Setelah acara ditutup, 'Pemuda Dakwah' mengadakan sholat dhuhur berjama'ah yang akan di pimpin oleh Haqi.
Merdunya lantunan ayat suci Al-Qur'an yang di lafadzkan Haqi berhasil membuat satu ruangan itu hening tanpa adanya suara sedikitpun.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.. assalamualaikum warahmatullah." ucap Haqi mengakhiri salam.
Beberapa tamu langsung beranjak pergi dan pulang. Pastinya Haqi dan yang lainnya dikawal oleh beberapa penjaga.
"Habis ini gak ada kajian lagi.. mau pulang ke Bandung langsung atau gimana qi?" tanya Haidar.
"Ehm.. kayak nya kita liburan dulu ajha disini. Lagian kita udah jauh jauh juga, setelah dua hari kita akan pulang ke Bandung. Gimana?" balas Haqi.
"Nahh.. ide bagus tuh qi, sekalian cari pengalaman baru disini." sahut Faiz.
"Cari pengalaman atau cari jodoh iz?" goda Akbar.
"Itu mahh harus do'a yang kuatt bro..." balas Faiz
Ustadz Faisal mengajak mereka makan siang di sebuah restoran. Restoran seafood menjadi pilihan mereka.
"Ayo silahkan di pilih menu nya.. setelah itu saya antar kalian ke hotel untuk istirahat." ujar Faisal.
"Ustadz itu jadi pemandu kita yha? supaya kita tidak tersesat disini?" tanya Haidar.
"Yha.. begitulah, tapi saya juga sering mengisi kajian disini.. jadi ini pekerjaan sampingan saya." jelas Faisal.
"Maa syaa Allah.. semoga ustadz dan keluarga selalu diberikan kelancaran rezeki yha.." sahut Haqi.
"Iyha.. Aamiin."
Usai memberikan buku menu dan daftar pesanan ke pelayan, mereka saling mengobrol satu sama lain untuk mengenal lebih dekat.
"Anaknya ustadz berapa?" tanya Akbar tiba tiba.
"Anak saya ada empat. Yang pertama cewek seumuran kalian, belom menikah. Anak kedua 2 SMA, anak ketiga kelas 5 SD dan anak keempat masih bayi."
"Wahh... yang keempat kecil bangett yha..."
"Kenapa Akbar? apa kamu mau jadi calon menantu saya?" tanya Faisal tiba tiba.
Mendengar itu, Akbar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Semua teman temannya tersenyum ke arah Akbar.
"Nahh tuh.. di interogasi kan kamu." timpal Haqi meledek.
"Iyha tuh ustadz, dia lagi cari calon istri.. katanya umi nya sudah minta dia untuk menikah." jelas Haidar.
"Duh.. diem gak kalian?!" balas Akbar kesal dengan mereka.
Ustadz Faisal hanya terkekeh mendengar pembicaraan mereka. Namun, sebenarnya jawabannya itu serius.
"Gak apa lho sama anak saya. Kalo minat, bisa main ke rumah saya besok." sahut Faisal tersenyum.
"Saya jadi gak enak sama ustadz..." balas Akbar.
"Istikharah dulu saja, nanti kalau benar benar minat.. saya antar ke rumah." ujar Faisal.
"I... iyha ustadz, terimakasih." balas Akbar.
Pesanan yang mereka tunggu akhirnya datang. Acara kajian dan makan siang kali ini berjalan dengan lancar.
🔥🔥🔥
Zakia pov_
Setelah seharian mengunjungi SD yang akan menjadi tempat ia mengajar, ia memutuskan untuk iatirahat.
"Bund.. aku pamit tidur yha.."
"Iyha.. udah sholat kan?"
"Udah lah Bund.."
Rencana nya Zakia akan mengajar mulai bulan depan dan mengejar mimpinya mulai dari situ. Rania, sahabatnya mengejar mimpi dengan menjadi guru bahasa Inggris.
Adzan ashar berkumandang.
Zakia segera bangun dan melaksanakan sholat ashar. Karena setelah ini ia ada janji dengan sahabatnya, Rania.
"Bunda.. Ayah.. Zakia mau main sama Rania dulu yha. Sebelum kita sama sama sibuk dengan profesi guru kita." jelas Zakia memohon.
"Yaudah.. hati hati dan jangan pulang terlalu malam yha nak.." pesan Bunda.
Meraka berdua pergi ke bazar kuliner. Banyak jenis jajanan dan es yang di jual disana.
"Wahh... kalo lihat ini mah gak akan tahan." sahut Zakia.
"Yha mana bisa kita tahan lihat jajanan kayak ginian." balas Rania.
Zakia dan Rania pun berkeliling sesekali membeli jajanan dan es yang mereka inginkan.
Emang mereka itu dua sahabat setia yang suka banget sama jajan. Ikuti terus kelanjutan Just Need a Pause yha..
Jangan lupa untuk beri vote dan komentar yha..🤗🤗
visual Annisa Al-Mahera.
Maaf yha.. kemaren ketinggalan publish visualnya.😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Need a Pause
Romance(Sebelum baca jangan lupa follow akun author dulu yha...😊🤗🤗) Kisah seorang gadis bernama Zakia Az-Zukhrufa yang diam diam mengagumi sosok Haqi Hanafi pada akhir pendidikannya di Pondok Pesantren. Namun, mendengar kabar bahwa Haqi mengetahui hal i...