Kosong

5 2 0
                                    

Amba terburu-buru berjalan menuju ke ruangan Brahma yang sudah menunggu di dalam. Pria paruh baya itu lantas mengetuk pintu.

"Masuk," sahut Brahma dari dalam. Amba lantas memberikan hormat terlebih dahulu sebelum memberikan laporan.

"Pak, sample rambut Rangga yang ada di sel Banjarmasin itu sudah ditemukan," ujar Amba. "Tapi, ternyata, DNA dari rambut itu bukan hanya milik satu orang,"

"Maksudnya, dia pakai wig?" tanya Brahma. Amba pun mengangguk.

Brahma lalu menunjukkan sebuah gambar hasil screenshot dari live Tiktok Rangga semalam kepada Amba.

"Apa Rangga yang kita tangkap itu seperti ini?" tanya Brahma. Amba merasa sedikit ragu menjawabnya.

"Ngga yakin, Pak," sahutnya. "Rangga yang kita tangkap bibirnya hitam. Berarti, dia perokok berat,"

"Sedangkan yang ini, bibirnya kemerahan meskipun ngga pakai lipstick," lanjutnya. "Berarti yang asli bukan perokok, atau mungkin perokok pasif,"

"Tapi kayaknya kalau dilihat dari beberapa live sebelumnya, kita salah tangkap orang,"

"Saya juga udah nyoba ngajak bapak buat berpikir ulang sebelum menangkapnya. Tapi, bapak masih ngeyel,"

Ponsel Brahma tiba-tiba berbunyi. Rupanya, ia mendapatkan telepon dari atasannya. Ia pun langsung mengangkatnya.

"Halo,"

"Kamu ini gimana? Kenapa Rangga bisa kabur?!"

Atasannya langsung memarahinya melalui telepon.

"Pak, sebenarnya, saya ngga tahu kalau itu Rangga yang palsu," Brahma berbohong. Ia sangat tahu bahwa dirinya tidak menangkap Rangga yang asli.

"Dan Rangga yang sebenarnya yang membebaskannya,"

"Ini udah lebih dari sepuluh bulan sejak kasus pertama sampai sekarang, tapi, kamu ngga bisa mengatasi ini!"

"Pak, tolong beri saya waktu, saya akan mengurusnya," pinta Brahma.

"Kita udah jadi bulan-bulanan netizen beberapa bulan ini, kamu mau berapa lama lagi?"

"Beri saya waktu satu bulan lagi," jawab Brahma.

"Okay, tapi kalau kamu masih ngga bisa menyelesaikan kasus ini, kamu harus keluar dari kasus ini dan turun dari jabatan kamu!"

Telepon itu langsung dimatikan oleh atasannya. Brahma begitu marah hingga menendang kursi di hadapannya sampai jatuh. Amba begitu terkejut melihatnya. Belum pernah ia melihat Brahma semarah ini sebelumnya.

*****

Sudah sekitar satu minggu Heisen tidak pergi ke kantor. Ia hanya menulis di rumah. Lebih tepatnya di kamarnya dan tidak keluar dari rumah sedikitpun. Bulu-bulu halus mulai tumbuh di area wajahnya. Rambutnya terlihat berantakan.

Aditi hari ini datang untuk menemui Heisen. Dia selalu rutin mengobati penyakit pemuda itu dalam hari yang ditentukan. Tapi berhubung Heisen sudah beberapa hari ini tidak mengunjungi tempatnya, kini giliran wanita itu yang mengunjunginya. Rupanya, pria itu berada di dalam kamar. Shalu pun mengijinkannya untuk masuk.

"Gimana kabar kamu, Heisen?" tanya Aditi sembari mengambil kursi dan duduk di hadapan Heisen.

"Kelihatannya gimana? Engga, kan?" meskipun suaranya begitu tenang, tapi perkataan Heisen terdengar seperti orang yang kecewa.

"Sebenarnya apa yang salah sama aku? Aku sakit apa?" tanya Heisen sembari menangis dan menutupi wajahnya.

Tapi sebelum Aditi menjawab, Heisen berkata.

7 IdentitasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang