Episode 29: Si Korban Gosip

76 13 2
                                    


Liburan hari raya Nyepi sudah berlalu. Ujian untuk kelas XII tinggal menghitung hari. Hari ini sekolah kembali masuk, Dimas datang mengendarai sepeda motor pemberian ibunya. Dia memarkirkan motornya bersama siswa-siswa lainnya. Sejenak dia mengaca di spion, membenarkan rambutnya agar nggak lepek-lepek amat, memastikan dasi dan seragamnya rapi. Lalu mendadak dia membeku, menemukan Prana sedang menatapnya.

Dia jadi gelisah saat Prana mendekat. Ia tahu harus meminta penjelasan dari ciuman di malam pawai, tapi juga takut untuk memulainya.

"Ikut aku, Dim," jetus Prana datar. Sorot matanya yang dingin itu entah apa artinya, membuat Dimas makin takut aja.

Dimas mengikutinya dengan langkah tak pasti hingga sampai di pekarangan belakang yang sepi. Dia memainkan tali tasnya, memandang gelisah punggung Prana di dekat bangku taman. Entah dia harus memulai dari mana.

"Kak Pran, apa kamu..." gumam Dimas berhati-hati.

"Kenapa kamu nggak jawab panggilanku, chatku nggak kamu balas, waktu Nyepi," sela Prana sambil berbalik menatap tajam Dimas.

Dimas mengernyit bingung, menurunkan tangannya. "HP-ku rusak waktu nonton pawai ogoh-ogoh."

"Kamu nggak tahu seberapa khawatirnya aku?"

Dia termenung. Jujur, agak sedang rasanya. "Maaf, Kak. Tapi ada yang ingin aku tanyaka..."

"Waktu Nyepi kamu ada di mana?" sela Prana lagi. Kali ini lebih tegas. "Aku tanya ke Dede, katanya kamu bareng Boy, di hotelnya pula," terangnya menggebu.

Dimas tercengang. "Apa Kakak mencurigaiku selingkuh?" tanyanya terheran.

Prana mengambil satu langkah mendekat. Wajahnya menahan amarah. "Sudah kubilang, jangan terlalu akrab sama Boy, tapi kamu malah nginep di hotelnya. Bagaimana aku nggak curiga?"

Dimas tercekat. Tak percaya dengan apa yang ia dengar. Gelisah dan takutnya berubah menjadi amarah dan kecewa. "Bagaimana bisa Kakak bilang begitu? Inti dari sebuah hubungan adalah saling percaya. Tidakkah Kakak percaya denganku? Kakak bahkan belum tanya mengapa aku bisa berakhir di sana, tapi sudah mencurigaiku selingkuh."

"Jangan membalikan omongan, Dim."

"Kakak yang membalikan omongan!" Dimas nyaris teriak. Sungguh ia amat kecewa. "Bagaimana dengan Kakak? Apa Kakak memang nggak bisa nonton ogoh-ogoh?"

Prana termenung. Kini dia mulai takut.

"Aku lihat Kakak di sana. Kakak nonton ogoh-ogoh. Kakak ciuman dengan seorang cewek," tekan Dimas serak. "Aku sangat percaya sama Kak Pran, tapi nyatanya kepercayaan itu hanyalah sampah bagi Kakak."

"Dimas..." Kini Prana mengerti. Dia mendadak pilu.

"Ya, Boy memang menawarkan banyak kenyamanan padaku, bahkan lebih dari yang Kak Pran berikan. Tapi aku selalu menolaknya, bahkan ketika aku melihat Kak Pran ciuman dengan orang lain, aku masih mendorongnya pergi. Sekarang katakan padaku, siapa dia, Kak?" tuntut Dimas parau.

Prana mendadak kehilangan kata. Bola matanya bergetar tak tentu arah.

Dimas menghela napas kecewa. "Bahkan Kak Pran nggak punya alasan untuk menjelaskan."

"Dimas..." Prana ingin meraih tangannya, tapi Dimas segera mundur.

"Apa Kakak masih sayang sama aku?" Mata Dimas mulai berkaca-kaca. "Bukan itu... selama ini, apa Kakak memang mencintaiku?"

Prana menunduk. Murung. "Maaf..."

"Jangan minta maaf, katakan padaku siapa dia, Kak!" seru Dimas agak lantang. "Tatap mataku... Katakan kalau yang kulihat itu cuman salah paham. Katakan kalau tidak ada orang di antara kita, Kak."

[BL] Pria Kecil di Bawah PayungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang