CHAPTER 27

327 42 2
                                    

Bruges

"Selamat siang, Tuan."

"Bagaimana?" tanya seseorang yang tengah duduk di sebuah sofa tunggal dengan nada tenang. 

"Aku sudah mendapatkan identitas gadis itu, dan ternyata benar. Gadis yang ditemukan tewas itu adalah putri Arankan Demetria."

Pria dengan postur tubuh tinggi tegap yang di baluti jas lengkap terlihat menarik napas kuat dan dalam sebelum mengeluarkannya dengan perlahan, mengulurkan tangan ke arah sang asisten yang langsung memberinya sebuah map berisi data lengkap seseorang yang sudah puluhan tahun ia cari. Meski pencariannya selama ini berakhir dengan penyesalan dan kesedihan. Dan pria itu adalah Caillen Reagan, pria yang selama ini mencari keberadaan putrinya yang menghilang dua puluh sembilan tahun yang lalu.

"Bunuh diri?" tanya tuan Caillen mengernyitkan alis dengan kedua mata yang tampak berkaca karena tak bisa menahan kesedihan dan keterkejutannya.

"Yah, Tuan."

"Apa putriku benar-benar meninggal karena bunuh diri, Chan?" Tuan Caillen bertanya sekali lagi. Sangsi jika putrinya melakukan hal tersebut, terlebih saat melihat luka pada tubuh putrinya, sungguh tak masuk akal jika itu adalah sebuah tindakan bunuh diri.

"Sesuai laporan yang saya terima dari pihak kepolisian, putri Anda memang melakukan tindakan bunuh diri. Tapi, jika di pelajari lebih dalam lagi, saya melihat banyak kejanggalan di sana."

Jantung tuan Caillen berdetak lebih kencang dari biasanya ketika mendengar pernyataan sang asisten. "Jadi maksudmu, putriku di bunuh?"

"Maaf. Tuan. Itu hanya pemikiran saya."

Tuan Caillen memejamkan kedua mata sambil memijat pangkal hidungnya. Pria itu juga terlihat menarik napas kuat hingga berulang kali untuk menenangkan perasaannya sendiri dari rasa sakit yang sudah menyiksanya selama beberapa tahun ini. 

"Lalu? Apa tak ada yang mengusut tuntas kasus ini?"

"Pihak keluarga bungkam dan tak ingin memperpanjang kasus ini, bahkan menutupnya dengan tiba-tiba."

Tuan Caillen meletakkan map di atas meja sebelum menyenderkan tubuhnya yang terlihat lelah. Penyesalan dan rasa bersalah kini menghantuinya. Jika saja saat itu ia tak membiarkan Aranka membawa putri mereka pergi, mungkin sampai saat ini, putrinya masih dalam keadaan baik-baik saja. Dan tentunya mereka juga tak akan menghabiskan waktu dengan terus berdebat, hingga Aranka yang berakhir bunuh diri. Bahkan jika mengingat hal itu lagi, jantung tuan Caillen kembali berdenyut nyeri, dan mulai merasakan sakit yang entah sampai kapan akan pulih.

"Apa Anda baik-baik saja, Tuan?"

"Aku merasa sangat buruk," balas tuan Caillen berusaha menahan air mata. 

"Saya mengerti perasaan Anda."

"Ini salahku, Chan. Semua menjadi seperti ini karena salahku." Tuan Caillen masih memejam sambil merasakan sesak di hatinya.

"Anda tak harus menyalahkan diri sendiri, Tuan."

"Sulit untuk tidak menyalahkan diri sendiri, aku bahkan kehilang mereka sekaligus, dan yang terburuknya. Sekalipun aku tak pernah melihat wajah putriku, bahkan setelah ia meninggal. Aku sungguh orang tua yang buruk, aku pikir dengan menyembuyikan identitas putriku, semua akan baik-baik saja. Ternyata aku salah, aku melakukan kesalahan fatal karena tak benar-benar melindunginya."

Sang asisten terdiam, tak memiliki kalimat apa pun lagi untuk menghibur tuan Caillen yang kini terlihat berduka dan hanya diam saja ketika melihat butiran bening menetes dari sudut mata pria itu yang masih memejam. Terlebih saat kejadian beberapa tahun lalu lagi-lagi hadir di dalam ingatan hingga membuat hatinya semakin sakit dan terluka.

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang