CHAPTER 12

301 47 0
                                    

"Bisakah kau tidak menanyakan apa pun soal wanita itu?"

"Baiklah."

Tin kembali mengikuti langkah kaki Pavel yang berjalan cukup lambat, seolah sedang menghitung dedaunan kering yang bertebaran di atas trotoar jalan. Menunduk dengan tangan yang masih mengepal erat. Sesekali menarik napas panjang, berharap bisa melupakan semuanya dengan cepat. Namun, sepertinya itu hal yang tak mungkin. Hatinya bahkan masih merasakan sakit hingga sekarang dan tak ada obat satu pun yang bisa menyembuhkannya saat ini. Tin pun benar-benar memasang telinga dengan benar, mungkin saja ia bisa mendengar isi kepala Pavel. Namun, sepertinya tak berhasil, pikiran Pavel kosong, pria itu hanya terus berjalan tanpa memikirkan apa pun. Sungguh satu hal yang membuat Tin khawatir hingga tiba-tiba sangat merindukan segala umpatan pria itu.

"Bisakah kau menungguku di sini?" tanya Pavel menghentikan langkah kakinya, saat sudah berdiri di pinggir trotoar depan supermarket di seberang sana.

"Apa yang ingin kau lakukan?"

"Membeli sesuatu." 

"Berhati-hatilah ...." 

Kalimat Tin tertahan di tenggorokan saat Pavel langsung menyebrang jalan tanpa menunggunya menyelesaikan kalimat, hingga hanya bisa mengamati pria itu dari kejauhan.

Sebenarnya siapa wanita tadi? Apa dia kakak prempuan, Pew? Tapi kenapa sangat berbeda, baik wajah atau pun penampilan. Dan kenapa wanita itu bisa merusak mood Pew hanya dalam waktu sedetik saja.

Tin masih berdiri di pinggiran trotoar dan menjadi anak baik sebab sudah menuruti perkataan Pavel. Dan beberapa menit kemudian, saat pria itu telihat dengan sebuah kantung hitam di tangan, tanpa memeriksanya pun Tin sudah bisa menebak, jika kantong itu berisi beberapa botol minuman beralkohol.

"Seandainya aku bisa menghapus ingatan seseorang, mungkin kau tak akan membutuhkan minuman beralkohol atau pun hujan untuk melupakan mimpi buruk dan rasa sakitmu." Tin masih terus mengamati Pavel yang tengah berjalan menuju ke arahnya.

"Kita jalan sebentar lagi, tamannya di depan sana," ucap Pavel kembali berjalan.

"Berikan padaku, ini sangat berat untukmu."

"Tidak perlu, aku sudah ...."

"Terbiasa?"

Pavel terdiam tak menjawab.

"Ya, aku tahu itu. Dan sebaiknya kau juga harus terbiasa jika ada aku di sampingmu yang akan selalu membantumu," sambung Tin lekas mengambil kantung plastik dari tangan Pavel tanpa menunggu persetujuan pria itu.

"Sampai kapan?" tanya Pavel dengan suara rendah.

"Apa maksudmu?"

 Pavel menghentikan langkah kakinya dan berbalik menatap Tin.

"Sampai kapan kau akan terus berada di sekitarku?"

"Aku ...."

"Kau tak akan selamanya terus berada di sampingku, 'kan?"

"..."

"Sudah beberapa minggu berlalu dan kau masih belum mengingat harus pulang ke mana?" 

Tin masih terdiam karena bingung harus menjawab apa, sebab ia tak mungkin meninggalkan Pavel seorang diri, setelah tahu kesedihan dan masalah yang sudah di alaminya, terlebih hanya pria itu yang bisa membantunya untuk kembali ke tubuhnya sendiri.

"Maaf, tapi aku masih belum tahu harus pulang ke mana."

"Sepertinya kau harus bekerja keras untuk mengingat tempat asalmu, bukan bekerja keras untuk membantuku. Aku bisa melakukan apa pun sendiri."

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang