CHAPTER 34

254 38 2
                                    

Pavel terdiam sambil menunduk. Sebenarnya ia memiliki banyak pertanyaan yang menumpuk di kepalanya. Namun, entah mengapa ia selalu merasa berat untuk menanyakannya kepada sang ayah, selain tak ingin mengungkit masa lalu yang mugkin ingin di lupakan ayahnya, ia juga tak ingin menghadirkan ingatan yang seharusnya sang ayah lupakan.

"Pavel, apa yang ingin kau ketahui?" tanya tuan Caillen yang sepenuhnya memahami perasaan sang putra, terus menggenggam telapak tangannya yang masih terlihat ragu untuk mengeluarkan sepatah kata pun.

Pavel menarik napas kuat sambil memejam dan melepaskannya dengan perlahan sebelum kembali menatap ayahnya ketika merasa jauh lebih baik.

"Valerie, apa dia benar kakakku?"

"Ya," angguk tuan Caillen menjawab tanpa ragu.

"Bagaimana bisa?" tanya Pavel yang terlihat masih tak mengerti, mengapa ia bisa hidup terpisah dari Valerie dan hanya hidup bersama Caroline.

Tuan Caillen menghela napas perlahan sebelum mulai menceritakan semuanya kepada Pavel, termasuk pernikahannya dengan Sovanna dan kedua kakak tirinya, Kayne dan Rosura. Hingga di menit kemudian saat air mata Pavel seketika luruh, merasa jika kehidupan Valerie begitu menderita, ia tak pernah merasakan kasih sayang dari ayah dan ibu mereka, bahkan setelah ia meninggal, sekali pun ia tak pernah melihat sosok tuan Caillen yang pastinya sangat ia rindukan.

Valerie menghabiskan sisa waktunya untuk terus menunggu dan merindukan mereka. Hal itu sungguh membuat hati Pavel semakin sakit sebab Valerie tak tahu jika ibu mereka sudah lama meninggal dan tak mungkin mengunjunginya lagi.

"Apa kau tahu, jika sampai detik ini Ayah masih merasa sangat bersalah kepada kakakmu yang tak pernah tahu jika Ibu tak akan kembali lagi untuk menjemputnya. Dan tak ada cara untuk menebus semua kesalahan Ayah kepada mereka," ucap tuan Caillen dengan kedua mata yang kembali berkaca, terlebih saat Pavel memeluknya bersamaan dengan air mata keduanya yang kini luruh saat mereka terlarut dalam duka dan kerinduan, "maafkan Ayah, jika sudah mengabaikanmu selama beberapa tahun ini."

"No, Dad. Ini bukan salahmu. Ayah sudah melakukan yang terbaik."

"Ayah hanya memilikimu sekarang, dan melihatmu bersedih saat ini sungguh menyakiti hati Ayah."

"I am so sorry, Dad." Pavel semakin terisak oleh rasa bersalahnya.

"Pavel, apa ada hal lain yang membuatmu sangat bersedih?" tanya tuan Caillen menatap wajah putranya yang hanya diam tak mengatakan apa pun, "katakan kepadaku, apa karena pria itu?"

Tuan Caillen masih mengingat sosok Tin, meski tak pernah tahu jika seseorang itu adalah mantan asisten Kayne. Ia juga sempat melihat Tin menolong Pavel dari amukan Kayne, dan terakhir saat ia mendengar perpisahan mereka satu minggu lalu, hingga ia bisa menangkap sesuatu yang tak biasa dari perasaan keduanya.

Putranya sudah dewasa, dan di usia dua puluh satu tahun, ia rasa sangat wajar jika Pavel mulai jatuh cinta dan mengenal seseorang, dan siapa pun itu. Tak begitu khawatir dengan Tin, sebab tahu jika Tin yang selalu melindungi putranya. Ia juga tahu jika sang putra akhirnya tersenyum karena Tin, putranya bisa bahagia karena pria itu juga. Tak peduli dengan jenis kelamin dan asal-usul Tin, selama pria itu bisa membuat putranya bahagia.

"Tin pria yang baik." Satu jawaban yang keluar dari mulut Pavel dengan nada pelan. Masih tertunduk menyembuyikan kesedihan.

"Ayah tahu," balas tuan Caillen mengangguk pelan, hingga Pavel yang tadinya hanya menunduk kini memiliki keberanian untuk menatap wajah sang ayah yang sejak tadi menatapnya dengan senyum lembut.

"Lalu, apa boleh aku menemuinya?"

"Tentu saja, kau bisa menemuinya." Segera setelah jawaban itu keluar dari mulut tuan Caillen, bersamaan dengan pelukan erat Pavel yang kembali menitikkan air mata. Namun, kali ini pria tua itu tahu, jika air mata putranya adalah air mata kebahagiaan. Ia tak pernah mengingat, apa Pavel pernah merasa sebahagia ini sebelumnya?

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang