Bab 19.

18 6 0
                                    

Apapun yang menjadi takdirmu, pasti akan menemukan jalannya sendiri untuk menemukanmu

- Ali bin Abi Thalib -

🌟🌟🌟🌟

"Bang Naufal, apa kabar?!" ucap seseorang.

Suara bariton itu membuat Zakia melirik ke belakang. Dan siapa sangka jika, ia adalah Haqi. Lagi lagi dipertemukan untuk ke sekian kalinya.

"Yha Allah.. mengapa hamba selalu bertemu dengannya?" batin Zakia berperang dengan hati kecilnya.

"Dek!! kamu gak mau masuk? atau kita tinggal ajha." ujar Naufal.

" Iyha iyha kak.. aku mau taruh barang di bagasi dulu." balasnya.

"Biar aku ajha yang taruh kopermu di bagasi." ujar Haqi.

"O..ouh.. iyha. Terimakasih.." balasnya gugup.

Haqi mengambil alih koper Zakia. Kemudian masuk ke dalam mobil. Mobil yang ada di belakang adalah mobil yang berisi teman teman Haqi. sedangkan yang di depan adalah mobil yang ditumpangi Naufal, Nisa, dan Zakia.

Hampir setengah jam perjalanan menuju hotel. Akhirnya mereka sampai. pesanan tiga kamar hotel untuk mereka. Zakia dan Nisa satu kamar. Sedangkan yang lainnya terbagi menajdi dua kamar.

Pisah sebentar sama istri gak apa lah yha?!

Zakia dan Nisa memutuskan untuk istirahat dan mandi sebelum waktu ashar tiba.

"Dek!! kamu masih suka sama Haqi yha?!" hardik Nisa.

"Duhh.. kak Nisa apa apaan sih. Gak ada lahh.." balas Zakia.

"Udah lahh.. kamu jujur ajha sama kakak, lagian kamu gak ada temen curhat kan?"

"Ehmm.. iyha sih kak, tapi aku malu ajha kalo harus cerita tentang perasaan ke orang lain."

"Gak apa lahh.. mungkin kakak bisa kasih solusi."

"Iyha juga yha.. nanti kalo ada yang mau aku ceritain ke kakak, boleh deh."

"Iyha.."

Mereka melaksanakan sholat ashar berjama'ah. Setelah sholat, terdengar pintu kamar diketuk. Zakia membuka pintu kamar tersebut masih dengan mukena nya.

"Ada apa sih kak?!" umpat Zakia.

Tanpa ia sadari, seseorang yang sedang berhadapan dengannya kini adalah Haqi. Rasa malu merutuki perasaannya. Bingung harus berkutip bagaimana.

"Ekhm.. ini untuk makan nanti malam. Setelah isya' turun ke restoran hotel." tuntun Haqi.

"O..ouh.. iyha, maaf. Aku kira tadi kak Naufal." pekik Zakia masih merasa malu.

"Iyha.. gak apa kok."

"Kalau gitu, saya pamit. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Zakia menatap Haqi yang sudah pergi dari hadapannya. Ia segera masuk dan memberi satu lembar kupon makan malam pada kakak iparnya.

"Kalo tiba tiba kita di lamar tuh, kakak bakal jawab apa?"

"Ehmm... yha, kakak bakal minta waktu untuk pikirin baik baik jawabannya." jelas Nisa.

"Oke deh kak.. satu ilmu dari kakak. Siapa tahu ada yang dateng ke rumah buat ajak ta'aruf." monolog Zakia berkhayal.

☄☄☄☄

Setelah isya', Zakia dan Nisa segera turun ke restoran hotel. Sedangkan yang lainnya sudah berada disana dahulu. Naufal dan Nisa memutuskan untuk duduk berdekatan. Pemandangan itu justru membuat Zakia tak nyaman dan lebih memilih untuk duduk di kursi taman dekat restoran hotel.

Just Need a PauseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang