CHAPTER 25

236 40 2
                                    

Tubuh Pavel seketika kaku, bersamaan dengan napas yang tercekik di tenggorokan saat mendengar nama yang di sebutkan oleh Valerie, hal yang jelas membuat Pavel shock, di antara tak percaya sebab ibunya juga memiliki nama yang sama. Aranka Demetria.

"Pew, are you okay?" tanya Tin seketika panik saat melihat ekspresi yang tak biasa dari Pavel.

"Tin ...." 

Tanpa melanjutkan kalimat, Pavel langsung meraih telapak tangan Tin untuk di genggamnya erat.

"Ada apa, apa telah terjadi sesuatu? Kau mengetahui satu hal?" tanya Tin semakin khawatir.

"Kita harus ke rumah Valerie sekarang," balas Pavel.

"T-tapi ...."

"Sekarang, Tin!" 

Pavel lekas berlari melintasi koridor kampus dengan perasaan yang kini campur aduk. Tanpa berpamitan dengan Valerie yang juga terlihat bingung, ia pun tak menunggu Tin lagi. 

Tidak mungkin Ibu. Ibu sudah meninggal, tidak ... tidak mungkin. Mungkin mereka hanya memiliki nama yang sama dan bukan orang sama. Ayah ... apa yang sudah terjadi sebenarnya? 

Tin yang mendengar itu langsung menyusul sebelum menggenggam lengan Pavel dan berlari bersama sambil menengok kanan kiri, berharap ada taksi yang melintas di sana. Tanpa bertanya pun, Tin sudah bisa menebak jika nama seseorang yang baru saja di sebutkan oleh Valerie ada hubungannya dengan Pavel, dan mungkin saja memiliki ikatan yang kuat, sebab Pavel jelas menyebutkan nama ibunya. 

"Lekaslah naik, dan bisakah kau tetap tenang? Aku bersamamu, Pew. Dan akan terus menggenggam tanganmu," ucap Tin berusaha membujuk.

Sebuah taksi berhenti tepat di hadapan mereka dan langsung mempersilahkan Pavel untuk masuk dengan suasana hening yang menemani perjalanan mereka, sebab sejak tadi Pavel hanya diam tak mengucapkan satu kata pun, Tin juga kesulitan untuk mendengar suara hati Pavel saat ini.

Satu jam berlalu saat taksi yang mereka tumpangi berhenti di sebuah hunian sederhana yang terlihat begitu sepi. Keduanya tak yakin jika hunian tersebut masih memiliki penghuni atau tidak, sebab melihat daun-daun kering yang nyaris memenuhi halaman hingga teras rumah, begitu juga dengan tanaman merambat yang memenuhi dinding sampai ke atap rumah, nyaris menutupi jendela juga pintu masuk, lampu taman yang tak menyala sempurna yang sesekali padam dan kembali menyala bersamaan dengan suara burung hantu yang terdengar bersahutan untuk menemani mereka di hunian, juga kabut tebal yang membuat pandangan mereka jadi terbatas. 

Begitupun dengan cahaya yang minim, dan hanya ada satu ruangan di dalam sana yang terlihat memilik cahaya, meski tak begitu terang. Namun, cukup membuat mereka yakin jika memang hunian tersebut masih memiliki penghuni.

"Apa kau yakin ini rumah milik Valerie?" tanya Pavel tak lepaskan genggaman tangan Tin dan terus mengamati hunian berbahan kayu yang terlihat seperti pondok, terletak di pinggiran kota yang jauh dari pemukiman warga, berjarak beberapa meter dari jalan besar juga para tentangga lainnya, dan rumah tersebut tepat berdiri di ujung sebelum memasuki hutan dan sungai kecil.

"Ya, aku sangat yakin jika dia tak memberikan alamat yang salah. Ini adalah rumahnya," balas Tin semakin mempererat genggaman tangannya saat tahu jika Pavel sedikit ketakutan. Mengingat pria itu memiliki trauma di masa kecil yang pastinya masih membekas hingga sekarang, merasa dejavu dengan suasana di rumah itu. 

"Rumah ini terlihat kosong dan tak berpenghuni."

"Kita coba masuk ke dalam."

"Tanpa mengetuk pintu?"

"Ah, yah. Cobalah ketuk pintu itu," balas Tin mempersilakan dan Pavel yang langsung melangkah menuju pagar, bersamaan dengan suara pintu pagar yang berderit, juga lantai papan yang berderak ketika keduanya mekangkah ke halaman teras, sebelum Pavel mengetuk pintu tersebut.

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang