"Abela, aku pikir kau bukan gadis bodoh yang tak mengerti dengan perkataanku. Tak semua yang kau inginkan bisa kau miliki, dan aku bukan orang yang akan terus mengikuti semua keingianmu. Aku cukup muak." Hayden berbicara panjang lebar.
"Tentu saja hanya aku yang bisa mendapatkan apa pun yang aku inginkan. Kau juga tak mungkin lupa itu, Hayden!" balas Abela dengan amarah yang memuncak.
Memilih untuk pergi di bandingkan harus meluapkan semuanya kepada Hayden yang masih berdiri dengan wajah tanpa ekspresi sebelum memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi samping Tin. Abaikan kemarahan Abela yang ia anggap tak penting.
"Apa kau benar-benar mahasiswa baru di sini?" tanya Hayden terlihat masih sangat penasaran dengan keberadaan Tin.
"Ya."
"Sejak kapan?"
"Hari ini."
"Tapi kenapa kalian sudah sedekat ini?" tanya Hayden mengalihkan pandangan ke arah Pavel.
"Aku sudah lama mengenalnya," balas Tin ikut mengalihkan pandangan ke arah Pavel, ia selalu menyukai pria itu jika sedang fokus dan serius dengan buku bacaannya, sebuah pemandangan yang selalu ia lihat ketika di rumah dan ia mulai terbiasa dengan itu.
"Begitukah?"
"Hmm."
"Pavel orang seperti apa?" tanya Hayden.
"Apa?"
"Bukankah kau sudah lama mengenalnya? Aku ingin tahu, selain kutu buku dan suka menyendiri, Pavel suka melakukan hal apa saja?" Hayden kembali melontarkan pertanyaan dengan wajah yang terlihat serius.
Kening Tin mengernyit, ia yakin jika Pavel juga pasti mendengarnya, mengingat jarak mereka yang tak begitu jauh. Namun, Pavel memilih untuk tak peduli, seperti biasa.
"Memangnya apa yang ingin kau lakukan jika mengetahui semuanya?"
"Mempermudah langkahku untuk mendekatinya. Aku menyukai dan ingin mengejarnya. Tapi sepertinya aku harus berteman dengannya terlebih dulu, apa itu salah?"
Beraninya kau mengatakan hal itu di depanku. Sialan, kenapa aku jadi sangat kesal sekarang.
Tin menatap Hayden tak berkedip. "Ah, terdengar cukup aneh."
"Aneh?"
"Ya, jika ingin beteman dengannya mengapa tidak dari dulu saja?" tanya Tin.
"Kau benar." Hayden mengangguk pelan. "Tapi aku ingin bertanya satu hal padamu."
"Katakan."
"Apa kalian langsung dekat seperti ini di pertemuan pertama kalian?"
Tin terdiam sambil berpikir. Mereka selalu berdebat seharian, Pavel mati-matian menolaknya, selalu meneriaki dan terus mengumpat padanya, tak ada senyum manis selain ekspresi datar tanpa ekspresi dengan sorot mata tajam dan dingin, itulah kesan pertama mereka.
"Aku rasa tidak."
"Begitupun denganku. Aku kesulitan mendekatinya, kau pasti tahu itu."
Tin kembali melirik ke arah Pavel, ia yakin pria itu tidak tuli.
Kau sudah memiliki seseorang yang terus memperhatikanmu sejak awal kau masuk ke sini tapi, kenapa kau selalu merasa jika tak ada seorang pun yang ingin berteman denganmu?
"Jika ingin dekat dengannya, kau hanya perlu mengimbangi otak jeniusnya saja."
"Yang benar saja, itu mustahil." Hayden berbisik ke arah Tin. Ia merasa jika tak akan sanggup menjadi cerdas menyamai otak jenius Pavel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian Angel
Любовные романыGuardian Angel, menceritakan tentang seorang pria yang terjebak di dalam tubuh orang lain selama bertahun-tahun dan menghabiskan sisa waktunya untuk mencari tubuhnya sendiri. Hingga pada satu waktu saat ia dengan tidak sengaja menemukan seseorang y...