CHAPTER 11

374 51 3
                                    

"Aku cukup lelah hari ini, kau tahu itu. Setidaknya jangan buatku kesal kali ini. Tolonglah," sambung Pavel.

"Maaf, aku benar-benar melupakan jalan pulang ...."

"Bukankah sudah aku katakan untuk tetap di rumah saja dan tak mengikutiku?" potong Pavel dengan nada suara serendah mungkin, berusaha menahan perasaan kesal yang kembali bergejolak di dalam dirinya.

"Oh baiklah, aku benar-benar minta maaf," balas Tin yang tanpa aba-aba, langsung mengambil buku dari tangan Pavel, juga tas punggung dan langsung di pakainya.

"Apa lagi sekarang?"

"Ijinkan aku membantumu. Ini pasti sangat berat. Bukankah cuaca cukup panas hari ini?"

"Dan wajahmu mungkin akan terbakar sebentar lagi."

"Kau benar." 

Tin lekas memakai topi dan masker mulut untuk melindungi wajah pucatnya dari teriknya matahari. Hingga orang yang sejak tadi di sampingnya hanya bisa terdiam tanpa ekspresi, padahal ia hanya asal bicara, tapi pria itu benar-benar menanggapi perkataannya dengan serius. 

"Bagaimana dengan ini?"

"Kau bisa membawanya langsung ke rumah, aku harus ke tempat kerja," balas Pavel setelah merasa membaik.

"Kenapa kau tak beristirahat saja dulu? Kau nampak kelelahan."

"Aku tidak apa-apa, aku hanya merasakan otakku yang lelah. Namun, tidak dengan tubuhku. Aku masih bisa bekerja, setidaknya pekerjaannku tak membutuhkan otak untuk berpikir keras."

"Tapi kau ...."

"Berhenti keras kepala. Aku sudah melewati hari-hari seperti ini selama lima tahun, dan sudah terbiasa dengan itu. Kau hanya baru melihatku seperti ini, kau bisa pulang terlebih dahulu," potong Pavel dengan pandangan lurus ke depan, di mana kendaraan berlalu lalang begitu juga dengan para pejalan kaki dan pepohonan rindang di pinggiran trotoar yang tertiup angin yang menerbangkan dedaunan kering di satu arah. Ia rasa sebentar lagi akan turun hujan, meski saat ini matahari bersinar cukup panas. 

"Kau sungguh melewati ini semua? Jika boleh mengetahuinya, sejak umur berapa tahun kau hidup seorang diri?"

"Enam belas tahun."

"Kau bercanda?" 

"Apa aku sedang tertawa sekarang?"

"Tidak, hanya saja ...."

"Aku tidak pernah menganggap hidupku sebagai lelucon."

Tin berdecak, masih tak percaya. Sebab di usia enam belas tahun ia masih tergantung pada kedua orang tuanya, masih mendapatkan kasih sayang dan perhatian extra dari mereka, sebelum hal buruk menimpanya saat itu.

"Bukankah kau masih memiliki keluarga yang utuh? Kedua orang tua, dan kakakmu?" tanya Tin yang masih sangat penasaran dengan keluarga Pavel.

"My Mom sudah meninggal beberapa tahun lalu."

Tin terdiam dengan alis mengernyit tanpa mengalihkan pandangan dari wajah Pavel yang terlihat biasa saja. Sungguh anak yang hebat, sebab bisa menyembunyikan kesedihannya dengan sangat rapi. Pikir Tin.

"Apa karena sakit?"

"No, my Mom bunuh diri," balas Pavel akhirnya mulai terbuka kepada Tin, meski hal itu sungguh menyakiti hatinya, sebab ia yang kembali mengingat kejadian buruk pagi itu.

"Lalu, Ayah dan saudaramu?"

"Mereka membuangku."

"What?"

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang