Sebuah Retakan

16 4 0
                                    

Berlari semakin kencang, Railea menyusuri hujan salju yang begitu deras. Udara yang masuk di telinganya terasa amat dingin, bisa ia rasakan desiran angin es yang menyapu rambut hitamnya.

Entah kenapa rasanya Railea ingin menangis sekarang. Gelisah menguasainya berbagai kenangan kelam terbuka kembali membuatnya semakin takut melangkah pulang.

Retakan dihatinya terbuka hari ini, terbayang jelas bagaimana 3 orang gadis itu memasukan rambutnya di sela sela engsel pintu. Memang tak terlalu melilit rambut panjangnya, namun itu cukup membuatnya merasa kesakitan. Yang tergambar jelas dalam tangisannya yang merintih kesakitan, beberapa rambutnya rontok, memang tak banyak tapi rambut yang ditarik paksa membuat kepalanya terluka meski hanya sedikit. Kepalanya yang dihantamkan pintu meninggalkan luka gores dan lebam di dahinya.
Terekam jelas tawa 3 gadis dan satu laki laki preman sekolah itu.

Genangan airmata mohon ampun saat itu tak di gubris mereka. Tak ada yang menolong karena keterbatasan pegawai di sekolah itu. Tangisnya percuma batinnya tetap terluka meski tak terlihat.

Railea berlari sekencang kencangnya walau angin menyapu, tak digubris olehnya."Pulang", hanya itu yang ia perlukan sekarang.

Namun apa?!

Bayangan 3 se*an itu terus menghantuinya.

"Gak..., gw ga punya temen kayak gitu!!."
Railea menutup telinganya berlari dengan airmata yang menetes di pipinya. Larinya panik menelusuri jalanan yang sepi karena badai.

***

"Gw mau pulang...., siapa pun tolong gw...." Lirih Railea dalam larinya.
Matanya terpejam berlari lurus tanpa melihat apa di didepannya.

"TIN"

"TIN"

"TIN"

Suara bel mobil menyadarkan nya kini ia berada di tengah jalan. Silau lampu mobil itu menyinari wajahnya yang terhias dengan tatapan kosong.

"Aku pulang...?" Ucap gadis itu tipis.

Dengan cepat tangan menariknya kepinggir, masih kaget dengan apa yang barusan ia lihat kini ia berada di rangkulan seseorang yang meneriaki namanya.

"RAILEA!!!."

"RAILEA!!!."

"RAILEA ATHENA PUTRI SADAR NA!!."

Teriak Ragatha yang mengguncang tubuh Railea. Mencoba menyadarkan Railea yang diam dengan tatapan kosong sedari tadi.

Usaha laki laki itu berhasil. Tubuh Railea gemetaran hebat. Tangisnya semakin menjadi jadi dalam rangkulan seorang Ragatha.

"Ga..., gw takut ga.... Gw takut ga..." Lirih Railea yang gemetar ketakutan.
Ragatha kaget bukan main. Tiba tiba saja ia melihat pemandangan pilu seperti ini. Sifat asli seorang Ragatha pun dimulai.

"Lo kenapa Ai?, siapa yang buat lo ketakutan Ai?."

Ragatha memeluk erat tubuh mungil Railea. Dalam peluknya ia merasakan jelas bagaimana sakitnya hati seorang Railea sekarang.

"Mereka jahat ke gw Ga..., gw ga salah Ga..., gw ga salah..." Tangis Railea dalam dekapan Ragatha yang sekarang ikut meneteskan airmatanya.

"Udah ya..., kita pulang ya?. Gw jagain lo kok, selama gw ada ga ada yang bisa nyakitin tuan putri gw~"
Cap Ragatha ikut lirih, airmatanya menyusuri pipi putihnya. Mengelus pelan kepala gadis kecil yang berada di pelukannya sekarang ini. Sakit rasanya batinnya saat ini melihat gadis yang mengajarkannya arti pertemanan dan arti hidup sesungguhnya sekarang menunjukan lukanya yang terlepas dari kendalinya.

"Raga..., gw mau pulang Ga~" Railea lirih memeluk erat tubuh tinggi Ragatha yang membelai rambut hitamnya.

"Yaudah kita pulang ya?." Tanya Ragatha yang langsung kembali merangkul tubuh Railea. Dibalas dengan anggukan kecil dari putri dua sisi ini. Berjalan menunduk sembari di tuntun oleh Raga teman dekatnya.

Tak ada sepatah katapun di perjalan singkat itu. Kini pacu motor Raga kembali, angin jalan menyambut Railea yang menikmati suasana hening dan sepi ini.
Sedikit airmata mewarnai jalanan yang sepi. Mengingat kembali apa yang barusaja terjadi.

"Ga..."
Panggilnya pendek.

"Emm...?."
Jawab Ragatha singkat.

"Tadi gw ngapain di tengah jalan?"
Tanya Railea dengan polosnya.

"Deng"

"Lo ga ngapa-ngapain kok Ai" Jawab lelaki itu terpaksa.

"Raga lagi bohong ke gw ya?." Batin Railea.

"Ga?."
Panggilnya lagi.

"Kenapa?."
Jawab Ragatha lagi.

"Kalo semisalnya, gw udah ga ada lo gimana?." Tanya Railea.

Ragatha diam tak bicara. Sedikitpun kata tak keluar dari mulutnya. Tanpa menjawab ia menambah pacu motornya yang menguasai jalanan kota yang penuh salju.


"Ragatha marah ya gw nanya gitu?." Batin gadis itu lagi.




***

"Tertawa bukan berarti bahagia,
Bahagia bukan berarti tak punya luka"

" (:(:( "

"maaf atas semuanya "
_全部ごめんなさい_

Aku Dan Arti Pertemanan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang