Bab 10.

22 8 3
                                    

Zakia pov_

Setelah pulang dari mall, Zakia berdiam diri di kamar dan asyik dengan layar handphone nya. Ia benar benar merasa sangat bosan, karena tak tahu apa yang ingin dia lakukan.

Sore ini Zakia dan keluarga akan mengadakan acara lamaran di rumah calon kakak ipar nya.

"Aku istirahat ajha kali yha.. nanti sore biar fresh gak bosen lagi."

Akhirnya ia memutuskan untuk istirahat.

Bunda dan Ayah kini sibuk di ruang tamu untuk menyiapkan beberapa seserahan yang akan dibawa ke rumah calon menantu nya. Sedangkan Naufal justru sibuk memilih pakaian yang cocok untuk acara nanti saat lamaran.

pukul 15.45

Zakia dan keluarga sudah bersiap untuk pergi ke rumah kakak ipar.

"Kak.. ayo!! lama banget sih keluarnya.." gerutu Zakia menunggu kakaknya yang dari tadi tak henti hentinya memakai parfum.

"Iyha.. yaudah, ayo!!"

Rumah kakak ipar memang tak jauh dari rumah yang Zakia tinggali. Hanya butuh waktu 2 jam saja untuk sampai kesana.

"Kak... jangan gerogi gitu lah.." goda Zakia.

"Apaan sih dek, diem gak?!"

"Biarin... kan emang sengaja goda kakak.." balas Zakia.

Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah calon kakak ipar.

"Assalamualaikum.. pak Rudi, gimana kabarnya?"

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.. alhamdulillah saya dan keluarga baik baik saja." balas Rudi.

Rudi pun mempersilahkan mereka masuk ke dalam. Kini, mereka duduk di ruang tamu sambil menunggu kedatangan anak perempuan Rudi.

Hasan, Rudi dan Naufal mengobrol bersama. Tiba tiba seseorang yang mereka tunggu datang.

"Assalamualaikum.." ucap gadis itu.

Annisa Al-Mahera. Itulah anak gadis Rudi yang akan dilamar Naufal. Annisa memang sudah mengenal Naufal sejak lama, terlebih lagi Zakia adalah adik kelasnya semasa di Pondok Pesantren dulu.

"Maa syaa Allah... Annisa cantik banget, Bunda sampe ke tipu sama wajah kamu." puji Sarah.

"Terimakasih tante.."

"Lho.. jangan panggil tante, panggil Bunda ajha. Sebentar lagi kamu kan juga anak Bunda." sambung Sarah terus menggoda menantunya.

Annisa hanya tersenyum, acara lamaran di mulai.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh... saya Naufal Malik Ramadhan datang bersama keluarga dengan niat baik untuk melamar anak om Rudi, Annisa Al-Mahera. Saya akan bertanggung jawab dengan lahir dan batin untuk menafkahi anak om Rudi. Jadi apakah Annisa Al-Mahera bersedia menerima lamaran ini?" jelas Naufal.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh... baik, saya selaku wali dari anak saya.. Annisa Al-Mahera ingin bertanya beberapa hal. Apa pekerjaan Naufal saat ini?"

"Pekerjaan saya saat ini menjadi seorang dosen di Universitas Bandung dengan jurusan Sastra Arab."

"Apakah kamu siap menafkahi anak saya secara lahir dan batin?"

"In syaa Allah saya siap om..."

"Baiklah.. kalau begitu sekarang kita tanyakan kepada Annisa, apakah kamu mau menerima lamaran ini nak?" tanya Rudi pada Annisa.

"Bismillah.. saya Annisa Al- Mahera selaku putri semata wayang dari Ayah Rudi, dan Ibu Riska bersedia menerima lamaran dari Naufal Malik Ramadhan."

"Alhamdulillah..." sorak kedua keluarga bahagia.

"Maaf.. apakah kamu ada paksaan dengan lamaran ini atau ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan?" tanya Naufal memastikan semuanya baik baik saja.

"Nisa gak ada paksaan kok, Nisa menerima lamaran dari Naufal dengan senang hati dan ikhlas. Dan Nisa tidak ada sesuatu untuk disampaikan." jelas Annisa tersenyum.

Setelah melalui ketegangan diantara keduanya. Kini kedua keluarga tersebut makan bersama.

"Sekarang Zakia kerja apa?" tanya Riska, Ibu Annisa.

"Saya mau kerja jadi guru tante.. tapi tunggu bulan depan."

"Ouh.. bagus tuh, terus kapan nikahnya?"

Seketika Zakia tersedak dan segera meneguk air yang berada di gelas hingga kandas.

"Masih lama tante.. Zakia mau kejar mimpi dulu."

"Ouh.. yaudah, semangat yha untuk kejar mimpinya."

Setelah acara makan bersama. Zakia, annisa dan Naufal mengobrol bersama.

"Kakak kerja apa sekarang?"

"Jadi desainer baju wedding." jelas Nisa.

"Wahh!! nanti klo kakak nikah gak usah pesen gaun dong."

"Mungkin.. biar hemat biaya."

"Kok aku jadi nyamuk yha..." gerutu Naufal yang sedari tadi berada di dekat adiknya.

"Ehh... iyha, maaf. Jadi dosen Sastra Arab itu susah gak?" tanya Nisa.

"Hemm.. gak terlalu sih, asyik ajha. kayak waktu belajar di Turkey dulu." jelas Naufal.

"Ouh.. yang semangat yha mas." ucap Nisa tanpa disadari.

"Panggil apa tadi?" goda Naufal.

"Ehh.. gak apa kok. Gak bisa di ulur lagi." ujar Nisa tersipu malu.

"Duhh... jiwa jomblo ku merana." pekik Zakia.

Wahh wahh wahh.....
belum nikah ajha udah bucin kayak gitu..

Maaf yha kalo masih ada typo nya. Nanti author edit klo cerita ini udah selesai.🤗🤗

Jangan lupa tetep vote dan komentar yha...

Just Need a PauseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang