Therapy

3 2 0
                                    

Aditi menyarankan Heisen untuk melakukan banyak kegiatan positif seperti yoga, melukis, bermain musik, dan banyak hal lainnya. Heisen mencoba Yoga untuk pertama kalinya. Ia duduk bersila di atas matras sembari memejamkan mata. Pria itu menghirup udara segar yang berada di sekitarnya pada pagi hari itu. Selama beberapa menit ia melakukan itu, Heisen merasa sedikit lebih tenang. Ia merasa seperti bebannya sedikit demi sedikit terangkat. Rasanya begitu nyaman. Sebelumnya, ia sama sekali tidak berpikir bahwa dirinya membutuhkan Yoga.

Shalu memperhatikannya dari balik jendela kamar mereka. Ia tersenyum melihat suaminya yang begitu menikmati kegiatan barunya.

Seekor kupu-kupu hinggap di tangan Heisen. Pria itu perlahan-lahan membuka matanya. Ia melihat kupu-kupu berwarna ungu bercampur hitam. Begitu cantik hingga membuat Heisen tidak tega untuk bergerak.

Shalu mengambil ponselnya dan mengabadikan momen itu diam-diam tanpa disadari oleh suaminya. Baginya, ini adalah momen yang sangat langka.

Kupu-kupu itu pun terbang darinya dan menghampiri teman-teman sesamanya. Heisen pun menyadari kalau Shalu berada di sana. Wanita itu pun jadi sedikit salah tingkah karena ketahuan.

"Kamu ngapain, Sayang?" tanya Heisen. Ia terlihat menggoda istrinya.

"Ngga ngapa-ngapain, kok," sahut Shalu dengan tersipu malu. Untuk sejenak, mereka bisa melupakan rasa sakit yang sama-sama mereka rasakan. Momentum seperti ini sangatlah penting meskipun rasanya terlihat sepele ...

*****

Setelah lebih dari dua minggu berdiam diri di rumah, Heisen akhirnya keluar juga untuk mengantar Shalu pergi ke dokter untuk memeriksa kandungannya yang kini sudah berusia empat bulan. Pria itu sudah bercukur dan kembali rapi seperti biasanya. Ia juga merasa sedikit lebih baik daripada sebelumnya.

Dokter memeriksa Shalu, sedangkan Heisen begitu sibuk melihat monitor yang terlihat berisi janin itu. Meskipun ia sama sekali tidak mengerti.

"InsyaAllah, anak kalian jenis kelaminnya perempuan," ujar dokter sembari tersenyum.

"Anak kalian cukup aktif di dalam," lanjutnya. "Kalian sering-sering aja ajak komunikasi, dia akan merespon,"

Shalu dan Heisen saling bertatapan penuh kebahagiaan. Heisen menciumi kedua tangan istrinya dengan lembut sebagai ucapan terima kasih. Mereka benar-benar bersyukur atas semua yang diberikan oleh Tuhan meski mereka masih harus menunggu beberapa bulan lagi.

Heisen juga semakin bersemangat untuk bisa sembuh dari sakit yang menyiksa dirinya dan keluarga kecilnya. Bagaimanapun caranya, ia harus menepati janji.

*****

Nayan saat ini sedang menunggu seseorang di sebuah kafe. Ia ingin menemui Evan untuk yang terakhir kali. Ini adalah saran Aditi. Wanita itu mengatakan kalau dia memutuskan hubungan dengan Evan, sosok itu tidak akan kembali lagi di diri Heisen. Evan akan lenyap karena merasa tidak dibutuhkan.

Tak lama, Evan pun datang.

"Sorry, aku telat," sapa pemuda itu dengan napas tersengal-sengal. Nayan menggelengkan kepala. Pria itu lantas duduk.

"Setelah ini, kita ngga usah ketemu lagi," ujar Nayan. Pemuda itu tampak bingung.

"Lho, kenapa?" tanyanya.

Nayan mencoba mencari alasan sejenak.

"Aku udah punya banyak teman sekarang, dan aku lebih nyaman sama mereka dibanding sama kamu," Nayan setengah berbohong. Ia sudah mulai bergaul dengan banyak orang di dunia nyata. Tapi, ia belum menemukan teman yang senyaman Evan. Tapi tetap saja, ia bergaul dengan Heisen yang berkepribadian ganda sebagai Evan adalah salah.

7 IdentitasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang