"Baiklah, buat dia tak bisa berlari lagi!" Perintah pria itu ketika berhasil melihat bayangan Tin yang masih berlari, hingga di detik kemudian.
DOR!
Suara tembakan terdengar di malam itu, bersamaan dengan tubuh Tin yang terjatuh ketika peluruh bersarang di sisi kanan perut hingga membuatnya tak berkutik.
"Shit! Apa aku akan mati di sini?"
Tin meringis menahan sakit di perutnya, darah yang keluar dari luka membuatnya pening, hingga pandangannya tiba-tiba menggelap ketika mereka menutupi wajahnya dengan menggunakan sebuah kain berwarnah hitam, sebelum mengikat kedua tangan dan membawanya menuju ke mobil. Tidak hanya itu, mereka juga sengaja menghilangkan kesadarannya dengan menyuntikkan sesuatu di lehernya.
Dua hari berlalu, setelah Tin kembali mendapatkan kesadarannya. Namun, ia merasa ada yang bebeda. Ia tak bisa menggerakan tubuhnya yang terikat dan terasa begitu sakit, hingga perih di sekujur tubuh. Ia tahu jika saat ini tubuhnya terluka cukup parah, entah apa yang sudah mereka lakukan padanya, yang jelas rasa sakit itu membuat napasnya semakin pendek dan cepat, di tambah kepala yang terasa akan meledak.
"Tampaknya kau sudah terbangun."
Suara berat seketika menyapa pendengarannya. Suara asing yang tak pernah ia dengar sebelumnya. Meskipun ia sudah bertemu banyak orang dan berbicara dengan mereka. Namun, sekalipun Tin tak pernah mendengar suara pria di hadapannya saat ini, pria yang tak bisa ia lihat karena kain hitam yang masih menutupi kepalanya.
"Kenapa kau tak membiarkanku melihat wajah brengsekmu? Apa kau takut jika aku akan membalas perbuatanmu suatu waktu?" tanya Tin masih lancang, meski tahu jika nyawanya kini berada di ujung tanduk.
Pria itu terbahak, sebelum kembali melepaskan tendangan ke dada Tin hingga membuatnya kembali memuntahkan banyak darah, bersamaan dengan tubuhnya yang terpental di atas lantai dingin dan lembab juga bau busuk yang menyengat.
"Kau tak perlu melihat wajahku, begitu pun denganku yang tak perlu melihat wajahmu, entah seperti apa rupamu hingga wanita yang sangat aku cintai begitu memujamu. Sungguh memuakkan, bahkan aku rasa membunuhmu saja tidaklah cukup," ucap pria asing itu benar-benar mengeluarkan semua kebenciannya lewat kata-kata yang tak mungkin hanya sebuah ancaman saja.
"Kau mengenal Selena?"
Pria itu kembali terbahak. "Seharusnya Selena hanya melihatku, dan menjadi milikku. Aku juga bisa memberikan segalanya. Namun, ia selalu menolakku karena dirimu. Dan itu membuatku muak!"
"Aku rasa Selena tak akan pernah menyukai pria keparat sepertimu."
"Begitukah? Lalu apa yang akan terjadi jika kau lenyap dari kehidupannya? Apa ia masih akan mencintaimu? Kau berharap dia akan menunggumu?"
"Selena akan melakukannya, karena dia sangat mencintaiku," balas Tin yang benar-benar berhasil membuat pria di hadapannya naik pitam.
Di detik kemudian, saat Tin bisa mendengar suara benda tajam yang bergesekan dengan besi pembatas.
"Baiklah, kau akan lihat apa yang bisa aku lakukan kepada Selena. Aku akan membuatnya tak mempunyai pilihan lain selain menikah denganku dan melupakanmu," ucap sang pria mengarahkan ujung belati tepat di dada Tin. "membusuklah di neraka," sambungnya menekan belati tersebut sekuat tenaga hingga menembus kulit dan merobek daging Tin bersamaan dengan darah segar yang mengucur dan sedikit menodai wajah pria itu.
"ARRGHH!"
Jeritan penuh kesakitan Tin terdengar memenuhi ruangan, ketika belati menancap di dadanya dan mungkin menembus jantungnya, sebab napasnya seketika tertahan di tenggorokan, dengan jantung yang berhenti berdetak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian Angel
RomanceGuardian Angel, menceritakan tentang seorang pria yang terjebak di dalam tubuh orang lain selama bertahun-tahun dan menghabiskan sisa waktunya untuk mencari tubuhnya sendiri. Hingga pada satu waktu saat ia dengan tidak sengaja menemukan seseorang y...