Pavel tersenyum menatap Tin. Untuk yang pertama kalinya juga ia menunjukkan senyum terbaik miliknya setelah mereka tinggal bersama selama berminggu-minggu.
"Aku tak pernah takut padamu, Tin. Meski kau bukanlah pemilik tubuh itu atau hantu sekalipun, sebab bagiku kau adalah seseorang yang bisa membuatku nyaman, kau adalah temanku," balas Pavel tak berhenti menatap pria itu. Dan sangat jelas jika Pavel memang tak terlihat takut kepadanya. Berbeda jika penampilan pria itu seperti hantu kebanyakan di luar sana yang memiliki wajah hancur tak beraturan, dan melayang ke udara dengan pakaian putih mereka.
"Kau sungguh-sungguh?"
"Tentu saja. Apa aku terlihat seperti orang ketakutan sekarang?"
Tin menarik napas panjang sebelum melepaskannya dengan perlahan. Merasa lega atas jawaban Pavel, meski itu tak sepenuhnya membuat ia tenang. Sebab tak tahu jika setelah semuanya ini, apa Pavel masih akan membiarkannya untuk tetap tinggal atau justru mengusirnya.
"Ya, seharusnya aku tahu, kau pria yang tak pernah takut dengan apa pun."
"Aku pernah menjadi seorang anak yang sangat penakut juga cengeng. Sebelum aku terbiasa tinggal dan tidur di dalam sebuah ruangan bawah tanah yang dingin, pengap, gelap, dan mengerikan tanpa cahaya sedikit pun, dengan aroma amis darah yang menjijikkan tanpa makan dan minum," balas Pavel dengan jantung yang tiba-tiba berdetak lebih kencang dua kali lipat dari biasanya saat kembali mengingat semua kenangan dan penyiksaan yang pernah ia alami dulu. Namun, yang anehnya ia hanya bisa mengingat kenangan-kenangan buruk saja dan tak mengingat kenangan lain setelahnya.
Ia juga tak pernah tahu hingga saat ini, siapa yang tega melakukan hal kejam itu padanya, sebab yang ia ingat hari itu kedua kakaknya berpamitan padanya untuk ke luar negara karena harus menghadiri pertemuan penting di sana. Hingga pada malam itu ketika seorang pria asing menerobos masuk ke dalam rumahnya, melumpuhkan pengasuh dan membawanya pergi begitu saja. Dan berakhir di dalam sebuah ruangan bawah tanah selama berminggu-minggu. Ia bahkan sempat sekarat dan nyaris mati setelah kedua kakaknya berhasil menemukannya.
"Sekali lagi maafkan aku."
"Tak masalah, Tin. Kau justru mengingatkanku pada satu sosok yang selalu menemani hari-hariku yang penuh dengan kegelapan dan ketakutan saat itu."
"Sosok? Siapa dia?"
"Sampai saat ini pun aku tak pernah tahu siapa sosok itu, sebab aku tak pernah melihatnya, tak pernah menyentuh bahkan tak pernah tahu dari mana ia berasal dan mengapa ia bisa berada di dalam ruang bawah tanah milik keluargaku."
"..."
"Ia hanya terus berbicara padaku, meski terkadang aku selalu mendengar ia meringis kesakitan. Namun, aku tak bisa berbuat apa pun dengan kedua tanganku yang terikat. Hingga pada akhirnya aku tahu, jika dia bukan manusia biasa sepertiku tapi dia sepertimu," sambung Pavel membuat Tin terperangah.
Semengerikan itukah kisah Pavel di masa lalu? Namun, mengapa ketika mendengar cerita Pavel justru membuat jantungnya berdetak dengan sangat kencang, seolah ia pernah berada di masa itu bersama Pavel. Sepenggal ingatan sempat terlintas di ingatan, ketika suara tangis seorang anak kecil terdengar olehnya. Mengingat jika ia juga sempat terkurung di sebuah ruangan gelap selama berminggu-minggu, meski ia tak pernah menyesali itu sebab di ruangan itulah ia menemukan tubuh pria yang ia pinjam sekarang. Mencoba mengabaikan semuanya, Tin lebih memilih untuk tak memaksakan ingatannya. Mungkin itu hanya perasaannya saja.
"Apa kau tahu siapa yang sudah melakukannya padamu?" tanya Tin cukup penasaran.
"Tidak, aku hanya mengingat sebuah tanda yang di miliki pria itu."
"Tanda?"
"Sebuah gambar aneh berukuran kecil di lengan kirinya."
Tin kembali berpikir, bahkan sempat mengira jika pelakunya adalah kedua kakak Pavel karena sangat jelas tak menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian Angel
RomanceGuardian Angel, menceritakan tentang seorang pria yang terjebak di dalam tubuh orang lain selama bertahun-tahun dan menghabiskan sisa waktunya untuk mencari tubuhnya sendiri. Hingga pada satu waktu saat ia dengan tidak sengaja menemukan seseorang y...