Bab 29.

10 3 0
                                    

"Terkadang keindahan hanya untuk dilihat, bukan untuk dimiliki."

- Zakia Az-Zukhrufa -

🌊🌊🌊

"Kak Haqi.. kok bicaranya gitu sihh. Udah lahh... Zidan jadi takut nih." ungkapnya.

"Hehhe.. iyha deh, maaf. Yaudah, ayo masuk."

Selesai sholat ashar berjama'ah, mereka pulang ke rumah.

"Jadi jalan jalan gak dek??" tanya Haqi tiba tiba.

"Lohh.. katanya kakak gak bisa. Mau istirahat. Gak jadi deh.." jelas Zidan.

"Udah gak kok.. tadi udah isirahat. Jadi gak nih? sebelum kakak berubah pikiran lagi lho.."

" Iyha deh kak.. habis maghrib ajha kita perginya."

"Iyha.. kakak nurut lahh."

Sampainya di rumah, Haqi segera menyiapkan materi kajian dari jauh jauh hari. Dirinya pun sesekali menghafal dan mencatat materi tersebut di sebuah kertas, takut jika tiba tiba lupa. Ketukan pintu terdengar, ternyata itu adalah Umi. Umi masuk dan mendekat ke arah Haqi.

"Haqi.. kamu tiga hari lagi ada kajian kan?" tanya umi.

"Iya umi.. memangnya kenapa?" tanya Haqi balik.

"Gak apa apa.. hati hati yha nak, gak usah ngebut di jalan. Semoga lancar kajiannya yha.." jelas umi.

"Siap umi.. tenang ajha. Haqi gak akan ngebut kok dijalan." balasnya.

Umi pun meninggalkan Haqi yang sedang fokus dengan materi kajiannya.

Karena besok sudah melaksanakan puasa. Umi memutuskan untuk menyiapkan menu makan malam sekaligus untuk sahur besok. Abi pun sedikit membantu pekerjaan umi. Sedangkan Zidan membantu membersihkan taman belakang.

.......

Zakia pov_

Zakia membantu Bunda memasaka untuk hidangan makan malam sekaligus besok sahur. Ia pun membantu Bunda memotong beberapa sayuran yang akan dijadikan sayur cap jay. Sedangkan Bunda memasak hidangan malam ini.

"Bund.. ini di potong gini, bener kan?" tanya Zakia.

"Iya sayang.. tapi dikecilkan lagi yha, itu kayaknya terlalu besar dehh.." jelas Bunda.

"Siapp Bunda..."

Zakia kembi melanjutkan memotong sayur yang ia bawa. Setelah selesai, Bunda mengarahkan bahan apa saja yang harus ia masukan untuk memasak cap jay.

"Gimana Bund?? terlalu asin gak?" tanya Zakia

"Udah pas rasanya nih.. gak terlalu asin dan gak terlalu pedas. Wahh... anak Bunda hebat nih." puji Bunda.

"Makasih Bunda tersayangnya Zakia..." balasnya mencium pipi Bunda.

Makan malam disajikan ke atas meja makan. Adzan maghrib tiba, Zakia dan Bunda bersiap untuk sholat maghrib. Sedangkan Ayah pergi ke masjid.

Just Need a PauseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang