Interogasi

15 5 0
                                    

Brahma, polisi yang bertugas di divisi kriminal, baru saja tiba di lokasi ditemukannya mayat Amar. Kondisinya sangat mengenaskan. Aroma parfum dan juga sampah bercampur menjadi satu. Lalat mengerubungi jenazah itu hingga membuat siapapun yang berada di sana tidak akan kuat.

"Apa ada petunjuk?" tanya Brahma kepada bawahannya, Amba, yang sudah datang ke lokasi terlebih dahulu.

"Pak, CCTV di perumahan ini dan di rumah korban telah dirusak," sahut Amba. "Bahkan, kami sudah menyelidiki rumahnya. Tapi, tidak ditemukan apapun, bahkan sehelai rambut,"

"Tapi, saya sudah minta keterangan dari pemulung yang menemukan mayat Amar. Dia menemukannya sekitar pukul tujuh pagi," lanjut pria itu.

"Lalu, gimana sama tetangga?" tanya Brahma sembari menyalakan rokok di mulutnya.

"Pak, sepertinya Amar ini jarang bergaul sama tetangga," jawab Amba. "Saya sudah menanyai semua tetangga. Tapi, mereka cuma saling bertegur sapa, basa-basi, Amar orang yang tertutup,"

"Selebihnya, mereka ngga tahu apa-apa tentang Amar," lanjut pria paruh baya itu.

Brahma kembali melihat ke arah mayat yang sedang diangkat oleh para petugas ambulance. Ia mengembuskan asap rokok dari mulutnya.

*****

Dokter telah selesai memeriksa tubuh jenazah Amar. Ia pun menjelaskan secara rinci kepada Brahma keadaan tubuh Amar. Ia mengatakan bahwa Amar telah dikebiri, seluruh bagian tubuhnya disayat menggunakan pisau dapur seolah-olah pelaku sedang melukis di atas kanvas, pria itu telah ditusuk berkali-kali dengan cepat di bagian perutnya hingga sebagian besar organ di perutnya bermuncratan di mana-mana.

Brahma hanya bisa diam mendengar keterangan dokter. Ia sedang berpikir keras.

"Kayaknya ini bukan pertama kalinya pelaku melakukan ini," ujarnya. "Dia sangat dendam terhadap orang ini,"

Mendengar perkataan Brahma, Amba pun teringat sesuatu.

"Pak, sebenarnya ini memang bukan yang pertama kali," ucap Amba. Ia mencoba mengingat detilnya.

"Sebelumnya, ada dua kasus yang mirip. Mulai dari sayatannya, lukanya, bahkan salah satunya juga dipotong kemaluannya,"

"Lalu yang satunya?" tanya Brahma.

"Mayat yang satu ngga dikebiri, tapi, dia merusak tempurung kepalanya dan membuang otaknya," jawab Amba yang merasa miris ketika mencoba mengingatnya kembali.

"Saat itu, Pak Brahma belum di sini," lanjutnya.

Brahma berpikir sejenak. Ia memiliki firasat bahwa kasus ini akan membuatnya tidak bisa tidur nyenyak selama berhari-hari.

"Bisa minta semua detil kasusnya sekarang?" pintanya. Amba pun menyetujui permintaan itu dan memberi hormat kepada Brahma. Ia pun pergi meninggalkan Brahma dan juga dokter di depan kamar mayat itu.

Setelah sekitar satu jam menunggu, Amba pun kembali dengan membawa bukti-bukti foto dan juga rincian kasusnya. Brahma memberikan foto-foto bergambar kondisi mayat-mayat itu untuk diidentifikasi oleh dokter.

"Sama. Ini persis dengan keadaan korban yang sekarang," ujar dokter.

Brahma hanya bisa mengembuskan napas panjang. Sebab, kasus yang ia hadapi saat ini tidak akan mudah. Karena , ia harus berhadapan dengan pembunuh berantai yang bisa muncul kapan saja dengan korban yang baru ...

*****

Heisen saat ini telah tiba di kantor polisi. Ia mendapatkan surat panggilan dari kepolisian untuk dimintai keketerangan lebih lanjut.

7 IdentitasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang