyah tenang.

Setelah mengobrol terlalu lama. Akhirnya keluarga Haqi memutuskan untuk pulang.

"Yaudah.. kalo gitu kita pamit dulu. Berhubung keadaan Zakia sudah baik, jadi kita lebih tenang."

"Terimakasih yha mad.. sudah mau berkujung ke sini."

"Iyha.. mungkin lain kali bisa ke sini terus kalo sudah jadi besan."

"Duhh... bisa ajha kamu mad, kapan kapan lahh.. aku tanya Zakia dulu."

"Ayah.. apa apaan sih.." pekik Zakia melirik kesal ke arah Ayah.

"Ehh.. kamu denger. Gimana tuh? ditanya sama Abi?" goda Ayah.

"Belom waktunya yah.. perjalanan Zakia masih panjang."



Just Need a PauseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang