Anggukan kepala di balaskan dari Arana, menandakan ia setuju dengan apa yang barusan Railea bicarakan.
"Ayolah..., ini hanya mie bukan masalah besar"
Daysri berungkapan dengan wajah enteng tanpa sedikitpun rasa undur memakan mie pedas itu."Gw saranin aja lo beli sesuatu yang manis"
Arana membalasi Daysri, mencoba mengontrol nada bahasanya agar terlihat tenang"Kita beli kopi ya?"
Tanya Railea sembari tersenyum lembut ke arah Daysri.
"Boleh..."
Jawabnya singkat sembari berjalan menuju area minuman. Ujung telunjuknya ditarik Railea, menuntunnya menuju deretan kulkas yang penuh minuman.
Tarikan itu tidak begitu erat.
Yang sejujurnya Railea merasa ragu menggandeng tangan Daysri secara tiba tiba.
Menurut penilaiannya Daysri tak terlalu suka jika digandeng tiba tiba, dilihatnya Daysri mudah merasa tidak nyaman.Jadi dia sering ragu untuk melakukan hal itu. Ya...., walau hanya gandengan tangan.
Fikirnya kacau saat detik itu juga, hanya bisa menggandeng jari telunjuk Daysri yang ramping.
Dengan harapan di kepalanya"Semoga Daysri ga risih gw kek gini:')"
Ovt gadis itu sempat menguasai sampai perjalanan pulang ke rumah Daysri.
***
Masuk ke dalam rumah, mereka melanjutkan dengan membuat mie di dapur.
"Sini mie kalian, gw tuangin air panasnya"
Kali ini Railea dan Arana lah yang menjadi anak kecil. Daysri dengan santai membantu dua temannya,
mie cup itu di tuangkan air panas olehnya. Dua gadis itu mengantri di sampingnya dengan mata yang berbinar karena lapar yang menyerang."Yeyy..., makasi Daysri, pcarnya Raka, istrinya pak Doni.
Kedua gadis itu menyebut semua nama laki laki yang Daysri idolakan. Wajah cantik Daysri merah menyala bagai api yang tersulut."Aawww, sama sama gw kan baik hati makanya pak Doni suka sama gw"
Balas Daysri mengimbangi."Ra..., kita salah ngomong ga sih tadi?."
Tanya Railea menoleh ke arah arana."Halu nya sampe mau pacaran sama guru" Arana menyambungkan, Railea dan Arana bergegas kembali ke ruang tamu dan meninggalkan Daysri yang masih cengar cengir sendiri.
"Selamat makan..." Ucapan mereka serentak.
Suara tv melengkapi suasana yang hangat itu. Tawa dari ketiga gadis cantik ini terekam jelas dalam ruang yang kosong.
"Gw baru nyadar kalo Rai makan yang soto" Arana menunjuk ke arah cup mie milik Railea. Yang dibalas nya dengan anggukan, benar.
"Ya...., akhir akhir ini gw suka yang asin asin jadi gw pikir soto bisa jadi alternatif" Railea membenarkan ucapan Arana tadi dengan santainya ia menjelaskan alasannya membeli rasa yang berbeda.
"Lo aman Day?" Tanya Railea melirik ke arah Daysri yang terlihat kepedasan.
"Ya..., ga pedes pedes banget sih, lebih ke panas nya. Kayak mau mateng ini mulut gw"
Daysri menjawab sembari terus meniup mie nya yang panas."Kalo dilihat lihat, kayaknya gw mau es cream lagi" Ara menyela, pandangnya jauh mengkhayalkan es cream coklat yang enak dan manis.
"Lo udah makan 1 tadi, sekarang lagi?!." -_-
Railea menatap malas wajah Arana yang masih menghayal tentang es cream kesukaannya.
Terlepas dari Arana yang tergila gila dengan es cream. Waktu berjalan dengan iringannya.
Ketiga gadis itu makan dengan lahap, sangat tergambar rasa lapar di wajah mereka.
Tak kiranya waktu pun ikut tergambar cepatnya. Kini waktu menunjukkan pukul setengah lima sore. Sesuai dengan perintah Ragatha harusnya Raillea pulang sebelum jam 5 karena tepat atau pun lebih akan ada badai salju lagi.Panik, Arana lupa dengan ramalan cuaca sementara tugas itu belum selesai sepenuhnya.
Waktu yang begitu sempit sekarang semua sibuk, Railea membantu Arana dengan laporan makalah sementara Daysri datang dengan laptopnya melanjutkan ketikan Railea yang tertunda. Sulit mengejar semuanya dalam waktu 30 menit.***
Saat ini wajah Railea panik. Takun jika Raga yang keras kepala itu menerobos badai demi dirinya. Jalan yang licin membuatnya semakin khawatir. Entah apa yang akan terjadi nanti, namun firasatnya sudah buruk sekarang.
Jantung itu terpacu cepat, fokus pun tak terkendali andai Sandrina ada di sini membantu.
Namun ia ada halangan upacara agama di rumahnya. Yang dimana mau tak mau mereka bertiga harus bekerja tanpa Sandrina di samping mereka.Suasana memanas, waktu tinggal beberapa belas menit sebelum jam 5.
"Ini ga bakal selesai, besok kita bisa lanjutin proposal nya lagian besok jadwal kumpul terakhir. Sekarang kita kirim fail makalah sama laporan aja dulu" Railea menjelaskan."Ya, gw setuju itu. Proposal bisa kita lanjutin besok sekarang tinggal laporannya sebelum jam 6 harus di kumpul. Nanti gw yang ngirim laporannya ke buk Cha Cha makalahnya, Railea..."
Panggil Daysri dalam jelas nya."Gw ngerti, gw yang ngirim makalahnya dirumah. Gw bisa lanjutin beberapa materi buat proposal nanti jadi besok tinggal nyalin aja ke template"
Railea membalasi."Oky berarti besok gw tinggal ngetik aja kan?" Arana memastikan.
"Yap, besok kita kerja bareng buat ngebuat proposal prakteknya" Railea mengimbangi.
"Kalo gitu kalian bisa pulang, badai udah mau sampe di jam nya. Di luar juga udah hujan salju lagi" Daysri memperingati, wajahnya khawatir akan keadaan temannya.
"Kalo gitu gw duluan ya" Railea berlari memakai jaket dan sepatunya tak lupa dengan sarung tangan yang menutupi jari jarinya.
"Hati hati Rai" Cemas Daysri.
"Iyah, tenang aja. Ara, lo ga pulang?."
Tanya Railea yang hendak keluar pintu depan."Gw nginep disini, gw tadi udah bilang dirumah gw jugaan sepi"
Arana menjawab dengan wajah sedikit khawatir."Kalo gitu gw duluan ya!."
Railea keluar dari rumah Daysri, ia mulai berlari menyusuri jalanan yang tertutup salju, angin yang kencang menerbangkan rambutnya kemana mana.***
"Kerjasama itu penting, mau seberat apapun dan sesingkat apapun waktunya akan terasa lebih mudah jika dikerjakan bersama"_全部ごめんなさい_
![](https://img.wattpad.com/cover/367697323-288-k643217.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Dan Arti Pertemanan (End)
Teen Fiction- lD e k r i p s i Seorang gadis muda yang hidup sendiri di luar kota karena mengejar sekolah impian "Raillea Athena Gayatria "gadis muda berusia 16 tahun bersekolah di sekolah ternama. Mengambil keputusan untuk menjadi seorang penulis dan guru bah...