Aku dan Sebuah Surat

15 6 0
                                    

Pagi ini di hari minggu.
Railea mendapat telpon dari orang tuanya.
Ini pertanda waktunya t'lah habis di kota ini dan harus kembali ke tempat asalnya.

Surat sudah terproses dan sekarang berada di tangannya, dengan tanda tangan orang tuanya airmata itu sekarang menetes di lembaran surat kecil itu.

Tiga surat lain ia tulis dengan linangan airmata yang membasahi setiap lembar kertas yang ia tulis untuk 3 malaikatnya.

Tak terbayang bagaimana retaknya hati seorang Railea sekarang. Yang dimana faktanya jika ia harus pergi sekarang, namun inilah perjanjian.
Menunggu proses dari pihak sekolah sekitar 3 minggu lagi dan tak ada lagi nama "Railea Athena Gayatria" dalam absensi di kelas 10.4.

"Gw harus apa?..., gw ga mau keluar dari sekolah. Gw ga mau jauh dari mereka..."

Lirihnya dalam tangis. Semua terulang lagi, ketika ia merasa nyaman dengan seseorang hal ini pasti terjadi. Lubang yang akan memisahkan mereka muncul lagi.
Semuanya terulang kembali, semua sama dengan yang terjadi di SMPnya dulu.

Berteman dengan 4 gadis yang menjadikannya pengganti. Sempat berteman dengan murni namun hasutan membuat lubang pada pertemanan itu.

Dan kini bukan hasutan atau rasa iri tapi...,
tuntutan orangtua yang akan memisahkan Railea dan 3 gadis malaikatnya.

"HAAAAAAAA......."

"KENAPA GW HARUS KENAL MEREKA!?, GW TAU UJUNGNYA GW BAKAL PINDAH KENAPA GW BISA KENAL MEREKA!!!???."

Frustasi mendatanginya, amarah yang membara membuatnya hilanh kendali. Dengan amarah Railea membenturkan tangannya berkali kali di tembok kokoh yang tak tertandingi dengan tulang lemahnya.

"MAAFIN GW, MAAF..., GW GA BISA RAYAIN ULANGTAHUN KALIAN MAAF...."

Tangan itu mengepal erat, pukulan demi pukulan melayang di tembok kamarnya.


"BUK"

"BUK"

"BUK"

"HAAAAAAAAAAAAA!!!."


"GW BENCI PERJANJIAN, GW BENCIII!!"

Tak bisa menahan diri amarahnya dilampiaskan pada barang yang ia temui.

"PRYANGGGG"

Piring kaca itu pecah di tangan Railea. Sialnya salah satu kepingan piring itu menusuk kakinya yang tak beralaskan apapun.

"Gw ga bisa gini..., gw ga bisaaa...!!."

Lirihnya memegangi pecahan piring ditangannya. Berjongkok ia menatapi darah yang keluar dari telapak kakinya. Tak merasa sakit pada kakinya namun ia malah merasakan sesak yang luar biasa pada dadanya. Rasanya dada itu akan robek karena sesak.

"Dada gw sesak..., apa gw bakal mati kayak gini?. Gw udah kehilangan peran orang tua dan gw sekarang kehilangan sahabat yang paling gw sayang~."

Di tengah keputusasaan itu, berdengung kata kata dari teman temannya.

*(Dengungan)*
______________________________________

"Gw ga bakal nyesel kenal kalian"
-Arana

"Sayang banget ya, kita ga deket dari masa awal sekolah jadi kangen"
-Sandrina

"Kalian tunggu novel gw ya, gw juga bakal masukin kalian ke novel gw"
- Daysri

"Lov, lov buat kalian dehhh"
-Daysri

"Kapan kapan ngumpul lagi yuk?."
-Sandrina

"Rai kita beli es cream ya?."
-Arana

"Rai..., anterin gw ke atas"
-Daysri

"Udah ga papa kan ada gw?."
-Sandrina

"Rai gw ga ngertii..."
-Arana

"Rai, lo no 25 apa??."
-Daysri

"Ihhhh thanks pacar Rin"
-Sandrina

"Rai, no 16 ini ga sih?, kan penciptanya?"
- Arana
______________________________________

"Kalian..., makasi banget udah nunjukin makna teman di hidup gw yang sepi"

______________________________________

Dengungan itu berakhir, tatap Railea kosong. Senyum sedih terukir di bibir manisnya. Beberapa patah kata ia ucapkan. Hanya sebagai penyemangat agar ia bisa bertahan di situasi yang kacau ini.

"Kalian abadi di novel gw"

"Nama kalian pasti akan tersirat di halaman novel gw"

"Gw janji ga bakal lupa sama apa yang pernah kita lakuin"

"Kalian memang malaikat, kalian terlalu indah buat gw yang kotor"

"Makasi karna udah nerima gw selama ini, gw selalu berdoa agar gw ga kepisah dan tetep dekat kayak sekarang"

"Gw sayang banget sama kalian, sebelum gw pergi...., gw bakal berusaha buat kalian inget gw"

Air mata itu kini berhenti mengalir, Railea mencabut pecahan piring yang bersarang di telapak kakinya. Darah mengalir dari telapak kakinya, berjalan ke arah kotak Pertolongan pertama untuk mengobati luka yang di anggapnya sial.

Tangannya melilit dengan kasar, padahal itu adalah tubuh miliknya sendiri namun apa dayanya disaat itu. Sebentar lagi 3 gadis malaikatnya akan segera pergi.

"Gw bakal tulis semuanya, 3 Minggu ini gw bakal nulis semua kenangan indah yang gw inget!!."

Tekat yang tadinya hanyut terbawa arus air mata.

Tangan kecilnya mengetik dengan lincah di laptop miliknya. Tak peduli dengan waktu, beberapa bab ia selesaikan dalam satu hari.

"Gw lanjutin setelah ini ada adegan pas di rumah daysri"

Kembali melanjutkan ketikan itu. Satujam lebih ia sudah berada di ruang tamu. Dengan serius mengetik di atas keyboard laptop miliknya.

"Gw harus bisa ketik semua kenangan yang gw inget!."

Kata kata motivasi itu muncul lagi. Semakin cepat tangan Railea mengetik di atas keyboard. Musik mulai ia putar. Penghayatan membuatnya cepat melanjutkan ceritanya.

3 bab sudah ia selesaikan, selanjutnya harus ia selesaikan pada bab 8 di ceritanya.

______________________________________

"Aku benci perpisahan, aku benci akan kehancuran. Bisakah ini berakhir?, anakmu ini lelah dengan takdirnya."

ljt:
(Perjalanan Sebelum Pulang 1)

_全部ごめんなさい_

Aku Dan Arti Pertemanan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang