CHAPTER 8

321 50 1
                                    

Tin yang duduk tepat di belakang kursi Pavel hanya bisa terdiam. Memahami jika Pavel tak begitu suka dengan keramaian, dan hanya menyukai keheningan, suara hujan, dan mungkin umpatannya sendiri. Menganggap jika Pavel berbeda, unik, dan menarik. Memiliki daya tarik tersendiri hingga membuat orang-orang akan sangat menyukai jika sudah mengenalnya. Sebab meski Pavel selalu terlihat dingin, datar, tak banyak bicara dan jarang tersenyum. Namun, Pavel memiliki hati yang lembut dan hangat. 

Apa memiliki hati yang dingin nyaris tak berperasaan, tidak simpatik bahkan acuh tak acuh terhadap masalah dan emosi orang lain adalah mekanisme untuk mempertahankan dirinya? Pikir  Tin, hingga tiga puluh menit berlalu saat minibus berhenti tepat di depan halte tak jauh dari kampus. Dan sebelum Pavel turun, Tin sudah turun terlebih dahulu untuk bersembunyi di balik halte sambil menunggu Pavel. Definisi mempersulit hidup, sedang ia sendiri bisa saja mengikuti Pavel tanpa ketahuan seperti kebiasaannya.

Berjalan masuk ke dalam lingkungan kampus yang luar biasa, diisi oleh mahasiswa dari berbagai macam kasta, sosial, juga negara. Dan Pavel seorang yang biasa tentu sungguh hebat karena bisa memasuki kampus bergengsi tersebut, itulah isi pikiran Tin saat sudah berdiri di sana, mengamati semua mahasiswa yang berlalulalang dengan berbagai macam rupa, penampilan, dan aktifitas mereka.

"Lihatlah, aku pikir pria aneh itu tidak akan menginjakkan kakinya lagi di kampus ini lagi."

Pavel disambut dengan ocehan seorang mahasiswi yang tidak berada jauh darinya, meski demikian ia lebih memilih untuk diam dan berlalu begitu saja. Mereka hanya kekurangan pekerjaan dan ingin melemaskan otot mulut dengan cara mengeluarkan kata-kata buruk untuknya, itulah yang ada di dalam kepala Pavel saat ini.

Tak seorang pun yang benar-benar melihat wajah Pavel utuh, ia selalu memakai hoodie bertopi yang lumayan besar dan menutupi wajahnya untuk bersembunyi. Para pendidik juga tak pernah keberatan pada prilaku Pavel yang di anggap aneh oleh semua mahasiswa di sana, mereka bahkan memaklumi sebab selama ini Pavel adalah mahasiswa terpandai di kelasnya.

"Oh, shit! Pria aneh itu lagi-lagi mengabaikanku, apa karena sudah berhasil mengalahkanku, jadi ia merasa pantas melakukan hal demikian?" keluh seorang gadis berwajah menarik mulai dari wajah, tubuh, style juga status sosial, di tambah otak yang cerdas. Dan dia adalah Abella, gadis yang juga memiliki otak cerdas di kelas Pavel.

"Apa ada masalah, Nona?" tanya sang pengawal yang selalu mengikuti gadis itu.

"Seharusnya bukan dia yang mendapatkan peringkat teratas, mustahil dia bisa mengalahkanku," balas Abella menatap geram ke arah Pavel yang hanya mengabaikan mereka.

"Anda hanya perlu belajar dengan giat untuk ...."

"Oh diamlah! Apa aku menyuruhmu untuk berkomentar? Lagi pula segiat apa pun aku belajar, aku masih belum bisa mengalahkannya. Ah, ini membuatku kesal, di sandingkan dengan mahluk buruk pembawa sial sepertinya. Lagi pula aku tidak bisa melakukan apa pun untuk melengsernya, kecuali mengeluarkan otak dari kepalanya. Kau bodoh?" Abella semakin geram, satu detik sebelum kejadian saat genangan air sisa hujan semalam tiba-tiba terciprat di wajah dan tubuhnya.

Kenapa terlalu brisik di sini. 

Tin benar-benar tak menyukai semua perkataan buruk yang keluar dari mulut kedua gadis di hadapannya. 

"AARRGHH!"

Suara teriakan Abella terdengar keras hingga mengejutkan seisi kampus. Bersamaan dengan beberapa dari mahasiswa di sana yang lekas menghampiri untuk memberikan pertolongan seadanya, tak sedikit juga dari mereka terlihat menyembunyikan tawa. Sebab hal yang luar biasa ketika melihat seorang gadis sempurna berubah menjadi nampak menjijikkan dengan air lumpur di seluruh tubuh.

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang