Bab 27.

21 4 0
                                    

Apapun yang menjadi takdirmu, pasti akan menemukan jalannya sendiri untuk menemukanmu.

- Ali bin Abi Thalib -

🌟🌟🌟🌟

Selesai bersantai dan menghilangkan lelah bersama teman temannya. Haqi pamit untuk pulang karena ada urusan mendadak.

"Pulang dulu yha.. Maaf dadakan banget." ujarnya merasa tidak enak.

"Udah lahh.. gak apa, ngapain minta maaf. Kayak sama siapa ajha kamu. Hati hati qi.. gak usah ngebut ngebut." sorak Ayas yang ssbenarnya masih bisa di dengar oleh Haqi.

"Iyha iyha.. aku juga gak tuli yas.. ngapain teriak teriak sihh.." balasnya melirik ke arah Ayas.

Haqi menaiki motor sport nya dan bergegas pulang. Bukan Haqi namanya jika tak mengebut di jalan.

Hadeuhhh😌😌

Sampainya di rumah, Umi nya benar benar sangat mengkhawatirkan keadaan Haqi.

"Umii tuh khawatir, kirain ada masalah di jalan. Alhamdulillah kalo udah pulang. Rasanya lebih plong, fresh, badan jadi jauh lebih enteng. Jadi keterusan deh sampe sekarang."

Lahhh..
kok jadi iklan le mineral yha😅😅

"Iyha ummi.. maaf yha bikin ummi khawatir. Soalnya tadi di ajak sama temen mampir ke cafe dulu." balas Haqi menyengir.

"Iyha.. yang penting lain kali kalo mau mampir kabarin ummi dulu."

"Yaudah.. Haqi ke kamar yha ummi, mau istirahat. Soalnya nanti malem isi kajian di masjid."

"Iyha.. selamat istirahat yha."

🍁🍁🍁

Di kamar..

Haqi bersantai di meja belajarnya. Selesai mengganti pakaian santai, ia mencari materi yang akan ia isi untuk kajian nanti malam.

"Huftt.. ngantuk juga yha belajar materi kajian."

Ia pun memutuskan untuk istirahat sebentar. Mulai memejamkan mata mengikuti alam mimpinya.

Adzan berkumandang...

Haqi terbangun mendengar alarm jam handphone nya. Ia segera bersiap untuk pergi ke masjid bersama Abi.

"Udah siap ajha kamu.." ujar Abi mendekat ke arah Haqi.

"Hehe.. iyha dong. Gak mau kalah nih sama Abi.."

Akhirnya mereka pergi ke masjid bersama. Sesekali mengobrol bersama Abi dan Zidan adalah kebiasaan bagi Haqi. Agar hubungan mereka semakin dekat dan akrab.

"Muridnya gimana?? gak ada yang bolos kan? dosennya ajha ganteng gini.. masa masih ada yang bolos sih??" goda Abi.

"Hhehe.. gak ada Abi, alhamdulillah semuanya hadir. Mereka juga asik kalo di jelaskan. Haqi jadi terbuka sama mereka." jelasnya.

Sampainya di masjid. Haqi langsung memimpin menjadi imam. Tak lupa ia mengingatkan semua jama'ah yang hadir untuk merapatkan shaf shalat.

Selasai sholat, mereka pulang ke rumah. Haqi segera mandi dan melanjutkan materi kajian yang tadi ia pelajari.

🍀🍀🍀

Zakia pov_

Zakia sedang sibuk mempersiapkan beberapa hadiah untuk murid muridnya. Karena sebentar lagi mereka liburan puasa ramadhan.

"Apa yha, yang cocok buat hadiah mereka?"

Zakia masih saja sibuk memikirkan hadiah apa yang akan ia berikan pada murid muridnya itu.

"Kayaknya aku kasih tumbler dan alat tulis ajha. Biar bermanfaat untuk mereka."

Ia pun membuka aplikasi shopee. Ia memesan 14 tumbler dan alat tulis sesuai dengan jumlah muridnya.

Tiba tiba dering telephone berbunyi..

Ternyata Rania yang menghubunginya. Ia merasa sedikit takut, namun ternyata dugaannya salah. Rania justru menceritakan kejadiannya sebelum Abbas datang melamarnya. Zakia sangat sangat berterimakasih karena sahabatnya itu tak marah padanya. Rania pun juga sangat berterimakasih karena sudah memahami perasaanya. Walaupun sebenarnya Rania dan Dzakir jarang bertemu. Namun, keduanya memiliki perasaan yang mereka sembunyikan.

Setelah mengakhiri panggilan dari Rania. Ia berniat untuk pergi ke taman mencari pemandangan di sore hari. Tak lupa, ia membawa kucing kesayangannya.

"Owa.. kita jalan jalan ke taman yukk!!"

"Meongg.. meongg..." begitulah jawaban dari kucing kesayangannya.

"Okehh.. tunggu aku yha. Aku mau mandi dulu."

Setelah mandi, ia segera pergi ke taman. Menikmati indahnya alam dengan pemandangan sore hari selalu saja membuatnya tenang. Tanpa ia sadari, setetes air mata mengalir di pipinya.

"Hiks.. "

Zakia segera menghapus air mata itu. Entah alasan apa yang membuatnya menangis.

"Kenapa aku masih saja mencintaimu. Jika pada akhirnya memang lauhil mahfudzmu pemenangnya." ujarnya kembali meneteskan air mata.

"Jika suatu saat nanti kau tidak di takdirkan dengan ku. Maka cukuplah bagimu, pernah menjadi pilihanku."

Air mata kembali mengalir deras di pipinya. Entah mengapa perasaanya kini semakin dalam untuk seseorang yang belum tentu menjadi takdirnya. Tak ingin berlarut dalam kesedihan, ia pun segera pulang dan menghapus air matanya.

Sampainya di rumah, ia masuk ke kamar. Karena Bunda dan Ayah sedang mengobrol di taman belakang. Jadi tak ada yang tahu jika ia menangis.

"Huft... tenang Zakia. Jangan sampe penyakit kamu kambuh."

Zakia memang memiliki penyakit. Dimana ia akan merasakan sesak napas saat ia terlalu banyak pikiran, terlalu sedih, dan takut.

Semuanya ia tahan, untungnya tidak kambuh. Ia pun segera mengambil air wudhu bersiap untuk melaksanakan sholat maghrib.

"Lho.. kamu kapan pulangnya?" tanya  Bunda terkejut.

"Daritadi lho Bundd.. maaf yha, Zakia gak nyapa Ayah sama Bunda." ujarnya.

Adzan berkumandang..

Mereka segera melaksanakan sholat berjama'ah. Selesai sholat berjama'ah, Zakia dan Bunda tilawah al qur'an bersama. Setelah itu acara makan malam berlangsung.

Sampai sini dulu yha.. menurut kalian gimana??
Maaf baru up.. semoga kalian suka.

Mohon dimaafkan bila masih ada typo. Jangan lupa vote dan komentar. Karena itu sangat di butuhkan bagi author😊🤗

Salam author.. untuk kalian. Byee...😄😄



Just Need a PauseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang