CHAPTER 2

637 71 7
                                    

Dua bulan berlalu. Pavel yang pasrah dengan kehidupan buruknya memilih tidak mempermasalahkan Tin untuk tinggal bersamanya, ia juga tak pernah membatasi Tin untuk melakukan apa pun, selama pria itu tak menyentuhnya.

"Berhenti menatapku," ucap Pavel dengan nada rendah tanpa memalingkan pandangan dari buku yang ia baca dari balik kaca mata anti radiasi yang melindungi pupil hitam pekat yang di mahkotai iris coklat terang miliknya.

"Aku tak bisa."

"Kenapa? Apa kau memiliki masalah dalam hal memejamkan mata?" 

"Tidak juga."

"Lalu?"

"Aku hanya suka melihatmu," balas Tin tersenyum.

Pavel menatap pria berkulit putih pucat yang lebih terlihat seperti mayat hidup di sampingnya.

Semua orang bahkan enggan melihat wajahku karena mungkin tak menarik sedikit pun. Lalu ada apa dengan pria aneh ini? 

Pavel masih terdiam dengan pikirannya sendiri. Ada apa dengan pria yang memiliki wajah cukup menarik, tubuh tinggi tak kurang dari 192 cm, penampilan luar biasa, begitu candu dengan wajahnya yang ia rasa tak seberapa. Wajah yang selalu ia tutupi dari orang-orang. 

"Omong kosong," gumam Pavel. 

"Apa yang terus kau gumamkan?"

"Kau bajingan sialan yang sungguh berlebihan."

"Aku?" Tin menunjuk wajahnya sendiri.

Pavel sedikit menurunkan kaca matanya dan kembali menatap Tin yang masih tak berpaling dari wajahnya. Bahkan pria itu terlihat tak keberatan dengan segala umpatan dan sebutan kasar yang selalu ia ucapkan. 

"Ya, kamu. Apa perlu ...."

"Tidak perlu. Lanjutkan saja belajarmu," potong Tin cepat.

"Bagaimana aku bisa berkonsentrasi jika kau terus melihat ...."

"Apa kau gugup?" tanya Tin semakin melebarkan senyum, terlihat tak takut jika ia akan mendapatkan umpatan lagi, bahkan mungkin lemparan buku dari pria berwajah datar di hadapannya.

Pavel menarik napas kuat sebelum melepaskannya dengan perlahan, tak akan selesai jika ia terus meladeni pria itu.

"Ya."

"Alasannya?"

Siapa pun akan merasa gugup jika di tatap oleh pria sepertimu. 

"Tuan, berhenti menggangguku. Pergi atau menghilanglah seperti kebiasaanmu, biarkan aku belajar dengan tenang sebelum rasa ngantuk menyerangku," pinta Pavel sebelum melanjutkan buku bacaannya yang sempat tertunda. Tin adalah pria keras kepala yang memiliki hobi untuk berdebat, dan waktu belajarnya akan terbuang banyak jika terus meladeni pria itu.

"Baiklah, aku tak akan mengganggumu, tapi aku tak akan pergi, izinkan aku berbaring di sini," balas Tin. Tanpa menunggu persetujuan ia langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur Pavel yang tak begitu luas dan hanya muat untuk satu orang saja. 

"Baiklah, lakukan sesukamu selama itu tak memelototi dan menyentuhku, itu sungguh tak nyaman," balas Pavel masih tidak mengalihkan pandangan dari bukunya.

Meskipun Pavel tidak begitu khawatir jika Tin akan benar-benar menyentuhnya, mengingat ia memiliki fisik yang menurutnya biasa saja, tak ada yang bisa di banggakan darinya selain hidung mancung dan iris mata coklat terang milik mendiang ibunya. Bahkan kulitnya tak secerah Tin yang memiliki kulit putih pucat seperti mayat hidup.

Dan Tin adalah pria manis yang penurut, meski selalu membuat Pavel kesal dengan segala tingkah konyolnya. Namun, sekalipun pria itu tak pernah menyentuh atau berbuat lancang pada pria itu, justru Tinlah yang selalu melindungi dan menjaga Pavel selama mereka tinggal bersama. Meski Pavel tak pernah menyadari itu. 

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang